(2) Lina

26 3 0
                                    

Happy reading

Seharian Gani mengawasi adik perempuannya, hingga sampai malam suntuk ia tertidur di sofa kamar sang adik.
Sampai saat adzan subuh berkumandang, ia samar-samar mendengar langkah kaki menuju arahnya. 'Bi Ona?, Gak mungkinlah, orang pintu kamar gue udah kunci semalem. Eh apa jangan-jangan' batin Gani yang semula terpejam matanya kini langsung membukanya lebar terlebih lagi melihat adiknya yang tak berada di ranjangnya.

"Inaa.. kamu dimana", lirih Gani sambil menuju ranjang adiknya.

"Ina.. ini gak lucu na", Gani masih berusaha menepis fikiran aneh yang berada di benaknya.

"Kak.. ", suara perempuan yang masih lemah itu berasal dari arah kamar mandi.

Disisi lain Gani memejamkan mata membelakangi arah kamar mandi, berharap itu adalah adiknya yang sedang memanggilnya
'Gue gasalah denger kan?', terus saja Gani bergelut dengan pikirannya sendiri.

Perlahan tapi pasti, dengan membalikkan badan kearah sumber suara dan juga perlahan membuka mata memperlihatkan sesosok tubuh lemah di depannya yang tersenyum dengan wajah pucatnya. Lina, itu Lina.

Sontak Gani memeluk adiknya tersebut dengan hati hati untuk tidak mengenai jarum jarum infus yang berada di tangan kiri adiknya, sedangkan disisi tangan kanan sang adik membawa cairan infus yang mengalir ke tubuhnya.

Gani yang ini seperti bukan Gani yang biasanya, ia menangis dihadapan adik satu-satunya itu. Ia tak pernah menunjukkan emosinya kepada orang lain dan berbicara seperlunya saja. Kecuali.. dengan dia, orang baru karena tabrakan di koridor kelas.

"Ina, kakak kangen banget sama kamu, maafin kakak ya yang udah bikin kamu kaya gini",

"Gapapa kak, ini juga bukan sepenuhnya salah kakak", ucap mereka berdua disela pelukannya.

"Kak.. Ina mau ngomong sama kakak, tatap Ina kak"

"Ina mau ngomong apa, hmm?" Ucap Gani sambil menelungkup pipi pucat Lina.

"Kalau Ina kayak gini itu udah takdir Ina yang seharusnya kayak gini. Kakak gaperlu salahin diri kakak sendiri, toh kakak udah tau kan kalau ini semua murni kecelakaan, dan kakak juga gak ada niat buat celakain aku, jadi kenapa masih merasa bersalah kak. Aku tau kalau kakak sering frustasi gara-gara aku yang engga juga sadarkan diri, lalu bagaimana kalau aku mati kak? Apa kakak juga akan bunuh diri?"

Dengan cepat Gani membekap mulut adiknya itu

"Ina, apa yg kamu omongin. Sudah, jangan berfikiran macam-macam. kata om Indra luka kamu sudah membaik dan beberapa bulan kamu akan sadar, dan sekarang. Kamu sudah sadar kan, kakak bersyukur banget kamu udah sadar. Jadi kamu gausah mikirin yang engga engga ya, kamu pasti sembuh total, kakak yakin itu", ucap Gani seraya tersenyum didepan adiknya untuk menunjukkan betapa bahagianya ia melihat adiknya yang sudah sadar kini

"Iya kak, Ina pasti sembuh total, bahkan sehat tak merasakan sakit lagi. Tapi aku gak bisa lama kak. Ada yang udah nunggu Ina, tapi sebelumnya Ina minta kakak janji ke Ina kalau kakak gabakal ngelakuin hal yang aneh-aneh lagi selagi Ina gak ada. Ikhlaskan ya kak"

Kata kata Lina terus berputar dikepala Gani, tak mengerti arti ucapan sang adik itu. Ia memilih melupakan dan memeluk adiknya lagi hingga hanyut dalam pelukan tersebut. Perlahan adiknya mundur menjauh semakin menjauh hingga Gani tak bisa meraihnya.

"LINAAA!!!"

Gani berteriak histeris di sofa tempat ia tidur semalam, dan mematung melihat Lina yang masih terbaring di atas tempat tidurnya

"Cuma mimpi", lirih Gani hampir tak dapat didengar

"Tuuuutttt" bunyi monitor yang menjadi tanda tanda kehidupan adiknya berbunyi terus menerus seakan nyawa Lina tak bersemayam lagi ditubuhnya.

Dengan cepat Gani melihat adiknya yang lemas, dan segera lari ke telfon rumah di ruang tamu untuk menelfon dokter.

"Innalilahi Wa Innailaihi Raji'un", ucap dokter Indra setelah memeriksa Lina dan mencopoti peralatan rumah sakit yang menempel ditubuh Lina

Dan dengan Gani?, Oh jangan ditanya. Serasa hancur menjadi kepingan kali ini. Dan berusaha mengingat kata adiknya sebelum ia terbangun tadi. Kali ini dia faham. Gani memeluk adiknya setelah alat medis terlepas dari tubuh Lina dan meluapkan emosinya

"Kakak janji Ina, kakak janji", bisik Gani disela pelukannya.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ForgetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang