Hari yang membosankan

4 1 0
                                    

Hay gays. Aku kembali lagi, ni bagian ke dua nya dan selanjutnya akan segera nyusul. Selamat membaca

Akhirnya arfan di ajak kembali tinggal bersama bundanya Ana, ia kembali tinggal di rumah megah penuh dengan perlengkapan serba yang ia butuh kan. Namun semuanya akan beda rasanya jika tak ada sang ayah, ia iri melihat teman nya bersama ayah ayah mereka, bercanda bahagia.

"Karna cinta kau menderita, terbujur kaku di dalam tanah sepi menyendiri, tanpa ada orang yang menemani" batin arfan sambil melihat poto keluarga di kamar lamanya.

Ana yang melihat arfan dari balik pintu kamar merasa dirinya sangat bersalah, namun fikirnya itu bukan lah salahnya, fandi meninggal bukan karna perbuatannya.

"Arfan? Ayo makan malam!" Ana menghampiri arfan.

"Makan duluan aj, arfan gk lapar bun" dengan sikap dingin arfan menjawab ajakan bundanya untuk makan malam bersama.

"Yah sudah, kalo arfan lapar bilang ke bunda yah!" Ana mebelai rambut cagat arfan.

Arfan tidak menjawab, dan membaringkan badannya. Hingga pagi ia tak makan. Ana yang mengetahui arfan tak makan menyuruh bi ipah untuk membujuk arfan, karna hanya bi ipah aja yang mampu membujuk arfan karna bi ipah merawat arfan dan saudara nya dari kecil. Bi ipah bagaikan orang tua kandung arfan sendiri. Karna almarhum ayah dan bundanya sangat di sibukan oleh pekerjaan.

Di balik pintu terlihat perempuan berusia sekitar 45 tahun membawa nampan berisikan nasi goreng memasuki kamar arfan.

"Aden, makan dulu." Bi ipah masuk ke kamar arfan dan langsung menyuguhkan makanan kesukaan arfan.

"Madam, kapan datang?" Arfan yang melihat bi ipah pun langsung terbangun.

"Madam, baru aja datang dari kampung, dan kata ibu, aden gk mau makan dari tadi malam." Perempuan paru baya itu pun langsung menyuapkan makanan ke mulut pemuda berusia 17 tahun itu. Bi ipah sangat memanjakan arfan dan arfan pun tidak merasa terganggu walau pun sudah dewasa.

Tiba tiba Ana datang yang membuat suasana hati arfan yang tenang menjadi gersang kembali.

"Bunda akan menyekolah kan arfan lagi." Ana datang dan memecahkan suasana.

"Terserah bunda aja." Arfan menjawab dengan cuek pada bundanya."
Bi ipah langsung meminta ijin untuk membersikan rumah. Dan mendapatkan respon dari Ana.

"Pak joko sudah mendaftarkan arfan, dan arfan tinggal masuk." Kata ana sambil berjalan mendekati arfan. Arfan tidak merespon apa pun ia melanjutkan tidurnya, dan tidak menghiraukan Ana.

Ana sangat kesal dengan sikap anak bungsunya tersebut. Ia seakan di persalahkan atas kepergian fandi. Hingga membuat arfan sangat membenci ana

******

Pagi tiba, bi ipah menyiapkan sarapan buat keluarga Ananta. Ijay yang paling sulung di keluarga itu pun telah duduk di bangku ayahnya, dan di samping nya ada azhar dan ana di meja yang berukuran panjang itu pun ada Hanisa istri ijay dan anaknya Hasan. Dan arfan pun datang duduk tepat mengarah ijay. Ruangan sunyi tanpa suara, karna kebahagiaan yang dulu tidak ada lagi.

Dan pandangan mereka hanya tertuju pada arfan yang sendari tadi hanya menundukan kepala dan tidak menyentuh makanan nya

"Arfan habiskan makanan mu!" Ana menyuruh arfan untuk menghabiskan makanannya, ia hanya menyentuh roti dan dan langsung meninggal kan mereka menuju garasi dan menyalakan sepeda motornya untuk berangkat sekolah tanpa menghiraukan bundanya, dan langsung bergegas berangkat sekolah.

Di sekolah baru, arfan langsung menemui tantenya, adik dari Ana yang juga merupakan guru SMA kusuma bangsa, Samarinda.

"Tante? Kelas arfan di mana?" Bella terkejut karna arfan mengajukan pertanyaan dengan tiba tiba.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menanti Datang Nya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang