Delapan - Devan senang

19 4 4
                                    

Happy reading.

---

Alliya berjalan menuju kelasnya, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Berjalan menyusuri koridor yang masih ramai membuat Alliya sedikit gugup karena tatapan orang sekitar yang menuju pada dirinya. Bukan, bukan karena Alliya yang cantiknya di atas rata rata seperti di cerita novel tapi lebih karena Alliya asing bagi murid murid di sana.

Setelah sampai di kelas Alliya masuk dan langsung duduk di bangkunya. Alliya melihat Gwen yang masih tak menyadari kehadirannya karena terlalu larut dalam novel yang dibaca mengingat gadis itu sangat menyukai novel, persis Alliya.

Alliya tak berniat menegur Gwen karena masih canggung. Lagi pula ia tau rasanya jika kita sedang larut dalam cerita sebuah novel lalu di ganggu, buruk sekali!

Alliya memejamkan mata di meja dengan tangan yang di lipat di atas meja. Mengalami kejadian yang luar biasa bagi Alliya membuat dirinya benar benar mengurung diri dan susah berbaur dengan orang orang.

"Sibuk semua nih," ucap Siska. Seketika Alliya mengangkat kepalanya begitu pun Gwen yang langsung menutup novelnya.

"Eh lo kapan datengnya All?" Tanya Gwen.

"Barusan,"

Kring..kring...

Alunan bel tanda masuk sekolah itu terdengar mengerikan bagi murid yang memang malas mengikuti pelajaran. Begitu pun Alliya, tapi rasanya lebih baik dari pada ia hanya tidur di atas meja.

"Yahh.. Males banget gue pelajaran buk Doraemon," ucap Gwen lesu.

Alliya yang belum tahu dengan guru yang disebut Gwen dengan 'buk Doraemon' pun mengernyitkan keningnya.

'Ada ya nama guru kawai banget gitu,' batin Alliya.

---

Alliya duduk di halte sebrang sekolah, termenung sambil mendengarkan lagu dengan earphone merupakan hal yang paling membuat Alliya tenang saat ini.

Tujuan Alliya di sini apa lagi kalau bukan untuk menunggu angkutan umum, untuk kali ini Alliya tak ingin menaiki taxi online. Mungkin suasana angkutan umum bisa membuat mood Alliya membaik.

"Lagi ngapain All?"

Alliya melirik orang itu tanpa berniat menjawabnya, padahal walaupun ia menggunakan earphone ia masih sangat mendengar apa yang di tanyakan orang tersebut.

"Selain judes sekarang lo juga udah bermetamorfosis jadi budek, All?"

Alliya melepas earphone-nya, "Tanpa gue jawab pun lo bisa lihat gue lagi apa." jawab Alliya kepada Devan.

"Ya kan basa basi, All."

"Selain sok kenal sekarang lo juga udah bermetamorfosis jadi kepo ya, Van." Kata Alliya menirukan gaya bicara Devan.

Devan terkekeh, lalu ia juga ikut duduk di samping Alliya. Entah untuk apa.

"All?"

Alliya melihat ke arah Devan lalu mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya kenapa?

"Dari sekian banyak orang yang gue kenal, cuman lo yang manggil gue dengan 'Van' biasanya orang orang manggil gue Dev." kata Devan sambil tersenyum.  "Kenapa All? Panggilan khusus buat calon pacar ya?"

Karena kalau gue manggil lo Dev besar kemungkinan lo gak ada di sini sekarang atau nanti. Batin Alliya.

"Pede amat hidup lo. Nggak boleh?"

"Boleh boleh aja si All. tapi gue ini spesies cowok yang mudah baper ntar kalau gue baper karena lo udah buat gue ngerasa spesial lo harus tanggung jawab." ucap Devan dengan raut muka yang terlihat serius.

"Lo mudah baper ke semua cewek?" Tanya Alliya.

"Nggak sih, ke lo doang hahaha." tawa Devan.

Alliya memutar matanya malas, jengah dengan kelakuan Devan. Ia pikir Devan adalah cowok yang memang mudah baper. Biasanya cowok seperti itu pasti agak sedikit lembut atau ah apa lah itu semacamnya.

Bagi Alliya, Devan adalah sosok yang asik untuk berteman. Devan merupakan gambaran cowok humoris. Persis tipe Alliya. Tapi mengingat lelaki itu sudah menjadikan Alliya calon pacar surut kemungkinan untuk bisa berteman.

Tapi ah sudahlah, yang pasti berteman saja dulu.

"Nggak ada niat buat nawarin gue pulang bareng Van?" Tanya Alliya tanpa rasa malu.

"Itu beneran lo yang nanya All?" Devan mendekatkan wajahnya ke wajah Alliya dengan kedua mata yang menyorot seolah olah berkata yang di depan gue ini gue rasa bukan Alliya.

Alliya mendorong kepala Devan, "Ya udah kalau nggak mau," Jawabnya.

"Eh mau dong. Kapan lagi Alliya minta di antar pulang."

"Ya udah yuk!"

"Lo ke sambet apa sampai minta antar gini, All?" Tanya Devan yang sudah menaiki motornya.

"Nggak ada, mau bikin lo seneng aja. Lo udah buat mood gue naik tadi." Kata Alliya sambil tersenyum. Devan merasa jantungnya berdetak tak karuan setelah Alliya mengatakan itu.

Mampus. Makin suka kan gue. Batin Devan.

"Lo seneng Van?" Tanya Alliya lagi.

"Seneng banget dong All. Yuk pulang!"

---

Saat di tengah perjalanan Devan berhenti. Padahal sedikit lagi sampai di kostan Alliya.

"Makan mie ayam dulu ya, All?" Tanya Devan.

"Lama nggak?"

"Nggak kok."

"Iya deh, tapi bentar aja ya. Gue lagi nggak mood lama lama di tempat mie ayam." 

Tuh kan. Devan sama Dave bukan namanya doang yang mirip. Sifatnya juga. Batin Alliya.

---

Haii aku update lagi yuhuu...
Kangen sama bang Devan akutu makanya nulis wkwk.

Tertanda, manusia yang akhir akhir ini sering banget scroll tik tok.

See u next part!


Bukan PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang