Insecure ~Part 3~

146 7 1
                                    

"Hah?!" Teriak seseorang dari belakang mereka.

Mereka menoleh dan ternyata seorang perempuan cantik bermulut pedas alias Sisy.

"Minggir kalian!" Bentak Sisy.

Ravka dan Lea membuka jalan untuk Sisy masuk ke ruang kepala sekolah.

Di Ruang Kepala Sekolah,

"Saya mohon pak." Ujar Vindy memohon.

"Baiklah, asal Sisy bisa mengubah sikapnya." Ujar Pak Budi menerima permohonan Vindy.

Sisy mendengar semuanya itu, ia yang awalnya diam mematung dengan pipi memerah dan panas menahan malu, mata yang mulai berlinang air mata langsung lari memeluk Vindy. Ia mengucapkan banyak terima kasih.

Pak Budi yang menyaksikan itu ikut terharu. Tak disangka Vindy memiliki hati yang sangat mulia.

"Vin.. maafin gue. Gue gak seharusnya ngelakuin tindakan sekejam itu sama lo. Lo gak pernah bales perbuatan gue, tapi gue masih aja nge bully lo." Ujar Sisy serak.

Vindy tersenyum lega. Ia mengusap lembut punggung Sisy dan berkata "lo harus janji sama gue dan Pak Budi, lo gak boleh buat bully siapapun. Lo juga harus bilang ke temen-temen lo jangan pernah buat nge-bully atau menindas orang yang lemah."

Sisy mengangguk, ia tak mampu berkata apapun. Hanya isak tangis yang dapat dikeluarkan.

"Ya sudah kalau begitu, saya cabut skors kamu." Ujar Pak Budi.

"Terima kasih banyak Pak." Ujar Sisy girang namun ia masih terharu.

Vindy dan Sisy meninggalkan ruangan Pak Budi. Sisy kini tidak ingin lagi untuk melakukan penindasan pada kaum yang menurutnya lemah.

~~~

"Rav, Le. Gue minta maaf." Ujar Sisy lemah.

Ravka dan Lea tak ingin menjawabnya. Sisy sadar bahwa ia masih belum bisa dimaafkan. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke kelas. Sedangkan Vindy.

"Lo gila ya Vin?!" Bentak Lea.

"Kenapa?" Tanya Vindy.

"Udah bagus kalau Sisy itu di skors. Itu hukuman buat dia." Jelas Lea.

Vindy tersenyum dan berkata "dendam itu gak penting. Biarin aja kalau dia nindas gue. Btw, makasih ya kalian udah mau bantuin gue ya meskipun harus gue batalin kayak gini."

Ravka memandang Vindy penuh kagum. Ia memang tak salah jika meletakkan cinta pertamanya pada Vindy. Menurutnya fisik itu nomor ke-sekian, tapi attitude itu nomor 1.

"Lo kenapa liatin gue kayak gitu?" Tanya Vindy mulai salah tingkah akan tatapan Ravka.

"Lo cantik." Ujar Ravka singkat dengan senyum yang menawan itu membuat Vindy makin salah tingkah.

"Ehem. Kalau mau nembak jangan disini ya. Kita lagi ada di depan ruangannya Pak Budi." Ujar Lea memperingatkan.

Vindy seperti orang ling-lung. Ia benar-benar bingung dengan tingkah aneh Ravka dan Lea.

Story of My Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang