[Chapter 2]

8 0 0
                                    

“Apa masih ada  seri kelanjutannya?” tanya lelaki bersurai merah tersebut.

Zax masih menatap horor sosok yang kini mulai beranjak dari kasurnya dan berdiri di depannya. Sosok yang selama ini ia kagumi dalam serial di dalam komiknya. Kini tokoh itu berdiri di hadapannya sambil memegang komik yang berisi tentang dirinya sendiri, ditambah ia bertanya mengenai seri lanjutannya.

“KAU EMIT? EMIT RELLEVART?!” jerit Zax, bukan waktunya untuk kalem.

“Zeoo~.” Emit melambai, bibirnya mengucapkan kata  kesukaan Zax.

Zax terkejut, ia tak percaya bisa mendengar satu kata favoritnya dari karakternya  langsung. Ditambah kini Zax tahu nada dari kata tersebut. Pemuda ganteng yang pendiam ini telah lama mengagumi sosok fiksi tersebut, tak disangka-sangka bisa bertemu langsung dengan karakter tersebut.

Yah, walaupun di komik jadul tersebut Emit kelihatan agak berantakan dengan penampilannya dan memiliki badan cebol beserta pipi gembul. Itu karena komik tersebut khusus untuk anak bocah. Tapi kini yang dilihat Zax langsung adalah seorang cosplayer pro yang menyerupai Emit Rellevart dalam bentuk tiga dimensi. Apalah ini, Zax?

Rambut merah pendek yang selalu acak-acakan akibat menjelajah kesana kemari, pria tinggi berkulit putih yang mulus tanpa cacat, baju kaos lengan pendek yang berwarna hitam, celana bahan panjang berwarna coklat pudar, backpack mungil berwarna kuning yang selalu menempel di punggungnya dan tidak lupa aksesori Emit yang paling terkenal sekaligus menjadi alat pendukung di komik tersebut yaitu gesper kulit biasa yang tertempel banyak jam kecil berbentuk bulat dan setiap jam itu memiliki keunikannya masing-masing.

Gesper tersebut adalah mesin waktu milik Emit, tapi karena suatu alasan gesper itu sangat panjang. Emit tak hanya melingkarkan gesper itu di pinggangnya, namun karena kepanjangan akhirnya dari pinggang sebelah kiri dan kanan ia sampirkan keatas bahu kanan dan kirinya juga,membuat simbol ‘X’ di depan bajunya dan baru diikat lagi di pinggangnya. Sungguh ini kah dia? Zax masih shock.

“Woah! Banyak sekali itu!” Emit menunjuk rak buku milik Zax yang isinya adalah sekumpulan komik tentang ‘Dulu, Sekarang dan Nanti’. Emit kagum melihat banyak gambar dirinya dalam versi cebol-gembul tertempel di setiap sudut dinding, sementara Zax masih diam mencerna kejadian aneh ini. Apa ini mimpi? Kalau iya, semoga saja Zax tidak terbangun.

“Aku senang punya penggemar!” Emit melompat girang, menyebabkan tutup tasnya terbuka dan barang-barangnya berhamburan keluar. Yep, benar-benar mirip dengan sifat asli dari komik tersebut.

Zax terkejut, karena di setiap komiknya Emit tak pernah memperlihatkan isi tasnya. Emit akan langsung mengambil barang-barang yang menurutnya penting dan langsung menutup tasnya. Hmm, mungkin kah ini spoiler? Zax tak tahu.

“AH! Trolala sobek!” Emit menjerit kecil.

Trolala? Trolala yang itu?
Maksudnya boneka kucing berwarna biru dari episode spesial komik Emit?
Zax dibuat semakin penasaran olehnya.

Emit menatap sendu boneka kucing yang berukuran kecil, warnanya biru dan memakai jubah merah. Sementara telinganya sobek, menganga agak lebar. Sekarang Emit manyun. Laki-laki tinggi yang berkulit putih itu sangat beda tampilannya dengan di komiknya, namun sifat hiperaktif dan unyu nya mungkin sama. Sifat bocah yang sungguh imut.

“Aku bisa menjahit…” tawar Zax, lalu menatap Emit canggung.

“Sungguh? Kalau begitu tolong ya!” wajah Emit kembali sumringah.

Zax  berjalan dengan super canggung menuju meja belajarnya, membuka laci mejanya dan menemukan beberapa peralatan menjahit milik ibunya. Zax jarang memakai barang seperti itu tapi kalau urusan menjahit sih Zax bisa saja, seperti kancing baju sekolah misalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Every Now & ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang