Haechan dengan sikap cuek dan masa bodohnya tiba-tiba menjadi target bullying di sekolah oleh geng yang terkenal karena 'Ketampanan, Kekayaan dan Kekejaman' disekolahnya. Belum kelar satu masalah, ia juga tiba-tiba dikejar kelompok mafia yang terken...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haechan setiap pagi harus berangkat ke sekolah dengan jalan kaki, jarak rumah dan sekolahnya memang tidak jauh tapi ia harus sedikit berlari karena selalu berangkat mepet jam masuk.
"Appa, aku berangkat" Ucap Haechan sambil berlalu pergi keluar rumah dengan sebuah roti selai di tangannya.
Klingg.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya,
Renjun pabo Apa kau telat lagi? Ingat ada pembelajaran matematika tambahan 10 menit sebelum bel masuk.
Setelah membaca pesan itu, Haechan langsung berlari karena dilihatnya jam masuk kurang 12 menit lagi.
"Yaish! Apa aku bisa sampai dengan waktu 2menit?! Kenapa tidak mengabariku dari pagi sih?!" Omelnya sambil berlari.
Dan tepat 2 menit setelahnya, Haechan sampai di depan gerbang. Namun kelasnya ada di lantai atas dan dia harus kembali berlari untuk sampai sebelum guru masuk ke kelasnya. Karena ia berlari dengan tergesa dan tak mempedulikan orang lain, ia tak sengaja menabrak seseorang dengan keras.
"Aduh.. " Keluhnya sambil memegangi bahunya.
"Maaf aku buru-buru" Ucapnya tanpa melihat orang yang ditabrak.
Orang yang ditabraknya hanya mendengus remeh dan berbalik melihat pelaku penabrakan itu yang kini hanya terlihat punggung nya saja.
"Kelas 11, rambut abu-abu, dan pendek" Ucapnya.
....
Sepertinya pagi itu memang Dewi Fortuna tidak berpihak pada Haechan, sekarang dia tengah berdiri di depan kelas sambil membawa penggaris besar di kepalanya. Ia masuk setelah 1 menit Guru Moon masuk dan dia bukanlah guru yang gampang mentolerir kesalahan sekecil itu, dan berakhirlah Haechan seperti itu.
Di bangku pojok, Renjun hanya menatapnya dengan tampang memelas dan berucap 'fighting' tanpa suara.
"Lee Haechan. Ikut saya keruangan" Ucap Guru Moon setelah pembelajaran berakhir 30 menit lamanya.
Haechan mengikutinya dengan lemas, dan saat melewati satu kelas disampingnya ia mendadak berjalan tegap dan memasang senyum manisnya. Dan seperti dugaannya, orang yang dia harapkan sedang berdiri di depan pintu masuk kelas sambil bercengkrama dengan teman kelas lainnya.
"Yak! Lee Jeno, Hwang Hyunjin jangan berdiri dipintu, dan masuk lah ke kelas" Ucap Guru Moon menegur dua orang tadi.
Haechan tertawa kecil dan hanya diberikan tatapan datar oleh Guru Moon. Mereka melanjutkan perjalanannya ke ruang guru.
"Kenapa lagi?" Bisik Jeno kecil kepada Haechan.
"Seperti biasa hehe" Jawabnya juga dengan volume kecil.
Haechan dan Jeno adalah sahabat sejak kecil, dulu Jeno dan Haechan sering bermain bersama namun setelah Jeno pindah mereka jarang bermain bersama dan kembali bertemu saat junior high school sampai kini mereka masih menjadi sahabat. Mungkin bagi Jeno seperti itu, tapi lain bagi Haechan, dia menaruh rasa kepada sahabatnya itu sejak lama tapi entah Jeno yang tidak peka atau memang dirinya yang kurang jelas.
Sesampainya di ruangan Guru Moon Haechan dipersilahkan duduk dan tak lama seorang siswa masuk, dari kelas unggulan sepertinya karena warna seragam mereka sedikit berbeda di bagian dasi.
"Silahkan duduk Jaemin" Ucap Guru Moon.
"Yang pertama saya harus bilang kepada Lee Haechan bahwa kamu sudah sering telat masuk sekolah dan lagi, nilai matematika mu sangat turun" Ucap Guru Moon panjang.
"Untuk itu saya meminta siswa dari kelas unggulan untuk mengajarimu dalam bidang matematika, yaitu Na Jaemin"
"Ssaem, saya bisa belajar dengan Renjun. Dia juga tidak terlalu bodoh tentang matematika" Elak Haechan
"Nilaimu disini sangat turun Lee, tidak bisa diajarkan oleh sembarang siswa. Dan saya tidak perlu persetujuanmu, saya hanya akan bertanya apakah Jaemin mau membantumu atau tidak" Ucap Guru Moon lagi.
"Saya bersedia ssaem" Ucap Jaemin dengan senyum manisnya.
Haechan ingin mengumpat saat itu juga, dia benci matematika, dia tidak suka sifat tidak bisa dibantah dari gurunya itu, dan dia tidak terlalu suka siswa dari kelas unggulan. Menurut Haechan mereka itu sombong dan penjilat.
Haechan pergi dari ruangan Guru Moon dengan wajah kesalnya diikuti Jaemin. Saat hendak berbelok ke kelasnya, Jaemin menahannya.
"Eumm Lee Haechan, sebelumnya kenalkan aku Na Jaemin dari kelas unggulan. Karena dalam beberapa minggu kedepan aku akan menjadi tutor matematikamu, boleh minta nomormu?" Tanya Jaemin hati-hati.
Ia tau kalau Haechan tidak suka akan keputusan Guru matematikanya itu, tapi Jaemin tidak bisa menolaknya karena ia rasa permintaan itu bukan bersifat negatif.
"Yang pertama kau sudah tau namaku. Yang kedua aku tidak mau belajar denganmu. Yang ketiga aku tidak memberikan nomorku pada orang yang tidak kukenal" Jawab Haechan datar dan pergi berlalu.
Jaemin yang mendengar jawaban Haechan hanya menatap kepergian pemuda yang lebih pendek darinya itu dengan raut sedih.
"Kenapa sepertinya dia tidak suka sekali denganku" Ucapnya.
"Siapa yang tidak menyukai seorang Na Jaemin?" Tanya suara yang datang dari belakangnya.
"Hyung.. Kenapa berkeliaran saat jam pelajaran seperti ini?" Tanya Jaemin kemudian.
"Mencari angin?"
"Ada saja alasanmu hyung, kembali lah ke kelas"
"Kau belum menjawab pertanyaanku" Ucap seorang yang dipanggil hyung itu.
"Guru Moon memintaku mengajarkan matematika pada seorang siswa tapi sepertinya dia tidak suka akan permintaan Guru Moon dan mungkin itu karena aku?"
"Yak! Siapa orang yang beraninya menolak Jaeminku?!"
"Yak Hyung! Aku bilang sepertinya bukan sebenarnya jangan menuduh. Lebih baik kau kembali ke kelas. Oke?"
"Aku ingin makan bersamamu"
"Baiklah kita kekantin" Ucap Jaemin tak lupa dengan senyum manisnya.