Akhirnya Rina yang menyetir mobil menuju kampus, dan gue ada di kursi penumpang. Sesuai kata Rina, kalau gue sampai nyelakain artinya gue pindah ke kursi penumpang!
"Rin..." panggil gue.
"Apa?" tanya Rina yang fokus menyetir.
Dari nada suaranya, sepertinya Rina udah ga mikirin kejadian tadi. Ah, gue jadi ga enak hati hampir nabrakin mobilnya ke truk yang berhenti. Maksudnya , gue juga hampir bunuh diri bareng Rina. Ugh..
"Maaf gue tadi nyaris nabrak."
"Ga masalah. Yang penting belum nabrak, dan gue mencegah tabrakan lainnya yang mungkin terjadi. Hehe.." kata Rina sambil terkekeh.
"Rin..." panggil gue lagi.
"Apa?"
"Thanks udah nganterin gue pulang semalem. Juga... thanks buat sarapannya. Nasi goreng lu enak." Kata gue tulus.
"Sama-sama. Tapi lain kali, kalo mau mabuk mending lu bawa supir. Kasian tuh bartendernya. Mau tutup malah lu berdua tumbang di mejanya."
"Rin..." panggil gue lagi.
Rina meminggirkan mobilnya dan menatap gue kesal.
"APAAN SIH KAK ARES?! ASTAGA, KALAU MAU NGOMONG YA NGOMONG AJA!" teriak Rina.
"Maaf gue nguping pembicaraan lu dan Hadi tadi. Gue... ya gue ngerasa ga enak." Kata gue jujur.
Rina menghela nafas dan menarik rem tangan. Menyandarkan kepalanya dan menutup rapat matanya. Perlu beberapa menit hingga akhirnya Rina kembali menatap ke arah jalanan lagi, dan menjalankan mobil ke arah kampus.
"It's ok, Kak. Gue ga masalah. Lu ga sengaja denger, dan gue bisa apa? Ga mungkin gue suruh lu pura-pura lupa dan anggap semuanya ga ada. Itu hal bodoh yang bakal gue bilang. Tapi anggap biasa aja. Toh, bangkrut bukan akhir dari segalanya kan?" jelas Rina.
Dia ini lagi pura-pura tegar di depan gue atau gimana sih? Udah jelas-jelas keliatan banget dia terpaksa gitu senyumnya! Terus ngapain dia manggil gue pake embel-embel 'kak' coba? Kemarin aja dia manggil nama gue dengan santainya, bahkan pas mau nabrak truk tadi juga manggil nama gue tanpa 'KAK'!
"Kalo lu manggil gue 'kak', lu jangan sok-sok kuat gitu. Kalau gue kakak lu, jelas gue mau adik gue ga sok terpaksa senyum kayak lu! Bangkrut tuh emang bukan akhir dari segalanya, tapi berat buat dijalanin dengan senyum!" kata gue sambil menepuk kepalanya.
"Gue ga mungkin nangis-nangis dong, bisa-bisa gue diusir pulang dari kampus kalo kelamaan sedih. Jadi harus kuat lah! Daaaaannnnn... lu juga tuh! Kak Nina emang udah pacaran, tapi jangan konyol minum-minum sampai teler dong!!!" sindir Rina.
Ehhhh kok dia tau?
"Bingung gue tau? Ya iyalah! Gue kan yang nganter lu sama Kak Hadi pulang. Lu bahkan nyebut-nyebut dan ngigau nama Kak Nina mulu! Ck... Tapi please deh ya, cewek tuh banyak di dunia! Bahkan populasinya lebih banyak dari cowok!"
Dasar cewek bawel! Dia malah mengalihkan topik membicarakan gue sekarang! Ck.
Yah, tapi gue ga bisa mengelak dari kenyataan itu. Cewek emang banyak di dunia ini, tapi Cuma satu yang gue mau dan itu Nina! Bukan orang lain. Bukan cewek lain. Dan harus Nina! Huff...
"Kak Nina emang cewek yang cantik, baik dan luar biasa. Gue ga heran kalau lu cinta mati sama dia. Hehe..." tambah Rina.
"Well, dia emang cewek yang luar biasa. Temenan sama cowok cupu kayak gue... Ah, kenapa juga gue bisa cinta mati sama dia, padahal dia ga pernah sekalipun nganggep gue siapa-siapa." Keluh gue.
Gue ga ngerti kenapa, tapi rasanya gue ga malu-malu buat cerita ke'galau'an gue ke Rina. Padahal gue susah banget buat deket sama orang dan gue bahkan baru kenal Rina DUA HARI, tapi gue udah menceritakan masalah gue dan Nina. Huff...
"It's ok. Lu cerita aja sama gue. Gue pendenger yang baik kok sekalipun gue bawel. Daripada lu simpen sendiri dalam hati. Itu ga enak sama sekali." Kata Rina.
Ya... Rina bener. Mending gue cerita aja. Toh seperti yang gue duga, jalanan ke kampus MACET TOTAL, dan sudah dipastikan Rina bakal terlambat. Akhirnya selama satu setengah jam perjalanan ke kampus, gue terus saja mengoceh dan mengungkapkan semua isi hati gue ke Rina.
Rasa kesal, benci, marah, iri, sedih, kecewa... semua jadi satu. Rina mendengarkan semua dengan sabar, dan gue sangat berterima kasih karena perasaan gue lega. Dia emang pendengar yang baik!
"Resss... boleh gue kasih saran?" tanya Rina sebelum gue keluar dari mobil yang sudah terparkir rapi di kampus.
"Saran untuk semua cerita gila gue?" tanya gue ragu.
"Ya. Buat semua cerita gila lu.."
"Hm.. boleh aja."
"Jangan nyerah kejar apa yang hati lu pengen. Daripada nyesel, mending lu coba aja! Ga ada yang tau kan takdir bakal bawa kita kemana? Istilahnya tuh, take it or leave it. Choose one!"
KAMU SEDANG MEMBACA
But I Love Her
RomanceAnother story dari "My Wedding Story" "Dia udah nyakitin lu Res..." kata gue lirih. "Tapi gue cinta sama dia." Jawab Ares sama lirihnya. "Dia ga pantes buat lu..." "Tapi gue cinta sama dia." "Lu tau ini sama sekali ga bener. Ini salah!" "Tapi... gue...