5 (Revisi)

20.6K 1.4K 30
                                    

"Sean liat deh, mama cantik ya?". Shannon berseru gembira seraya pandangannya tak lepas dari foto Naira yang terdapat pada undangan pernikahan.

"Kamu seneng mau punya mama baru?". Alih-alih menjawab, Sean justru memilih bertanya kembali.

Sudut bibir Shannon terangkat menampilkan senyum manisnya, ia mengangguk semangat menjawab penuturan kembarannya. Namun setelah beberapa saat ekspresi Shannon berubah kesal, seakan tersadar ada yang aneh dengan pertanyaan Sean.

"Kamu kenapa nanya begitu? Emang kamu ngga seneng bakal punya mama?

Anak laki-laki itu menggeleng kemudian meringis takut melihat wajah galak Shannon, sepertinya ia salah bertanya. "Bukan ngga seneng, tapi...". Sean menggantung kalimatnya, pikirannya berkecamuk mengingat kejadian beberapa hari lalu yang berhasil mengganggunya.

Flashback

Hari ini tepat hari ke delapan setelah Naira menyetujui ajakan menikah Raymond. Jika ada yang bertanya apakah dirinya menyesal, maka jawabannya adalah tidak. Setidaknya untuk sementara ini Naira masih ingin bertahan, karena sejujurnya ia sangat ingin mengungkap kebenaran apa yang disembunyikan Raymomd.

Sejak tadi Naira hanya diam memperhatikan seorang fotografer yang sibuk berlalu lalang dihadapannya, ia sebenarnya tidak ingin mengiyakan permintaan Raymond untuk melakukan foto prewedding untuk pernikahan mereka, tetapi lagi-lagi dengan kekuasannya pria itu berhasil memaksa Naira.

"Mbak Naira sepuluh menit lagi kita mulai fotonya ya". Ujar tiba-tiba sang fotografer yang dibalas anggukan kikuk Naira.

Entah mengapa Naira merasa dadanya cukup sesak dan degup jantungnya berdetak kuat, ia yakin ini bukan karena dirinya sedang merasa gugup, tetapi karena penyakit jantungnya kembali kambuh.

Naira merutuki dirinya sendiri, mengapa harus terjadi disaat seperti ini. Ia segera mengambil tasnya dan pergi mejauh dari kerumunan itu.

Pergerakan Naira berhasil tertangkap iris mata Raymond, karena rasa penasarannya pria itu memutuskan untuk mengikuti kemana Naira akan pergi. Langkahnya terhenti kala melihat Naira mulai mengeluarkan sebuah tabung obat dan botol minum dari dalam tasnya.

"Sedang apa kamu?". Naira terkejut mendengar suara bariton Raymond sehingga tanpa sengaja ia menjatuhkan tabung obat miliknya.

Tanpa persetujuan sang pemilik, Raymond mengambil benda tersebut dan membaca tulisan yang tertera disana.

Raymond berdecih. "Kamu sakit jantung Naira?". Gadis berusia 19 tahun itu memilih bungkam. Raymond jelas tahu obat jenis apa yang akan diminum Naira, obat ini merupakan obat yang dikonsumsi mendiang sang ayah selama pengobatan jantungnya kala itu.

"Nasib kamu buruk sekali ya Naira, tapi sayangnya saya sama sekali tidak prihatin atas keadaanmu". Lanjut Raymond.

Setelah mengatakan hal itu Raymond menjatuhkan tabung obat milik Naira dan menendangnya kearah semak-semak, Naira membulatkan matanya terkejut atas tindakan tersebut.

Ingin sekali rasanya Naira berteriak tetapi rasa sakit didadanya kian menyiksa, tubuh gadis itu perlahan luruh terduduk, ia mengeratkan cengkraman pada dadanya.

"Menyusahkan". Decak Raymond seraya melenggang pergi meninggalkan Naira.

Tanpa mereka sadari kejadian itu tengah diperhatikan oleh Sean, Raymond memang sengaja mengajak kedua anaknya untuk ikut serta dalam pemotretan ini karena ia ingin sekaligus memperbarui foto keluarganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang