Insecure ~Part 1~

462 12 2
                                    

"Eh gendut! Lo itu gak pantes sekolah di sekolah elite kayak gini! Ya kan girls?" Ujar seorang perempuan cantik itu.

"Hahaha. Bener banget tuh! Secara lo pasti tau dong, ciwi-ciwi di sekolah kita tuh gimana?" Sahut temannya.

~~~

Itulah yang sering dihadapi oleh seorang Vindya Agnesia. Dihina, dikucilkan, dibully, dan diperlakukan tidak adil. Ia menyadari bahwa tubuhnya memang tak sebagus mereka. Tubuhnya yang gemuk nan jelek ini seringkali menjadi bahan perbincangan setiap orang.

Kalian pikir aku mau seperti ini?!! Batinnya.

Vindy merasa dunia ini tak adil terhadapnya. Ia bukan satu-satunya gadis gemuk di dunia ini. Namun mengapa hanya dialah yang sering mengalami hal itu. Semua kejadian itu membuatnya menutup diri dari keramaian.

"Hai Vin. Ngelamun terus sih lo."

Vindy seketika tersadar dari lamunannya.

"Eh lo Le, ngagetin aja sih." Ujarnya lesu.

Lea menatap tajam Vindy, mengamati kedua bola mata Vindy dengan serius.

"Lo ada masalah?" Tanya Lea lembut.

Vindy hanya menghembuskan nafas kasar.

"Oii. Gue tanya kali. Jawab kek." Ujar Lea kesal sambil memajukan bibirnya.

"Gak ada kok Le." Jawab Vindy sekenanya.

Lea semakin dalam menatap Vindy. Ia curiga kalau sahabatnya itu ada masalah.

"Cerita kali sama gue." Bujuk Lea.

"Hmm, oke gue cerita deh. Karena lo maksa nih ya." Jawab Vindy sambil memaksakan bibirnya tersenyum.

"Lo kenapa sih mau sahabatan sama gue? Gue kan...." belum sempat Vindy melanjutkan kata-katanya, Lea langsung memotongnya.

"Gendut? Jelek? Iya? Itu kan yang lo mau omongin? Udah berapa kali sih gue bilang sama lo, stop buat ngerendahin diri lo sendiri." Ujar Lea yang ternyata sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh Vindy.

Vindy hanya mendengus lemah. Ia merasa sangat beruntung. Disaat hampir seluruh sekolah mengejeknya dan menjauhinya, justru Lea yang selalu ada buat dirinya.

"Vin, kalau lo gak mau direndahin orang lain, lo jangan ngerendahin diri lo sendiri." Ujar Lea menasehati sahabatnya itu.

"Lo beruntung ya Le. Lo itu cantik, baik pula." Ujar Vindy sambil tersenyum.

Lea yang awalnya duduk di depan Vindy, langsung pindah ke sampingnya. Ia mencoba menenangkan Vindy, mengusap bahunya lembut sambil berkata, "setiap manusia itu punya kelemahan dan kelebihan masing-masing Vin. Lo sadar gak sih kelebihan lo itu lebih banyak dari gue. Lo selalu bisa apa yang gue gak bisa."

Vindy menoleh ke arah Lea. Ia tak dapat membendung air matanya. Ia menangis di dalam pelukan Lea.

"Makasih ya Le. Lo emang sahabat terbaik gue." Ujar Vindy.

Lea tersenyum mendengarnya. Sahabatnya yang satu ini memang tidak memiliki mental baja. Jadi ia harus benar-benar menenangkannya.

Story of My Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang