Ketika gadis seumurannya sibuk memoles wajah, ia malah memakai bedak bayi untuk wajahnya. Berbeda dengan sepupunya, Ashalina.
"Gimana penampilan gue? Cantik gak?" tanya Asha setelah beberapa menit menatap dirinya dicermin kamar milik Cherry.
"Emmm..." Cherry meneliti penampilan Asha dari pangkal rambut sampai ujung kaki. Menurutnya, penampilan seperti itu tidak pantas dipakai oleh seorang pelajar. Apalagi mereka hanya akan kesekolah, bukan ke pesta dansa tempat para pangeran berada.
Baju yang ketat, rok diatas lutut, ditambah make up wajah yang begitu, menor? Asha berdecak sebal karena Cherry tak menjawab pertanyaannya.
"Ck. Kebiasaan, kalo gue tanya pasti gak jawab." decak Asha sebal. Ia mengambil tas lalu keluar kamar meninggalkan Cherry.
"Sempurna" gumam Cherry ketika menatap dirinya sendiri dicermin setelah kepergian Asha. Ia menampakkan senyuman manisnya sehingga terlihat giginya yang gingsul dan lesung pipi dikedua wajahnya. Sangat manis.
Cherry mengambil tasnya diatas kasur lalu keluar menyusul Asha yang pasti sudah menunggunya.
"Lama banget didalam. Lagi dandan?" tebak Asha dan dibalas cepat gelengan kepala oleh Cherry.
"Si Cherry itu gak bisa dandan. Beda sama kamu yang selalu tampil cantik." puji Bu Ela, mama Cherry.
Kesal? Itulah yang dirasakan Cherry saat ini. Mama yang selalu mendukungnya dulu kini membandingkan anaknya sendiri dengan anak orang lain. Ya, meskipun Cherry dan Asha adalah sepupu, namun Cherry menganggap Asha seperti orang lain.
Cherry melirik Asha yang mengangkat bahu bangga karena pujian mamanya. Ia lalu memutar bola matanya karena terasa sakit melihat dandanan Asha.
"Ya sudah, ayo sarapan dulu Asha. Om kamu udah nunggu dari tadi." ajak Bu Ela lalu merangkul pundak Asha meninggalkan Cherry yang mematung menatap mereka.
"Kenapa cuma Asha, ma? Kenapa Cherry gak diajak? Bukannya Cherry anak mama? Tapi kenapa mama seakan-akan nganggap Cherry gak ada?" Hati Cherry terasa ditusuk-tusuk oleh ribuan pisau.
Ia berangkat ke sekolah duluan tanpa sarapan dan tanpa pamitan. Baru pagi, moodnya sudah hancur melihat apa yang dilakukan mamanya sendiri.
*****
"Napa lo? Pagi-pagi udah cemberut aja." tanya Nadhira heran. Ia langsung bertanya ketika Cherry datang lalu duduk di sampingnya dengan wajah cemberut dan terlihat sedih.
"Lo pasti udah tau jawabannya" balas Cherry lalu melipat kedua tangan diatas meja dan menenggelamkan kepalanya disana.
Nadhira ikut sedih melihat sahabatnya itu. Ia sudah yakin jika Cherry cemberut di pagi hari pasti karena mamanya yang selalu membandingkannya dengan sepupunya, Asha. Nadhira tau karena Cherry sering curhat padanya.
Nadhira atau kerap dipanggil Dhira ini adalah sahabat Cherry sejak SMP. Mereka masuk ke SMA Delton dengan alasan sama-sama tidak ingin berpisah.
Sebisa mungkin Dhira ingin menjadi sahabat yang selalu ada untuk Cherry. Karena dulu, papa Cherry menolong ayahnya yang hampir tertabrak. Itu sebabnya Dhira ingin membalas budi.
Meskipun Dhira begitu cantik, tapi ia sama sekali tidak malu mempunyai sahabat seperti Cherry yang memiliki kulit sawo matang tapi manis bak buah Cherry.
"Yang sabar ya, Ry. Pasti suatu saat nyokap lo bakal sadar sama apa yang udah dia lakuin." Dhira merasakan kepala Cherry mengangguk meskipun tenggelam dalam lipatan tangan.
Sudah 15 menit sejak bel masuk berbunyi. Namun tidak ada tanda-tanda akan kedatangan guru. Cherry yang kembali ceria, kini sedang asyik bercerita dengan Dhira.
"Kemarin gue nonton film India. Sedih banget, sumpah." ucap Dhira sembari menunjukkan jarinya yang membentuk huruf V.
"Dil Hai Tumhara, ya?" tebak Cherry dan dibalas anggukan cepat oleh Dhira. "Kalo gue sih udah sering nontonnya" sambung Cherry.
Cherry merasa senang saat berada di sekolah dan bersama Dhira, sahabatnya. Karena ia bisa melupakan kejadian yang ia alami, meskipun akan kembali terulang ketika kembali kerumah.
___________
Bantu vote ya😁🙏🙏