***
"Hidup dengan segala masalahnya. Berjalanlah hingga kamu menemukannya jalan-Nya."
_____
Pagi ini cukup cerah. Pekerjaan di hari weekend ini juga melelahkan bagi Mila. Ia mencuci pakaian, mencuci piring, sapu-sapu, pel lantai. Huh, lelah sekali jika tidak ada Bi Ijah di rumah.
Mila meraih ponselnya di nakas, ia menekan aplikasi whatsapp. Kemudian membatalkan blokir Fajar. Rupanya tidak ada pesan sama sekali. Yasudahlah.
Drrt... drrtt
Suara itu dari ponselnya.
Missed voice call at 08:54
Missed voice call at 08:55Fajar sadar kalau blokirannya sudah di buka oleh Mila.
Pacar Seja: Please Mil, sekarang kumpul di basecamp ya sama anak-anak laen
Terdengar suara notifikasi, Mila tahu Fajar tidak menelponnya lagi. Ia pun luluh untuk membalas pesan dari temannya itu.
Kamila Izzati: Jmber
Pacar Seja: Jam 10, gue tunggu, see you
Kamila Izzati: Lo?
Pacar Seja: Mksd gue ya kita semua
Kamila Izzati: 🖒
Meski berakhir dengan emoticon jempol, Fajar senang jika Mila masih bersedia. Ucapannya di gerbang sekolah kemarin itu tidak benar-benar akan kenyataan.
Mila segera bersiap, menyiapkan pakaian kemudian segera ke kamar mandi. Hatinya masih tidak baik-baik saja setelah Seja hadir ke kehidupannya. Namun, sesekali ia juga memikirkan kakaknya yang kini hidup di pesantren. Ingin sekali ia berkunjung.
"Mil, Aisyah datang nanti jam sepuluhan. Mumpung libur kan jadi dimanfaatin aja waktunya." Papa merapikan jas dan dasinya. Ia meraih tas laptopnya di meja makan, saat Mila sedang sarapan.
"Mila harus keluar pah," ucap Mila sambil mendelikkan matanya.
"Tapi Aisyah sebentar lagi dateng, nak."
"Tapi Mila harus keluar. Papah gak bisa dong bikin jadwal seenaknya tanpa persetujuan aku." Gadis itu mengoleskan selai ke rotinya, ia kehilangan nafsu makan.
"Iyaa tapi kasian Aisyah-nya udah mau dateng sayang..."
"Gak bisa, Mila mau keluar."
"Nak..."
"Papa mo kemana?" tanya Mila. "Lagian Aisyah-nya juga belum dateng."
"Papa mau ke pesantrennya kak Yuni, dia butuh uang."
"Assalamu'alaikum...?" Terdengar suara perempuan di luar dari pintu yang terbuka.
"Wa'alaikumussalam." Mila meraih rotinya dengan kasar, ia memakannya sambil berjalan menuju pintu depan, saat Aisyah tepat berdiri di sana.
Mereka berhadapan. Aisyah menggunakan gamis berwarna army, dengan balutan kerudung panjang warna hitam. Sedangkan Mila menggunakan celana oper all, kaos putih, dan rambut di ikat rapih.
"Terserah lo mau nungguin gue di kamar, ato mau pulang," ucap Mila. "Soalnya gue mau keluar dulu, bentaran doang. Gak papa kan?" tegasnya.
"Di rumah ada siapa?" ucap Aisyah lembut.
"Bang Irham di atas. Papah mo keluar. Lo tunggu sini aja deh ya," kilah Mila.
"Tuh pah. Aisyahnya juga gak papa nungguin." Papa kemudian mengangguk, ia menyapa dan tersenyum pada Aisyah kemudian segera menuju mobil untuk berangkat.
"Hati-hati pah." Gadis itu melambaikan tangannya.
Mobil Papa melaju cepat meninggalkan perumahan.
"Halo kak Mil." Di gerbang depan terlihat Seja menenteng kopernya. Rupanya ia jadi tinggal di sini dan satu sekolah dengan Mila.
"Naah... kebetulan banget lo dateng, temenin Aisyah di sini yah. Gue pergi dulu bentar."
"Kemana?" tanya Seja dengan raut wajah curiga.
Mila tersenyum sinis, "Basecamp."
"Ikut!"
Mila menoleh ke belakang.
"Gak."
"Please..."
"Mau terulang lagi kek kemaren?"
"Ikut," paksa Seja.
"Gue bilang engga ya engga!" bentak Mila. Matanya membulat sempurna. Aisyah sampai kaget mendengarnya. Mila bergegas pergi. Di balik itu, Seja ingat di mana lokasi basecamp-nya. Dia berniat mengikuti.
Seja menaruh kopernya di depan rumah, menatap Aisyah sekilas lalu pergi. Aisyah celingukan, "Aduuh gimana ini..."
"Eh kamu Aisyah ya?" ucap seseorang dari balik pintu. Irham berdiri tepat di sampingnya. Ia memperhatikan Aisyah seperti berkeringat dingin baru saja.
"Euh i-iya."
"Ooh, nungguin Mila keluar dulu ya. Yaudah kenapa gak di dalem?" tanya Irham.
"Engga ada siapa-siapa kan? Eu, di sini aja, takut ada fitnah."
Mendengar jawaban itu, Irham mengangguk. "Eh ini koper siapa?" tanyanya untuk kesekian kali.
"Itu-itu kopernya." Aisyah sangat gugup, Irham merasa heran. "Euh engga tahu tapi mungkin itu mbak Seja."
"Owhh Seja?" Irham berdehem. Kemudian duduk di kursi teras, ia juga mempersilakan Aisyah duduk di kursi satunya lagi.
"Kamu kelas berapa?" Irham menyeruput kopi yang ia buat sendiri tadi.
"Gak sekolah, tapi seangkatan sama Mila," jawab Aisyah sembari tertunduk.
"Kenapa engga dilanjutin?" tanya Irham.
"Ehm." Aisyah menggelengkan kepalanya.
_______"Kenapa bisa ada Seja sih, Mil?" tanya Fajar sambil berbisik.
"Dia sendiri yang mau!"
"Yaudah iya-iya santai," ucapnya pada Mila. "Ngapain kesini?" lanjutnya pada Seja.
"Cuma mau ngembaliin ini!" Seja melempar kalung putih pada Fajar.
"Owh jadi kalung itu..." Mila tersenyum miring, ia langsung berlalu pergi meninggalkan basecamp.
"Ini gak seperti yang lo lihat, Mila! Tunggu." Fajar berusaha nengejar Mila, saat Seja mematung di sana.
"Basi!"
_________Kalau suka boleh di vote.
Terima kasih!Instagram penulis nsfauziah17
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMASAH
Teen FictionDunia keduanya tercipta, namun kini tak lagi ada. Papa bilang, menikmati masa muda padahal manghancurkan masa depan adalah penyamaran yang sempurna. Hamasah♡ Ditulis oleh: Nisa Fauziah