Part 3

31 7 0
                                    

Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam kamarku. Aku langsung berbaring di kasur. Hmm, kenapa coba tadi aku langsung pergi begitu aja. Bodoh... Hal itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku mengambil ponselku dan ketika aku lihat ada notif pesan dari Jeje.

Jeje: Tadi kamu kenapa? Sakit? Atau ada apa? Kenapa langsung lari, padahal aku belum selesai ngomong, loh.

Kintan: Sorry... tadi aku buru-buru.

Aku langsung mematikan ponselku. Sebenarnya, entah kenapa aku merasa gugup ketika berbicara dengannya. Jantungku juga berdebar sangat cepat.

***

Memasuki pertengahan smester, teman-teman sekelas mulai mengetahui bahwa aku memiliki seorang mantan pacar di sini. Itu sangat membuatku tidak nyaman, apalagi akhir-akhir ini aku dan Jeje selalu mengobrol kalau ada kesempatan. Dan itu membuat gosip berkembang di kelas. Padahal aku hanya ingin berteman dengan dia dan bukan ada maksud yang lain. Tetapi mereka salah mengartikannya.

"Ih... Kintan kok kamu mau sih pacaran sama dia?" Tanya seorang teman wanita di kelasku.

"Bukan kaya gitu. Kamu enggak ngerti." Balasku dengan muka murung.

"Liat tuh... jelek kaya gitu kok kamu mau, sih." Ucapnya sambil tertawa cengengesan.

Sebenarnya aku tidak mau mengatakan hal jahat, tapi aku sudah tidak tahan lagi dengan tawanya itu.

"Ya, aku pacaran sama dia cuma karena kasian doang. Awalnya aku emang gak niat buat pacaran, tapi dia kaya yang suka banget sama aku jadi yaudah deh..." tanpa pikir panjang semua kata itu terlontar dari mulutku. Argh... sungguh menyebalkan mulut ini.

"Oh... gitu. Abis liat tuh jelek kaya gitu." Dia terus tertawa.

"Emangnya pacar kamu ganteng, hah? Segitu sama aja kaya mantan aku itu." Ucapku dalam hati.

Karena aku sudah terlalu bodoh dengan perkataanku sebelumnya dan aku sudah tak bisa mengontrol lagi pikiranku ini. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam kelas dan merenungkan apa yang aku katakan tadi. Kalau Jeje tahu apa yang aku katakan tadi mungkin dia akan sangat membenciku. Bodohnya diriku ini.

Setiap hari aku selalu terpikirkan dengan ucapanku. Tapi, yang lebih parahnya. Anak-anak kelasku terus mengolokku dengan bertanya 'Kintan, kamu mantan pacarnya Jeje kelas sebelah?' Mereka terus bertanya seperti itu kepadaku. Hingga akhirnya aku muak dengan pertanyaan mereka, lalu aku mengeluarkan perkataanku waktu itu yang membuatku tidak tenang sampai hari ini.

"Iya! Dia mantan aku!! Emangnya kenapa? Toh, dia yang duluan suka sama aku. Terus aku emang lagi pengen pacaran aja waktu itu." Semua orang terdiam sambil melihat kearahku.

Helaan napasku terasa berat setelah mengatakan itu. Hmm... itu lebih jahat dari yang kemarin-kemarin aku katakan. Sepertinya sebentar lagi Jeje akan mengetahuinya.

Hari itu aku pergi ke kelasnya karena aku kalah dalam permainan bersama teman-temanku. Aku harus pergi ke kelas Jeje lalu mengatakan hal yang sangat memalukan, tapi karena itu hanya untuk bersenang-senang aku berpikir tak apa melakukannya. Sepertinya semenjak hari itu dia mulai membenciku. Eh, mungkin dia malu karena telah mengenal diriku ini.

Setelah beberapa minggu, aku kembali bertemu dengannya di depan kelas. Aku menghalangi jalannya sambil mengatakan "Je, mana kado ulang tahun aku?" Sambil mengulurkan tangan.

"Apa, sih!" Jeje menjawabnya dengan mata yang tak mau melihat ke arahku, lalu dia pergi melewatiku.

"Hmm... kenapa, sih? Padahal kan cuman bercanda." Aku langsung pergi meninggalkan kelasnya.

I was so stupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang