Dua remaja lelaki yang duduk mengapit Yoon Yerim di tribun lapangan basket tampak malas dan kepanasan. Pasalnya, Yerim tidak mau sendirian menonton pertandingan basket laki-laki yang ditaksir Yerim.
Gadis dengan penampilan jeleknya itu tidak memiliki teman perempuan satu pun. Sepertinya memang tidak ada yang mau mendekat. Yoon Yerim terkenal tukang tidur di kelas, tidak memakai seragam dengan rapi, tidak pernah menyisir rambutnya yang sudah mirip sarang burung, dan tukang menyontek. Satu lagi yang membuat mereka tidak ingin berteman dengan Yerim adalah karena gadis itu galak dan tidak banyak tersenyum.
“Min Yoongi! Saranghae!” teriakannya melebur bersama sorakan para gadis.
Taehyung dan Jungkook yang mendengar itu hanya saling bertatap muka dan melengos. Teman gadis mereka sudah bucin terlalu akut pada pemain basket utama sekolah. Meski bukan kapten basket, tetapi Min Yoongi tidak kalah populer. Memiliki kulit putih sedikit pucat, dua mata kucing yang sipit dan sikapnya yang kelewat santai, menjadi lambang keemasan dari seorang Min Yoongi. Padahal jika di telisik, lelaki itu hanya cemerlang di olahraga, tidak dalam pelajaran.
“Yerim-ie, ayo masuk kelas. Panas sekali.”
“Jangan mencoba mengganggu kesenanganku, Jung,” kilahnya, tanpa menoleh pada Jungkook yang sudah tidak tahan panasnya lapangan basket.
“Ya sudah, kita akan pergi ke kelas tanpamu. Ayo!” Jungkook berdiri sambil menarik lengan Taehyung. Namun, Taehyung tidak beranjak dari duduknya.
“Aku akan menemani Yerim, tidak peduli panas menyengat.”
Sontak saja Yerim merangkul Taehyung karena senang bahwa sahabatnya sangat pengertian.
“Memang apanya yang kau banggakan dari si pucat itu? Tampan juga aku, huh.”
Sementara Jungkook hanya berdecih dan memilih pergi ke kelas. Tidak mau ikut hitam hanya karena menonton Min Yoongi.
Sepeninggal Jungkook, Taehyung diam-diam tersenyum karena Yerim masih merangkulnya meski mata gadis itu terpaku pada sosok Min Yoongi. Semudah itu membuat Taehyung bahagia. Dalam hati ia berharap Yerim tidak melepaskan tangannya meski tahu ia sedang tidak sadar.
Ketika Taehyung sibuk menamatkan pandangannya pada wajah Yerim, tiba-tiba Yerim bersorak, dan tanpa rasa berdosa gadis itu meremas kedua pipi Taehyung akibat terlalu senang karena Min Yoongi berhasil melakukan shoot three point dan mencetak skor akhir pertandingan.
“Min Yoongi mencetak three point! Ah, aku senang sekali. Ayo kita ke kelas.”
Taehyung menoleh ke arah lapangan, beberapa gadis mengerubungi Min Yoongi dan pemain basket lain. Sementara Yerim malah ingin kembali ke kelas.“Kau tidak ingin ber-euforia dengan mencium keringat si pucat itu?”
“Tidak menarik. Cukup keringatmu dan Jungkook yang membuatku mati lemas.” Yerim berdiri dan menyeret Taehyung dengan paksa.
Mereka membeli tiga minuman dingin sebelum kembali ke kelas. Di lapangan basket sudah mulai sepi karena Yerim melihat para anggota klub basket memilih membersihkan badan mereka di ruang ganti pria. Min Yoongi ada di antaranya. Seragam klub yang berwarna merah cukup membuat Yoongi lebih menonjol. Yerim mengamati lelaki itu. Namun, langkah Yoongi terhenti dan memilih berbalik menuju kantin.
“Wah gawat! Min Yoongi ke sini.” Yerim segera bersembunyi di belakang tinggi tubuh Taehyung.
“Hei, dia tidak mungkin memandangmu. Tidak usah sok percaya diri.”
“Ish.” Yerim mencubit pinggang Taehyung, tetapi kemudian berpikir memang benar ucapan lelaki itu. Memangnya dia siapa? Min Yoongi tahu namanya saja tidak mungkin. Akhirnya ia menyusul Taehyung yang sudah jalan lebih dulu. Yerim merasa kakinya melemas tatkala melewati punggung Min Yoongi. Debaran jantungnya seolah tidak terkendali.
“Omo!” pekiknya, begitu dua minuman dinginnya jatuh karena seseorang menabraknya.
“Mianhae. Biar aku ganti yang baru.”
Yoon Yerim menengadah. Min Yoongi berjongkok tepat di hadapannya dengan raut wajah menyesal. Segera ia memesan dua minuman dingin lagi dan memberikan pada Yerim yang masih shock.
“Aku tidak sengaja. Kau tidak apa-apa?” tanya Yoongi, membuat tenggorokan Yerim kering seketika.
“Ah, tidak apa-apa. Terima kasih sudah diganti.”
Min Yoongi tersenyum. Lelaki itu rupanya tidak sadar bahwa senyumannya mampu menghentikan laju darah Yerim saat ini.
“Pakai ini. Agar rambutmu tidak berantakan.” Yoongi mengulurkan sebuat karet rambut berwarna merah muda sebelum pergi.
Waktu terasa jauh berjalan, tetapi Yerim seolah melayang jauh di awan. Ia memperhatikan karet rambut dari Yoongi dan tersenyum senang.
“Yak, Yoon Yerim! Berhenti tersenyum bodoh seperti itu.”
“Dia memberiku karet rambut, Tae.” Masih dengan melayang dan pandangan kosong, Yerim tetap tersenyum.
“Apa bagusnya karet rambut itu? Warna pink pula. Bukan warnamu sama sekali.” Taehyung merampas karet rambut di tangan Yerim dan membantu gadis itu mengikat rambutnya. “Ayo ke kelas.” Taehyung terpaksa menyeret Yerim yang masih juga belum bangun dari lamunannya.
Di kelas, Jungkook sedang tersenyum lebar. Ketika kembali ke kelas tadi, ia menemukan sebuah amplop berwarna kuning cerah di kolong meja. dengan lem kertas warna berbentuk hati, Jungkook tahu itu surat cinta.Ini sudah kesekian kalinya ia menerima surat cinta sejak masuk di SMA. Dibugkus dengan rasa penasaran, Jungkook membuka surat tersebut. Isinya tidak jauh dari ungkapan cinta, tentu saja. Jungkook tidak pernah menanggapi surat-surat yang dikirimkan. Namun, surat kali ini membuatnya terkekeh geli. Siapa yang berani mengiriminya surat lalu menuliskan sesuatu tentang Yerim.
“Surat lagi?” Tanpa aba-aba Yerim merebut surat itu dan membacanya. Dia tertawa awalnya dan diam setelah menamatkan isi surat tersebut. Perangainya berubah ketus.
“Lee Byung Seol? Akan kucari dia.” Yerim melempar surat itu tepat di depan Jungkook dan keluar dari kelas. Sudah pasti akan merencanakan balas dendam pada Lee Byung Seol.
“Apa yang membuat Yerim ketus?” tanya Taehyung penasaran.
Dengan masih tertawa tanpa suara, Jungkook berbisik, “Dia menulis tentang Yerim. Menyebut rambut Yerim seperti belukar dengan banyak ular.” Mau tak mau Taehyung menahan tawanya hingga wajahnya merah padam.***
“Yerim-ah, kau ingin pulang ke rumahku dulu? Mungkin aku bisa menghangatkan makanan untuk makan siang,” tawar Taehyung. Tahu betul bagaimana Yerim yang hidup sebatang kara. Ditambah lagi suasana hatinya terlihat sedang tidak bagus setelah melihat isi surat Jungkook.
“Yerim-ah,” panggil Jungkook. Yoon Yerim tidak ingin menanggapi dan malah keluar kelas lebih dulu.
Yerim benar-benar ingin pulang sendiri sekarang. Entah apa yang ia rasakan saat merencanakan pembalasan dendam pada pengirim surat Jungkook. Biasanya tidak seperti ini. Apalagi ketika ia melihat bagaimana Lee Byung Seol di kelasnya. Rencana balas dendam langsung musnah. Lee Byung Seol gadis populer yang memiliki segudang prestasi. Ditunjang dengan bentuk tubuh ramping dan wajah yang cantik bak idol perempuan di televisi. Ditambah bentuk rambutnya yang panjang, cokelat dan lurus sekali. Benar-benar seperti artis.
Hatinya seolah diremas saat membayangkan jika Jungkook akhirnya menerima pernyataan cinta Byung Seol. Dia akan kehilangan Jungkook, karena tentu saja, belum jadi pacarnya saja sudah membuat Yerim kesal.
“Mau pulang?”
Yerim terkejut ketika tiba-tiba seseorang berdiri di depannya. Dengan gayanya yang cool dan sok tidak peduli, Yerim tahu itu adalah Min Yoongi.
“Eoh.” Kali ini ia menjawab datar, tidak ada debaran seperti tadi.
“Ayo pulang bersama,”
“Gomawo, aku bisa pulang sendiri.”
“Yoon Yerim, ayo pulang bersamaku.”
Yerim tertegun. Apa baru saja Min Yoongi menyebut namanya? Dan Yerim akhirnya menerima ajakan Yoongi untuk pulang bersama. Mereka naik bus dan bahkan duduk berdua. Yerim tidak tahu harus membuka percakapan seperti apa meski selama sepuluh tahun sudah bergaul dengan Jungkook dan Taehyung.
“Kau benar-benar lupa padaku, ya?” tanya Yoongi, membuka percakapan.
“Apa?”
“Aku langsung mengenalimu saat masuk sekolah. Jika kau ingat aku, aku tetanggamu di Busan. Waktu itu kita masih taman kanak-kanak.”
Salahkan otak Yerim yang tidak pernah mengingat suatu hal dengan baik. Laki-laki ini tiba-tiba berkata bahwa mereka pernah kenal. Ya, Yerim ingat dia pernah tinggal di Busan sebelum orang tuanya bercerai. Akan tetapi, itu sudah lama sekali.
“Banyak hal yang berusaha aku lupakan mati-matian. Tetapi rasanya aku ingat. Kau anak gemuk dan sering menumpang mobil Ayahku untuk pergi sekolah, kan?”
Min Yoongi tertawa. “Ya, benar sekali. Rambutmu tidak berubah dari dulu. Seperti keripik.”
“Terus saja menghinaku.” Yoon Yerim tertawa. Dulu Min Yoongi memang menyebut rambutnya seperti keripik. Yerim benar-benar tidak menyangka akan bertemu Yoongi si gendut pucat ketika mereka sama-sama remaja.
Tanpa mereka sadari, Kim Taehyung dan Jeon Jungkook sibuk mengamati mereka dari dudukan belakang bus. Jungkook geram dan Taehyung tak kalah geram. Berani-beraninya si pucat itu membuat Yerim senyaman itu.••••
Oke, gue makin ga jelas sekarang😢😢😢