•🐣"Beberapa hal terkadang hanya perlu tersimpan, tanpa tau kapan kan diungkapkan. Sebab takdir pasti kan terungkap, meski saat ini masih tertutup tabir. "🐣•
••••••••••
Udara pagi begitu menyejukkan. Membasuh hasrat yang kian tertahan. Hujan semalam telah usai. Berganti embun yang membasahi bumi. Melepas dahaga sang dedaunan dari panasnya sang surya.Aku Rafa Bagaskara. Biasa dipanggil Pak Bagas. Ehhh! Tapi meski dipanggil pak aku masih muda yaa. Masih jomblo juga. Diusia ku yang ke 25 ini. Aku mengajar di sekolah Sma Pelita yang ada di kota kelahiranku. Sebenarnya aku juga memegang jabatan CEO diperusahaan batu bara milik keluarga, seorang pengusaha muda. Namun, menjadi guru adalah salah satu wasiat dari kakekku tercinta.
Entah bagaimana aku bisa bertahan, padahal sejak lama aku sudah tidak nyaman. Sebab banyak kaum hawa-nya. Kalian pasti tau kan bagaimana seramnya makhluk tuhan yang bernama 'Wanita'?. Mulai dari yang memberiku surat cinta, berbasa-basi menanyakan alamat rumah bahkan yang terang-terangan mengatakan rasa cintanya padaku. Sampai marah-marah tidak jelas sebab kutolak cintanya.
Bukannya tidak tertarik pada mereka semua, hanya saja ada rasa yang selalu menahan ku untuk terus menunggu, entah menanti dalam hal apa.
Pagi ini awal tahun ajaran baru dimulai. Seluruh guru diharap datang lebih awal untuk mengikuti acara pembukaan Tahun ajaran baru.
•••••••
Memasuki gerbang sekolah MAN ini, sambil menuntun sepeda motor kesayangan masuk ke parkiran, membuatku bernostalgia masa-masa SMA ku dulu. Masa putih abu-abu yang penuh cerita. Bukan tentang cerita cinta, hanya sebatas cerita sang pengagum pada gadis yang jadi idola. Namanya 'Keyna Putri Angelista'. Gadis pintar yang menjadi idaman teman seangkatan juga para kakak kelas. Dengan senyum lugunya yang manis serta lesung pipit membuatnya semakin cantik.
Eh astaghfirullah. Jadi berkhayal yang nggak-nggak nih. Sadar bagas sadarrr. Keyna saat ini sudah ada yang punya. Kamu harus sadar kamu siapa :(.
Tapi kisahku ini bukan tentang Keyna. Tapi tentang gadis yang tak lain adalah muridku sendiri.
"Assalamu'alaikum, Pak Bagas." sapa Bu Rina, Guru Bahasa Indonesia di kelas XI Mipa 1 (Beliau jomblo guysss, usia 28 tahun).
"Wa'alaikumsalam, Bu Rina." jawabku sambil menyunggingkan senyum.
1
2
3
15 detik berlalu dan Bu Rina hanya bengong menatapku. Membuatku kikuk, memang ada yang salah dengan penampilanku kah?"Bu Rina ?." tegurku sambil menjentikkan jari di depan wajah bu aryun. Seketika Bu Rina terkesiap, dengan wajah merah mirip kepiting rebus.
"Oh iya, Pak Bagas. Emm, anu, itu Pak ... Anu". Gerogi Bu Rina membuatku geli." Ayo segera ke Aula acaranya udah mau dimulai." terang Bu Rina dengan nafas nya yang kini terlihat lebih lega.
"Hehe, Bu Rina ini ada-ada saja. Saya pikir ada apa. Baik Bu, Bu Rina duluan saja. Saya soalnya ada urusan di kantor sebentar." jelasku pada Bu Rina.
"Emm, itu.. Iya.. Kalo begitu Assalamu'alaikum pak." pamit Bu Rina, sambil berlalu pergi sedikit berlari.
"Waalaikumsalam." balasku pada Bu aryun yang sudah terlihat menjauh.
Acara di aula terdengar sudah di mulai, tepat ketika langkah ini akan memasuki kantor guru. Suara bising di ruang Pak Firman selaku kepala sekolah membuatku mematung. Sayup-sayup aku menguping pembicaraan dari balik pintu ruang kepala sekolah, yang berdampingan dengan ruang guru. Memang yang aku lakukan salah, tapi rasa penasaranku mengalahkan rasa bersalah itu.
"Adelia, Bapak kecewa sama kamu. Bagaimana bisa nilai prestasi kamu turun drastis seperti ini?. Banyak nilai yang berdarah seperti habis terjadi peperangan. Kenapa Adelia?. Bapak sudah menganggap kamu seperti anak bapak sendiri. Ceritakan sama bapak, Adelia ! Kalau kamu sedang ada masalah atau apa." tutur Pak Firman
"Bapak tidak perlu tau urusan saya! Banyak yang mengatakan peduli tapi justru mereka sendirilah yang paling menyakiti." bantah seorang murid yang aku tak tau namanya.
"Baik. Kalau begitu bapak memberikan kamu SP yang ke tiga ini. Dan jika orang tuamu atau siapapun itu tidak ada yang datang untuk menjamin kamu. Maka maafkan bapak. Terpaksa kamu saya keluarkan dari sekolah." tegas pak Firman
"Terimakasih pak. Saya akan sangat bersyukur jika kalimat terakhir bapak tadi menjadi kenyataan." jawab gadis itu, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Bahkan pergi begitu saja meninggalkan pak Firman tanpa permisi. Menyisakan pak Firman dengan ekspresi yang begitu rumit.
Kulihat gadis berseragam putih abu-abu itu telah berlalu, melewati ku sambil melihat ke arahku sebentar. Gadis itu mengingatkan ku pada seseorang, tatapan itu meskipun kosong aku tau, masih ada secerca cahaya disana.
"Pak Bagas." panggil pak Firman kepadaku yang masih diam mematung.
"Iya Pak?."
"Namanya 'Adelia Khaerunnisa'. Biasa dipanggil Adel. Dia dulu, gadis yang periang, pintar bahkan selalu mewakili sekolah ini diajang-ajang kompetisi tingkat Nasional. Tapi, sekarang entah apa yang membuat dia begitu berubah, seolah-olah tertekan oleh sesuatu. Matanya hanya menyiratkan kekosongan jiwa."
"Kalau boleh tau sekarang dia kelas berapa Pak?."
"Tahun ini masuk XI Mipa 3 padahal dulu, dia selalu masuk di kelas no 1."
"Itu kelas saya Pak, insyaallah saya akan berusaha untuk menjadi imam Adelia, eh maksud saya jadi teman curhat Adelia." nih mulut kok jadi nggak bisa direm yaa.
"Hemm, semoga Pak" Pak Firman berkata sambil menepuk pundakku.
Jadi namanya tadi adalah Adelia , baiklah berurusan dengan murid bandel, memang bukan keahlianku. Tapi entahlah, suara hati ini terus saja menyiksa, padahal hanya sekilas memandang.
Jangan lupa pencet bintang yaaa 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Short StoryPerihal mimpi disholat istikharahku. Tentang seorang gadis cantik nan anggun. Gadis yang selalu mendengar seluruh celoteh dan omelanku di kelas karena ulahnya. Bagaimana bisa selalu dia yang ada di mimpi ini? Aku selalu yakin dan percaya. Bahwa Jodo...