Chapter 3

83 19 0
                                    


c

inta sama orang yang diri kita sendiri udah tau kalau kita gabakal bisa sama dia itu another level of nyari penyakit.

Happy reading
.
.
.

"

Selamat pagi senin, selamat pagi Gia" sapa pria tengil yang tak lain adalah Axel.

"Pagi, nama gua Reina bukan Gia" protes Reina

"Gia itu kan nama kepanjangan lo, Rei"

"Iya tapi gak usah panggil Gia, biasanya juga kan panggil Rei" Reina memanyunkan bibirnya sedikit, membuat wajah mungilnya bertambah gemas.

"Hm, kalo panggil sayang, boleh?" tanya Axel

"Gak! gorengan yang jatoh aja pasti dipanggil sayang"

Axel tertawa mendengar penolakan Reina.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?"

"Maksut gua tadi bukan gitu, Rei. Kok lo bisa-bisanya bandingin lo sama gorengan jatoh" ucap Axel disela tawanya.

"Ya terus gimana"

"Gua manggil lo sayang itu dari lubuk hati, ginjal dan paru-paru gua" jelas Axel sedikit ngawur

"Kenapa gak sekalian tenggorokan, pankreas, jantung, lambung dan anus lo" tambah Reina

"Tadinya sih dari anus terus makin naik sampe ke hati"

"Oemji berarti gua ini sebenernya segumpal tai dong"

"Iya betul sekali, namun entah mengapa gumpalan tai itu bisa naik sampai ke lubuk hati saya" ucap Axel dengan bahasa  sok formal

"Jangan bilang kamu menyukai tai?"

"Tebakan anda betul, saya memang sangat menyukai tai"

"Kalau begitu kamu harus menampung tai mu saat kamu buang air besar"

Axel memudarkan senyumnya "Agak goblok, tapi ini Reina" lirihnya.

Seperti biasa, Axel dan Reina berangkat kesekolah bersama. Dari gerbang masuk, semua mata tertuju pada mereka. Beberapa siswa mengira Axel dan Reina pacaran, ada juga yang iri karena mereka selalu berangkat bersama dan terlihat sangat romantis, ada juga yang membuat kapal untuk Axel dan Reina.

"Caper banget sih cewenya"

"Sok cantik, bukan cowo dia aja itu"

"Makin hari makin so sweet"

"Fiks kapal gua harus berlayar!"

"Emang cocok banget sih mereka, sama-sama anak motor"

Kurang lebih seperti itu gibahan yang akan terdengar sekilas ditelinga Reina, namun Ia tak pernah menghiraukan omongan-omongan buruk tentang dirinya.

Reina memang gadis tomboy, suka balap motor dan tidak suka bermake up, namun bukan berarti Ia tak berdandan. Reina selalu berdandan sewajarnya anak sekolah, Ia hanya memoleskan sedikit bedak bayi ke wajahnya dan lipbalm ke bibirnya. Rambutnya selalu Ia cepol agar tak menghalangi pandangannya saat mengendarai motor.

Karena dari lahir, wajah Reina sudah cantik natural jadi tak perlu lagi berdandan seperti teman-teman sekolahnya yang lain.

"Siniin" ucap Axel menengadahkan tangannya didepan Reina

"Apa?" tanya Reina bingung

"Ponsel lo"

Reina mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu memberikannya pada Axel.

DUAPULUH ENAM[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang