Satu

273 11 2
                                    

Jika semuanya selalu sesuai rencana, lalu mau belajar sabar dari mana?
✍✍✍


Bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, namun Tella masih enggan meninggalkan kelasnya.

Pikirannya berkecamuk hebat. Bagaimana tidak? Tella harus menemui cowok kemarin, terlebih lagi, cowok itu kakak kelasnya.

"Gue harus apa nih? Gimana kalo dia marah banget? Terus gue dijahilin? Nanti gue dibully satu sekolah. Arghhhhh, Tella ceroboh!" Racaunya.

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Tella berjalan menuju parkiran sekolah.

Dengan jarak satu meter, Tella menarik napas dalam-dalam, sebelum ia sapa cowok yang sedang duduk di atas motor Scoopy itu.

"Ehhh. Lo Astrella, kan?" Tella kaget saat suara bariton itu memanggilnya. Perlahan tapi pasti, Tella berjalan menuju cowok itu sambil merapalkan kalimat-kalimat agar ia selamat.

"Gue Kalvin." Tangan Kalvin melayang di udara, niat ingin berjabat tangan. Namun tak di respon cepat oleh lawan bicaranya.

Kini, tangan Kalvin melambai di depan wajah Tella. "Hei! Kenapa sih? Kok bengong gitu?"

"Eh engga kak. Gue Astrella." Jawab Tella sambil mengembangkan senyum kikuk. "Sorry ya kak, kemarin gak sengaja, beneran deh." Lanjutnya.

"Tau kenapa gue ajak lo ketemuan disini?" Tanya Kalvin yang dijawab gelengan kepala oleh Tella.

Dalam hati, Tella sangat takut jika hal-hal negatif yang dipikirkannya terjadi.

Kalvin mengeluarkan buku dari tasnya. "Punya lo, kan?" Tella mengambil alih buku itu ke tangannya, lalu mengangguk.

"Sorry gue baca. Tenang aja, cuma halaman pertama kok. Soalnya halaman selanjutnya, gue gak bisa bacanya" Jujur Kalvin.

Memang, buku itu didominasi dengan bahasa spanyol.

"Oh. Iya gak papa kak." Sungguh, ingin rasanya Tella pergi sekarang juga. Tella paling tidak suka jika berada dalam suasana canggung seperti ini.

Kalvin yang mengetahui Tella sangat awkward itu mencoba mencairkan suasana.

"Hm eh Astrella, lo anak sebelas Bahasa?"
"Gue jurusan IPA, kak"
"Oh IPA, gue kira Bahasa. Soalnya postingan Instagram lo lebih ke sastra gitu."
"Cuma suka aja sama sastra"

Kalvin kembali membuka suara, "by the way, nama panggilan lo apa? Capek gue manggil Astrella, panjang banget. Suka berbelit juga." Keluh Kalvin

"Panggil Tella aja, kak"
"Kalo depannya kasih Q, boleh?" Ucap Kalvin sambil melirik Tella disertai senyum jahilnya
"Hah? Qtella dong? Gue manusia, bukan singkong kak!" Desis Tella sebal
"Bercanda, La"

Kalvin melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat lebih lima. Tak terasa, tiga puluh menit lamanya mereka bercengkrama.

✍✍✍

Kini Tella berada di kamarnya. Perjalanan pulang sekolah cukup melelahkan. Pasalnya, ia pulang naik bus transjakarta. Dimana penumpang didominasi oleh para karyawan pulang kerja.

Kalvin sempat mengajak Tella untuk pulang bersamanya. Namun Tella menolak, karena merasa tidak enak.

Ternyata pikiran-pikiran negatif Tella itu salah. Bahkan sangat berbanding terbaik. Menurut Tella, Kalvin baik, welcome juga.

Ting!!!

mensaje no leído

Bunyi ponselnya membuyarkan lamunan Tella. Ia langsung membuka aplikasi Instagram dan membaca pesan masuk.

VinellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang