Empat

138 4 0
                                    

Plak.

Sebuah bantal sofa melayang tepat di depan kepala Rifky. Anggap saja itu ungkapan rasa kesal dari Tella. "Gigimu!" Ucapnya.

"Ace lo kasar banget astaga!" Rifky membetulkan bantal yang tadi Tella lempar.

Dengan datarnya, Kalvin memperhatikan dua anak manusia di hadapannya.

"Kak Kalvin, jangan percaya sama omongan Bang Rifky, hoax sumpah! Ewwww banget gue dijodohin sama anak ngeselin." Tella menjulurkan lidahnya ke Rifky.

Rifky pun tak mau kalah, "idih, lo ge-er banget! Gue juga ogah kali sama lo."

"Vin, lo jangan mau sama Ace. Dia anak bar-bar." Ucap Rifky.

"Sama gue mah kalem ko, kan La?" Goda Kalvin.

Tella tersenyum kikuk.

"Oh iya Vin, sebenernya gue sama Tella itu Backstreet!" Lagi. Tella melempar bantal lagi.

"Kayaknya lo pengen banget punya hubungan sama gue deh bang!"

Kalvin menggeleng. "Gak ngerti lagi sama kalian. Udah lah Ky, nggak usah jawab pertanyaan gue yang itu."

"Oiya, La, Kira-kira nyokap lo pulangnya masih lama nggak ya?" Tanya Kalvin, sambil melirik jam tangannya sudah menunjukkan pukul sembilan.

"Duh Tella nggak tau kak. Kenapa emang?"

"Mau pamitan la, kasian Nini di rumah sendirian."

"Jadi inget piring terbang ehh" Rifky membuka suara. "Lo mau tau ga Vin?"

Kalvin mengangkat sebelah alisnya, "apa?"

"Gue cerita boleh Ce?" Tanya Rifky pada Tella.

Tella terdiam.

"Ehh kalo nggak bisa cerita, gapapa ko." Ucap Kalvin, "Sorry banget kemarin emang salah gue." Lanjutnya.

Setelah mengobrol kurang lebih 1 jam, Eline dan Milen datang membawa beberapa kantung belanjaan di tangannya.

Kalvin berdiri, "Saya izin pamit ya, tan. Maaf untuk kejadian kemarin."

"Buru-buru banget Vin, oke deh hati-hati ya. Masalah kemarin, lupain aja lah. Salam untuk orangtuamu."

Deg. Kalimat terakhir berhasil membuat napas Kalvin mendadak tak beraturan.

Tella menyadari hal itu, "Hm mah, Tella antar Kak Kalvin ke depan ya." Tanpa aba-aba, Tella menarik lengan Kalvin.

"Assalamu'alaikum" Salam Kalvin.

"Wa'alaikumussalam."

Tella mengantarkan Kalvin hingga ke depan gerbang. Tak lupa memberikan jaket yang tadi Kalvin pinjamkan.

Tatapan mereka bertemu, menyatu, hingga memancarkan semburat malu. "Ehh, hmmm hati-hati kak!" Kalvin tersenyum.

"Gue balik ya La, bye!"

Jika dua anak manusia belum lama saling sapa, akankah mereka memiliki rasa secepat pertemuannya?

VinellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang