Satu - Hari terakhir

40 8 5
                                    

Happy Reading

---

Turun dari motor, gadis itu berjalan masuk kedalam bangunan yang selalu ramai. Melihat lihat untuk terakhir kali. Setelah ini, kecil kemungkinan untuk ia bisa berkunjung kembali. Bukan, bukan karena bangunan ini akan tutup atau semacamnya. Bukan juga hari terakhir dia bernafas. Lebih karena ia takut. Takut akan sesuatu yang akan menggagalkan rencana menutup hati, bahkan diri.

Berjalan menyusuri koridor sekolahnya, ralat mantan sekolahnya. Melihat tempat tempat yang pernah membahagiakannya. Langkahnya terhenti saat melihat pohon yang cukup besar berada di taman belakang sekolah. Entah kapan ia sudah sampai kesini.

Air matanya luruh mengingat sekelebat kejadian yang pernah terjadi di bawah pohon itu.

Lelaki bertubuh jangkung itu melihat gadis yang tengah duduk dibawah pohon sambil meminum milkshake strawberry kesukaannya. Perlahan, ia berjalan mendekat dengan sesuatu yang ia tenteng yang nantinya akan diberikan kepada gadis itu.

Tampaknya, gadis itu masih tak sadar ada orang yang mendekatinya.

Dari belakang, lelaki itu menutup mata gadis itu dengan lembut.

"Jangan kira gue nggak tau ya lo siapa," ucap gadis itu santai dan kembali menghisap milkshake-nya.

Dari baunya saja gadis itu sudah bisa menebak siapa orang yang tengah menutup matanya.

"Lepas Dave!" Bentak gadis itu.

Sontak lelaki yang ia sebut Dave tadi melepaskan tangannya. Gadis itu menoleh ke arah Dave, dan memutar bola matanya malas. Dave terkekeh.

"Mau apa?" Tanya nya pada Dave.

"Nggak papa"

"Terus ngapain disini?" lagi, gadis itu meminum milkshake nya yang tinggal sedikit.

Dave diam. Masih terus memperhatikan wajah gadis disamping nya. Tangan yang ia sembunyikan dibelakang membuat gadis itu curiga atau mungkin kepo.

"Itu apa?" Gadis itu menunjuk dengan pandangan nya kearah tangan Dave.

Dave masih diam, kali ini sambil tersenyum.

Gadis itu geram kepada Dave yang sedari tadi hanya senyam senyum sendiri.

"MAU NGAPAIN LO?" Suaranya meninggi, ia benar benar geram.

"Santai Liya," kata Dave. Kali ini melihat ke arah depan juga sambil tersenyum.
"Gue pengen ngomong serius sama lo."  Lanjut Dave.

"Sok serius lo."

"Liya," Dave tidak lagi tersenyum. Raut wajahnya menjadi serius kali ini.

Gadis itu tak bergeming.

"Gue tau lo suka sama gue," Gadis yang Dave panggil dengan sebutan Liya tadi terpaku. Mendadak canggung. Nafas gadis itu tak teratur akibat terkejut.

"Ng..ngaco lo," Ucap gadis itu terbatah.

"Tapi, gue juga suka sama lo." Kembali, gadis itu kembali terpaku. Mendadak hawa yang tadi nya sudah panas tambah panas. Tak bisa dipungkiri hati gadis itu berbunga bunga. "Bukan, bukan suka. Gue cinta sama lo," sambung Dave sungguh sungguh.

Gadis itu diam, meremas gelas milkshake yang sudah habis.

"Jadi..." Dave mengeluarkan sebuket bunga yang tadi disembunyikan nya kemudian ia berlutut menghadap gadis yang duduk dibangku kayu itu.

"Gue mau lo jadi pacar gue. Gue nembak lo emang nggak romantis seperti yang ada di buku buku novel lo, tapi lo perlu tau, gue mencintai lo melebihi apapun Alliya."

"Bodoh! Kenapa lo inget!" Alliya memutar badannya hendak pulang. Ia benar benar merasa lemah berada di tempat ini. Dan Alliya benci dengan dirinya yang lemah.

Berjalan kembali melewati koridor yang tadinya ia lewati. Ia ingin cepat cepat sampai ke parkiran dan pulang kerumah.

Walaupun ini sudah sore, tapi masih ada beberapa murid yang  masih disekolah. Alliya merapalkan doa dalam hati agar dia yang Alliya hindari sudah pulang. Jika pun ada, jangan sampai bertemu.

Tapi sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak kepada Alliya.

"Liya!" Alliya berhenti. Alliya sangat kenal suara ini. Suara sahabat karib yang telah berhasil mematahkan hatinya.

Alliya membalikkan badan, ia melihat dua orang yang sangat ia kenali menatap nya. Dua orang yang sama sama menghancurkan hati Alliya

"Kenapa Ra?" Tanya Alliya.

"Tadi, kenapa nggak sekolah?"

"Nggak enak badan" jawab Alliya dingin.

"Terus kenapa sekarang disini?"

"Terserah gue dong."

"Oh ya udah, gue sama Dave pulang dulu ya," ucap Lara bergantian melihat ke arah Dave dan Alliya. "Ayo sayang!"

Alliya meringis menahan tangis melihat kejadian itu.

"Lupakan bodoh! Jangan lemah!" ucap Alliya pada dirinya sendiri.

---

Haii aku lagi belajar nulis, semoga ada yang suka sama karyaku yang absurd ini . Belum apa apa udah Hari Terakhir aja wkwk

Tertanda, manusia yang lagi mikirin masih punya sahabat atau nggak.

See u next part!

Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang