2.1 Arghhh! Dizzy!

200 25 3
                                    

Hppy reading!

Tidak mungkin.

Sepertinya aku benar-benar gila sekarang.

Tiga menit setelah aku selesai menyantap makanan– ralat, hadiah aneh dari orang yang tak ku kenal. Kak taeyong datang menjemputku kerumah, menaiki sepeda tuanya yang terlihat lusuh, tapi masih tetap layak dipakai. Jujur saja aku agak iri melihat modelan sepeda kak taeyong, sudah dari lama aku minta dibelikan yang seperti itu oleh ayah tapi sampai sekarang aku tidak mendapatkannya.

Aku tidak tahu jenis sepeda apa itu, yang kutahu itu memiliki boncengan dengan kepala sepeda yang melengkung. Lebih tepatnya mirip sepeda anak perempuan sih.

Ituloh, yang model seperti sepeda jaman dulu dan lebih terlihat sepeda anak perempuan. Tapi jika kak taeyong yang mengendarainya sih terkesan gentle.

Astaga, apa yang ku pikirkan?

Okey, ini gila.

Aku duduk diboncengan sepeda kak taeyong, menikmati udara segar sepanjang pantai. Yah, rumahku hanya berjarak 50 meter dari pantai, jadi sangat mudah untuk melihat sunset ala-ala di instagram.

Jangan tanya bagaimana ekspresiku saat melihat kak taeyong datang dengan sepeda. Bahkan rasanya aku ingin pingsan saat duduk dibelakang. Sulit dipercaya, kak taeyong bahkan sangat lancar mengendarai sepeda tinggi ini.

Benar-benar orang buta ajaib.

Lihatlah, sekarang dia mengendarai dengan kepala tertunduk. Aku tak habis fikir, jika buta membuatku sehebat kak taeyong lebih baik aku buta saja. Tolong jangan hujat aku, karena memang kelebihan kak taeyong membuat aku, bahkan seluruh warga sekolah iri dengan multitalentanya. Keterbatasannya hanya satu, tapi tuhan memberinya 1000 kelebihan untuk menutupinya.

Apakah itu adil?

Jujur, aku iri sih. Tidak, tidak. Tentu saja aku tidak membenci kak taeyong.

Dia manis. Sungguh.

"Nay?"Suara serak berat itu mengalihkan perhatianku dari lamunan.

"Ya?"

Kulirik sejenak wajah kak taeyong kini terlihat tersenyum, "Kamu suka?" Tanyanya.

Kukerutkan keningku tak mengerti akan pertanyaan kak taeyong, "Apa?"

"Kamu suka pemandangannya?" Katanya memperjelas.

Sejenak aki tersenyum, lalu kembali memandangi laut di depanku, kini menampilkan matahari yang sebentar lagi akan beralih peraduannya pada bulan, menyambut malam.

"Suka" Kataku melihat seluet jingga yang membentang dilangit, memantul di atas air seakan mengaca dircermin untuk melihat keindahan dirinya.

Diam-diam aku tersenyum, "makasih kak," asal kalian tahu aku bahkan tidak pernah melihat sunset secara langsung seperti ini karena umi selalu melarangku berkeliaran jika langit sudah mulai gelap.

Katanya wewe gombel nyari anak-anak pass maghrib, kalo siang dia bobo, makanya keluarnya pass siang aja.

"Umh maafin aku yah" aku menoleh, menatap wajahnya dari samping dengan terpaan cahaya orange menyinari sebagian wajahnya. Alisku tampak tertaut, bingung akan pertanyaannya sekaligus kagum melihat ketampanan kak taeyong.

Tatapan • Kim Doyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang