Prolog
Sepanjang perjalanan hidup tak henti-hentinya selalu ada gelombang kehidupan, yang diwarnai dengan arah dan tujuan.Hingga kita tahu bahwa hidup adalah jalan untuk menuju kebangkitan, yang tak selamanya ada di garis ke gelapan.Muhammad Bagas Setiawan, iya benar Bagas adalah salah satu saudaraku yang sangat elit. Yang pernah aku kenal mulai dulu, mulai sejak aku kecil, aku bersama saudarku itu selalu berhayal untuk menjadi orang yang ingin dikenal oleh dunia, dan ingin mengenal dunia. Dengan salah satu cara I wan’to goto Amerika Hal yang paling mustahil bukan? Jika seandainya orang sepertiku bisa hidup disana.Angan-angan itu selalu terpatri dalam dada bahwa jika Tuhan mengizinkan aku untuk pergi ke Amerika tentu semua itu pasti terjadi, karena Dialah dzat yang Maha Kuasa.
Mama sama Papa adalah pengusaha sukses, yang sudah dikenal oleh dunia, dan orang yang aku banggakan saat ini. Karena dialah orang yang yang berjasa dimasa kecilku hingga saat ini, Papa adalah pengusaha sukses, yang jadiperbincangan masyarakat, dan Papa juga dikenal sebagai pengusaha sukses yang sangat hebat, bukan hanya di Indonesia saja, tapi sebaliknya Papa juga dikenal sebagai Asisten terkenal di Amerika serikat.Ituhal yang sangat membanggakan bagiku, dan Mama adalah dokter bedah yang sangat dikenal dunia. Aku dan adikku Bagas, ingin seperti beliau.Ingin menjadi pengusaha sukses,dengan kesabaran dan tekad yang besar.
“ Papa aku dan Bagas ingin seperti Papa dan Mama, dan aku ingin melanjutkan kuliahku di Amerika aja, gimana kalau menurut Papa” kataku sambil merengik
“ Iya Pa, aku ingin kuliah disana sama kak Sandra” sambung Bagas saat ada di sampingku
“ Sandrasayang, kuliah di Amerika itu membutuhkan biaya yang banyak sayang, apakah kamu tidak berkeingin kuliah di Jakarta aja, kan itu lebih gampang ” jawab Papa sambil meraih pipiku
“ Kan Papa sekarang sudah menjadi pengusaha sukses, jadi menurutku hal itugak terlalu ribet kan? Lagian Mama juga setuju kalau aku kuliah disana” kata Bagas pelan
“ Seandainya Sandra sama Bagas menjadi orang sukses, kan Papa juga yang bangga sama Mama” lanjutku kemudian
“ UdahlahPa, Mama setuju dengan keputusan Sandra sama Bagas yang ingin melanjutkan kuliah di Amerika. Benar kata Bagas tadi, kalau seandainya dia sukses kan kita juga yang bangga” seru Mama sambil merapikan sisa makanan
“ GimanaPa, Papa setuju enggak dengan keputusan kita?” kata Bagas pelan
“ Iya deh Papa setuju, terserah kalian aja, karena kalianlah ke banggaan Papa sama Mama” sahut papa senyum
“ Hore….!!!! Hore….!” Seruku penuh kebahagiaan
“ Terus, rencanya kapan Pa?” Tanya Bagas tak sabar
“ Terserah Mama kamu aja, yang penting kita menemukan waktu yang tepat” ujar papa santai
“ Pa, kok terserah Mama sih, kan Papa yang pengalaman di sana, Papa lebih berpengalaman disana dibandingkan Mama” ucap mama kelihatan lelah
“ Jadwal berangkatnya kesana,nunggu kabar dari teman Papa aja, setelah itu kita tinggal nunggu tiket pesawatnya gimana?” Papa mengajukan pertanyaan
“ Iya enggak apa-apa, lagian benar kata Papa jadwal berangkatnya nunggu kabar dulu!” sambumg Bagas senyum
“ Sandra, Bagas, di sana pergaulan sangat bebas nak, mayoritas penduduk disana itu beragama non muslim, jadi Mama sedikit ragu dengan perbedaan agama yang kita anut selama ini, dan Mama takut kita terjerumus dalam lumpur dosa itu nak” ucap Mama pelan
“ Mama kita kesana, bukan ingin merubah agama kita, tapi seandainya kita bisa merubah agama meraka kita sebarkan agama Islam, kita sudah mempunyai keyakinan masing-masing iya kan Ma?” sambung Bagas dari belakang Mama
“ Lagian kita itu harus berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Jadi selama kita masih ada disana kita harus menjaga sekuat mungkin iman kita” sanggahku mewakili Bagas
Mama adalah orang yang sangat tekun dalam menjalankan ajaran Islam, dan beliau tak ingin agama yang telah dianut selama ini pupus di benua Amerika
“Sandra, Bagas apakah kamu yakin ingin kuliah disana?” Tanya Papa yang membuatku kaget
“ Iya Pa, Sandra yakin ingin kuliah disana , saya ingin mencari pengalaman baru disana, mencari dunia baru, dan ingin meraih impianku” ucapku penuh keyakinan
“ Kalau kamu Bagas, yakin ingin pindah kesana juga?” Tanya Papa lagi
“ Iya Pa, saya yakin, ingin melanjutkan ke sana juga, Bagas bosan di Indonesia terus Pa, Bagas juga ingin mecari dunia bagas yang sesungguhnya”
“ Ya udah pilihan kalian akan Papa turuti, selama semua itu bisa membahagiakan kalian berdua, ingat pesan Mama kalian tadi,kalian harus tetap berpegang teguh pada ajaran agama Islam, meskipun kita berada di negara orang”
*****
Hidup adalah pilihan, ketika kita terbangun dari tidur kita sudah di hadapkan pada pilihan yang membawa kita untuk mengambil keputusan beserta konsekensinya. Hidup dan pilihan adalah dua sahabat seperti burung dan sayapnya yang mampu membuat sang burung terbang dan bermakna, seperti manusia dengan hidungnya, yang membuat jalan udara untuk bernapas. well aku percaya masih banyak lagi padanan-padanan lain tentang hidup dan pilihan. Kekayaan hidup yang tak terukur membuat kita juga memiliki pilihan yang komplit, ketidak mampuan seseorang dalam membuat keputusan bisa disebut sebagai kegagalan.
Saat ini aku dihadapkan dengan pilihan-pilihan hidup yang tentu saja akan berpengaruh besar pada masa depanku kelak.
Kuliah di Amerika sebagai mahasiswi di Amerika atau menjadi dokter, agar bisa membantu orang lain yang membutuhkan.
“ Sandra, mugkin sebentar lagi kita akan meninggalkan Negara tercinta ini, Papa kamu sudah mendapatkan imformasi, bahwa tiket yang kita pesan, jadwalnya minggu ini, tapi sebelum kita sampai ke Amerika terlebih dahulu, Mama minta kita mampir ke mae sot dulu. Sebuah kota kecil tepat di perbatasan antara Negara Thailand dan Myanmar, disana kita akan membentuk organisasi kecil bernama Arakan Rivers Network ( ARN)” ungkap Mama yang membuatku penasaran
“ terus kita ngapain ke mae sot Ma?” tanyaku penasaran
“ Disana teman Mama sampai saat ini, bekerja memperjuangkan hak asasi mereka, atas dasar kecintaan terhadap tanah air mereka” jelasnya Mama
“ Hemmz , terus kita kapan jadwal berangkatnya?” tanyaku lagi
“ Itu belum pasti Sandra. Kapan jadwal berangkatnya, tapi yang jelas kita tinggal menghitung waktu aja, dan tinggal mempersiapkan diri kita disana” sahut Mama pelan
“ Tapi, jika seandainya kita mampir dulu ke mae sot, apakan Bagas sama Papa bakalan setuju Ma?” tanyaku datar sambil merapikan jilbab yang mulai kusut
“ Masalah itu gampang San.biar Mama nanti yang ngomong sama Papa dan Bagas, yang penting kita harus mempersiapkan diri kita, sebagai orang asing di negara orang ” ungkap Mama penuh keyakinan
“ Iya Ma, insyaallah Sandra bakalan siap hidup di negara orang, kita tinggal minta petunjuk Allah yang terbaik bagi kita Ma, karena Dialah Dzat Yang Maha Kuasa atas semuanya, dan kita harus yakin bahwa kita akan baik-baik aja” sahutku panjang lebar
“ Asslamualaikum….” Tiba-tiba Papa sama Bagas mengucapkan salam dari luar pintu
“ Waalalikum salam Pa” jawabku sambil mendekati Papa sama Bagas
“ Mbak Sandra, aku dan Papa baru datang dari mana ayo tebak? Kamu liat enggak ada apa di tangan Bagas?” Bagas langsung mendekat ke arahku
“ Itu apaan dik?” tanyaku penasaran
“ Enggak lihat apa yang ada di tangan Bagas ini?” Bagas tambah bawel, Bagas kembali, mengibaskan dua kertas tipis yang diapit oleh dua jarinya
“ Ya terus apaan tu, wong aku gak ngeliat” sahutku dengan nada kesel
“ Tiket” sanggahnya polos
“ Iya mah tiket, tapi tiket apaan?” aku makin penasaran
“ Nih” ucap Papa seraya sambil meyerahkan tiket itu padaku
“ Itu Cuma contoh tiket, Papa udah daftarin empat orang buat paket honeymoon kita, terserah Sandra aja sama Bagas, mau pilih negara mana. Eropa, Korea, Jepang, Filipina, Myanmar, atau Amerika, terserah kalian aja, iya kan Ma?” ungkap Papa. Sambil melirik pandangan matanya sama Mama
“ Papa yang tanggung semuanya sama Mama” lanjutnya kemudian
“ Iya Pa,” jawabnya Mama santai
“ Mbak Sandra, maunya honeymoon kemana Mbak?”
“ Kalau aku sih, maunya ke Amerika aja, karena itulah tempat yang aku impikan selama ini, lagian aku mau kuliah disana”
“ Kalau gitu aku mau ikutMbak Sandra aja pa, mau ke Amerika juga” ujar Bagas sambil melihat ke rah Papa
“ Pa ada yang harus Mama omongin sama Papa dan Bagas” sambung Mama kemudian
“ Apa itu Ma?”
“ Sebelum kita sampai ke Amerika, kita mampir dulu di Mae sot selama berapa hari saja Pa, gimana kalau menurut Papa sama Bagas, setuju gak?” Tanya Mama senyum saat di samping Papa
“ Kita ngapain harus mampir ke Mae sot Ma? Kita harus tinggal di rumahnya siapa disana?” Tanya Papa dengan rasa ragu
“ Tenang aja Pa, disana Mama mempunyai banyak teman, yang udah menganggap Mama saudara kandunya sendiri, lagian Sandra sama Bagas, agar punya pengalaman di sana terlebih dahulu. Sebelum sampai di Amerika nanti” ungkap Mama pelan
“ Kalau masalah itu, terserah Mama aja, yang penting ketika kita tinggal disana gak seperti pengamen jalanan, iya kan Sandra?” jawabnya Papa yang mengalihkan pandangannya ke arahku
“ Kok aku sih Pa?” aku nanya balik
“ Kalau menurut Bagas gimana?” lagi-lagi Papa mengalihkan pandangannya ke arah Bagas
“ Kalau aku iya-iya aja sih Pa, kan Mama sama Papa yang tanggung” jawab Bagas senyum
“ Yang penting kita enggak hidup gelandangan disana” kataku pelan
“ Insya Allah enggak kok” ujar Mama penuh keyakinan