Jus yang baru Jisung minum tersedak di tenggorokan, ketika melihat Jaehwan duduk berjongkok di pojokan dengan bahu bergetar. Ia melangkah pelan mendekat, meletakkan gelas ke atas meja.
“Jaehwan? Kau menangis? Kenapa?” ujar Jisung sambil berjongkok. Tangannya menepuk pundak Jaehwan menenangkan.
Jaehwan melirik dari balik tangan. Mata cokelat madunya dilapisi air membuat nyeri aneh tiba-tiba muncul di dada Jisung. Tidak menyangka Jaehwan bisa membangkitkan jiwa ingin melindungi seperti ini.
“Karena kamu marah padaku.”
Jisung terhenyak, terbatuk udara kosong. “Apa? Aku tidak—”
“Iya! Kau marah! Aku tidak tahu kalau aku harus membersihkan kamar mandi setelah memakainya. Aku tidak pernah membersihkannya selama ini. Aku bahkan tidak membersihkan apa pun seumur hidupku. Jadi, mana aku tahu aku harus melakukannya!”
Mulut Jisung terbuka, “Ah, itu.” Diusapnya kepala Jaehwan sambil mengalirkan ketenangan ala-ala prefeknya.
“Tidak apa-apa, Jaehwan. Aku tidak marah, hanya sedikit jengkel.” Ia terkekeh pelan, “Lagipula sekarang kau sudah tahu kalau harus membersihkan semua yang kita pakai dan gunakan, ‘kan?”
“Atau kita bisa memanggil peri rumah.”
Mata Jisung memicing, usapannya terhenti. “Atau kau bisa mulai belajar melakukannya sendiri.”
“Ugh.” Bibir Jaehwan maju dengan pipi terkembung.
“Kau lupa perkataanmu tadi pagi—”
“Oke~ baiklah, aku mengerti,” potong Jaehwan sambil mengelap air mata yang menggenang. “Ajari aku,” tutupnya dengan senyuman.
Kalau sudah seperti ini batin Jisung yang tidak bisa mengerti. Kenapa Jaehwan bisa-bisanya menampilkan ekspresi yang menggoncangkan kejiwaan Jisung seperti itu. Dicondongkannya badan ke arah Jaehwan, perlahan mempertemukan bibir mereka berdua.
-oOo-
Pagi itu, sewaktu ayahnya turun dan menghadapi Jaehwan, jantung Jisung berdebar tak karuan. Beginikah perasaan saat pacarmu diuji oleh orang tua?
Jisung menggeleng, menghembuskan nafas menenangkan diri. Ia mendekat sambil membawa nampan. Disorongkannya kopi hangat pada sang ayah, berharap minuman itu bisa ikut meluruhkan ketegangan yang ada.
Setelah menyeruput, Ayah meletakkan cangkir seraya membuka suara.
“Jadi, kau siapa?”
Ketenangan Jaehwan duduk berhadapan dengan ayahnya membuat Jisung sedikit lebih tenang.
Tetapi begitu anak ular itu membuka mulut, retak seluruh ketenangan yang Jisung miliki.
Wajah Jisung kaku; berbanding terbalik dengan aura aristokrat Jaehwan yang tenang dan tak tergoyahkan. Entah bagaimana hal semacam itu bisa terpancar di wajahnya yang polos.
“Saya dan Jisung berpacaran, Papa.”
Kenapa tiba-tiba memanggil ayah orang lain papa! Leher Jisung kaku menoleh pada ayahnya. Kerjapan Ayah benar-benar mewakili perasaan Jisung, sedang ibunya hanya mengulum senyum.
“Lalu ada apa?”
Jisung akui, ayahnya benar-benar sudah berpengalaman menghadapi orang aneh.
Pengalaman bertahun-tahun menghadapi berbagai macam karakter manusia membuat wajah itu bisa tetap datar tanpa emosi sama sekali. Seandainya Jisung bisa tau apa arti kilatan aneh di mata ayahnya.
“Saya ingin meminta izin untuk menghabiskan liburan di sini, Papa.”
Harus selalu memanggil papa apa bagaimana!
KAMU SEDANG MEMBACA
Colloportus [Yoon Jisung x Kim Jaehwan]
FanficJisung tidak mengerti untuk apa rentetan mantra asing itu.