Part 4

30 7 0
                                    

Aku tiba-tiba teringat satu kejadian yang sangat kekanak-kanakkan. Cinta monyet anak SMP.

"Ntan, ayolah nanti ikut hiking sama aku." Pinta Jeje.

"Enggak, ah. Aku enggak suka." Aku menolaknya.

"Makanya coba dulu." Rengek Jeje.

Aku tetap menolaknya.

Ada alasan kenapa aku tidak mau ikut dengannya. Dia bukan hanya pergi denganku, tetapi dia mengajak teman-temannya juga. Dan diantara temannya itu ada yang mengenalku, bahkan dulu aku dan temannya itu pernah PDKT. Jadi, aku benci kalau harus melihatnya, ketika aku sekarang sudah menjadi pacar Jeje.

"Enggak mau, Je!" Tolakku dengan tegas.

"Yaudah, deh." Jeje langsung memasang wajah sedih, tetapi itu tidak akan membuatku goyah.

Alhasil, Jeje tetap pergi hiking, karena setelah sekian lama dia tidak pergi hiking bersama teman-temannya. Jeje memang menyukai olahraga seperti itu. Dia juga biasanya selalu lari di hari minggu pagi. Dia selalu mengajakku untuk lari juga. Padahal sebelumnya aku tidak pernah lari di hari minggu, berolahraga saja jarang sekali. Olahraga paling hanya disaat jam pelajaran olahraga, hehe.

Pas pertama kali aku pergi olahraga dihari minggu, ibuku langsung menunjukkan ekspresi aneh dan "eh, mau kemana kamu? Jarang-jarang lari pagi. Oh, mamah tahu, pasti di tempat lari nya ada pacar kamu, ya?" Tau aja ya emak-emak.

Biasanya aku menjawabnya seperti ini, "eh... enggak lah, enggak banget pacaran di tempat lari." Padahal kenyataannya memang benar. Karena jarang berolahraga, aku bahkan tidak mempunyai pakaian yang cocok untuk dipakai berolahraga. Jadi, aku sengaja membeli pakaian untuk olahraga.

Pada suatu hari, teman-temanku mulai merencanakan untuk pergi hiking. Mereka juga mengajakku dan menyuruhku untuk mengajak Jeje juga, karena mereka tahu kalau Jeje sering pergi hiking seperti mereka. Pada akhirnya aku mengajaknya.

Me: Je, si Adit sama si John ngajak Hiking.

Jeje: Hiking?

Me: Iya, Hiking....

Jeje: Kamu ikut?

Me: Kalau kamu ikut, aku ikut.

Jeje: Kamu... giliran aku yang ngajak enggak mau. Tapi, kalo dia yang ngajak kamu mau. Padahal waktu aku ngajak kamu, aku tuh mau ngenalin kamu sama temen aku. Mana temen aku pada bawa pacar semua waktu itu.

Me: Ya... kan beda, Je. Aku malu sama temen-temen kamu. Kalau ini kan temenku yang ngajak, kamu juga udah kenal mereka. Lagian aku kan udah bilang kalau kamu ikut, aku ikut.

Jeje: Terus aku siapa kamu? Aku pacar kamu, kan? Walaupun kamu malu sama temen-temen aku, kamu bisa diem sama aku. Aku enggak bakalan ninggalin kamu atau ngediemin kamu.

Me: Lah! Kok kamu jadi marah, sih! Kalau enggak mau yaudah.

Jeje: Kamu bener-bener keterlaluan ya... dulu aja bilang kamu enggak suka sama yang namanya hiking. Tapi, kalo dia yang ngajak kamu tiba-tiba mau.

Me: Kamu cemburu sama Adit?

Me: Kan kamu juga tau aku sama Adit sahabatan. Kamu juga dulu kaya gini. Dulu cuman gara-gara foto doang, padahal kan itu cuman bercanda.

Jeje: Ya, kan. Menurut kamu kaya gitu. Kalau menurut aku enggak kaya gitu keliatannya.

Me: Udah, ah. Kalau enggak mau, tinggal bilang enggak mau. Apa susahnya...

Pada akhirnya aku dan Jeje berakhir bertengkar karena hal sepele. Sepertinya hal itu juga yang membuatnya terlihat membenci diriku. Aku juga sedikit munafik. Namun, dia sangat terlihat tidak dewasa disaat seperti itu, mudah cemburu kepada semua pria yang ada di dekatku. Aku selalu bersyukur tidak ada di sekolah yang sama dengannya dulu. Tak bisa terbayangkan olehku, jika aku dan Jeje berada di sekolah yang sama. Sepertinya dia akan selalu mengikutiku kemana pun aku pergi.

Sebenarnya, dia sedikit mengekang. Itu adalah salah satu alasan aku tidak nyaman dulu. Aku juga pernah mendengar tentang dia ketika berpacaran dengan mantannya dulu sebelum denganku. Dia bisa mengamuk hingga melukai dirinya sendiri ketika dia merasa kecewa kepada pacarnya. Dia juga sering marah kepadaku dan itu bisa berlangsung selama seharian atau malah berhari-hari. Aku yang sedikit tidak begitu peduli dan dia yang sedikit egois, membuat semuanya terlihat sangat sulit. Bahkan, terkadang teman-temanku harus ikut turun tangan.

Aku sama dia bukan pasangan yang cocok, kan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I was so stupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang