Pagi yang sangat cerah, namun sangat disayangkan. Tidak secerah hati gadis yang sekarang sedang memakan sarapannya.
Pemandangan didepannya kini membuat gadis itu semakin menekuk wajahnya. Bagaimana tidak, kini dihadapannya terdapat Alka.
Lelaki yang 3 tahun lebih tua darinya, yang sekarang dengan santainya sedang mengacak ngacak ruang tv dirumahnya.
"Lo bisa nggak sih, ga ngacak ngacakin barang barang" gadis itu sangat jengkel dengan kelakuan Kakanya ini.
"Lo tuh ya, bisa nggak sih. Nggak marah marah? Gue baru datang jauh jauh, terus gue lo omelin?"
Sungguh. Jika dihadapannya ini bukan Kaka nya, mungkin ia akan cepat cepat memanggil satpam untuk segera mengusirnya.
"Lagian lo ngapain sih kesini? Lo mau minta apaan lagi sama gue?"
Lelaki itu bangkit dari sofa, lalu berjalan mendekat kearah gadis yang tak lain adalah adiknya. Tatapannya menatap Alisha serius.
"HAHAHAHA" tawa nyaring keluar dari mulut Alka.
Gadis itu menghela nafasnya, jadi begini rasanya mempunyai kaka yang otaknya hanya setengah?
"Heh sableng lo. Malah ketawa. Udahlah, gue berdebat sama lo gak akan selesai selesai. Gue mau berangkat sekolah" gadis itu mendengus lalu melangkahkan kakinya menuju halaman rumahnya.
Alka terus berjalan mengikuti langkah adik nya, setibanya di halaman rumah, gadis itu berbalik menghadap Alka lalu menatapnya seolah meminta penjelasan mengapa dirinya diikuti seperti itu.
"Gue anter deh. Sebagai kaka yang baik dan mulia. Kali aja ada yang nyantol kan?"
Gadis itu tidak menanggapi ucapan lelaki dibelakangnya dan terus melangkahkan kakinya menuju mobil.
Perjalanan yang bisa dibilang cepat karena hanya memakan waktu sekitar lima belas menit. Membuat gadis itu tersenyum. Setidaknya ia bisa bersantai dikelasnya tanpa ada yang mengganggu.
Tibalah gadis itu dipelataran sekolahnya, lalu menatap Alka sejenak dan turun dari mobilnya.
Dari dulu, semenjak kejadian tiga tahun yang lalu. Gadis itu selalu merasa takut menyakiti orang lain. Itulah yang menjadi alasan gadis itu menutup diri.
Teman yang ia miliki sekarang rasanya sudah cukup, ia tidak harus memiliki banyak teman. Jika akhirnya akan menimbulkan konflik, lebih baik memiliki sedikit teman tetapi benar benar peduli dan tak pernah mengkhianati.
Gadis itu mulai duduk dan memasangkan earphone di kedua telinganya. Pandangannya ia alihkan pada novel yang selalu ia simpan di kolong mejanya.
Dua puluh menit berselang, jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Tapi, sahabatnya itu belum juga datang. Kemana gadis itu? Tadi malam kan mereka masih bertemu.
Ternyata pada jam pelajaran pertama, tidak ada guru yang masuk dikarenakan adanya rapat dadakan.
Gadis berambut sebahu itu memperhatikan sekitar. Ia masih tidak menemukan keberadaan sahabatnya itu. Apakah ia harus mencari disekitaran sekolah ini?
Tanpa fikir panjang, gadis itu bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya, tujuan utamanya saat ini adalah perpustakaan. Karena, biasanya Talitha selalu datang ke perpustakaan walau hanya sekedar duduk memainkan ponselnya.
Pandangan gadis itu menelusuri setiap penjuru perpustakaan, tetapi tidak juga mendapatkan keberadaan sahabatnya itu. Kemana dia? Atau kah ia sakit? Pesan yang ia kirim pun belum dibaca olehnya.
Sudah sekitar 15 menit gadis itu mengitari sekolahnya, keberadaan sabahatnya tidak juga ditemukan. Ia menghela nafas lalu berniat kembali ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Terimakasih
Teen FictionSegala sesuatu yang ada, akan hilang pada akhirnya. Segala sesuatu yang datang, akan pergi setelahnya. Hidup seperti roda yang berputar. Bahagia? Sedih? Semua akan dirasakan pada saat yang seharusnya. Tuhan telah merancang alur hidup semua makhlu...