Chapter 1; Blood moon Omega.

32 11 2
                                    


Sore yang indah di hari itu suasana pun terasa begitu damai, anak-anak berlarian di bawah rindangnya dedaunan, tertawa dan saling mengejar satu sama lain.

Seorang Beta berusia 17 mengawasi mereka dari atas dahan pohon apel.

"Samuel?" Seorang gadis dengan Iris mata semerah ruby berjalan tertatih dengan kedua tangan yang di penuhi perabotan, Rupanya si mata merah baru saja pulang dari mencuci di sungai.

"Yaaa Luna ?" Beta ber rambut pirang yang tengah duduk di atas pohon tiba-tiba meloncat kearahnya, oh Samuel ini begitu gesit.

"Bocah! Aku belum tentu menjadi luna! Tolong bantu aku membawa ini kerumah."

"Rumah paman- rrrr-rumah Kepala suku ?" Si pirang mengambil alih beberapa bawaan dari tangan gadis ruby.

Pembawaan anak lelaki itu terlihat begitu rendah hati dan menyenangkan, Samuel juga sopan dan selalu ramah pada siapapun, tipikal anak kebanggaan keluarga.

"Iya, aku tidak punya rumah lain samie." Nama gadis itu adalah Lena Herraline, satu satunya gadis Omega yang memiliki Iris mata berwarna merah di dalam pack nya.

Semua orang di pack kaki gunung Prusic tempatnya tinggal sering memanggilnya Luna, adalah seorang gadis yang akan menikah dengan pemimpin pack di kemudian hari. Istri dari pemimpin suku.

Iris nya yang semerah ruby, menjadikan dirinya begitu istimewa. Bahkan kedua orangtuanya memiliki iris alami seorang Werewolf.

Pada dasarnya Werewolf memiliki iris mata berwarna Hitam, Amber, Biru tua, dan kebanyakan berwarna Coklat, Lena menjadi Omega pertama yang terlahir dengan iris merah gelap.

Orang tuanya meyakinkan bahwa bola mata merah di dapatkannya karna berkah dewi bulan.

Walaupun sebagian orang di desanya mengartikan bulan merah sebagai sebuah pengasingan dan kutukan, Tetua selalu mengingatkan atas Kutukan bulan yang abadi.

Namun siapa yang bisa menolak tatapan dari si mata merah yang berkilau dan begitu menarik.

Tidak ada.

"Kira-kira seperti apa calonmu nanti nona? Apa dia akan setampan kak Marine? Atau segagah kak Haris?" Samuel berceloteh, tanpa ia sadari Lena merona malu di sampingnya.

Benar, akan seperti apa Mate nya nanti?

Apa dirinya juga pantas bersanding dengan nya?

Dengan mata merah yang ia miliki?

Apa Lena akan siap menatap Alphanya nanti?

Seburat Merah di pipinya berpedar begitu saja, Ia menahan senyum dengan kekhawatiran Yang ikut masuk kedalam pikirannya.

"Sudahlah Samy, aku sedang tidak ingin membicarakannya..."

"Baiklah nona, sudah sampai. Aku sampai sini saja, khawatir anak anak akan berpencar dan aku akan di pukuli paman." Samuel berlari dengan kaki telanjangnya, anak itu belum mampu ber transformasi.

Lena menganggukan kepalanya, Melempar senyum sebagai tanda terimakasih.

"Lena? Mengapa begitu lama? Kau membuat ibu khawatir nak..." Seorang wanita berumur membuka pintu dengan sedikit tergesa, membantu lena dengan semua barang yang ia bawa.

"Ibu~ aku hanya pergi kesungai, udara begitu panas hari ini."

"Sudahlah, ayo masuk hari sudah hampir sore, bantu ibu di dapur. Ayahmu baru saja pulang, dia membawa banyak daging." Wanita itu tertawa terlihat bahagia, banyak buruan berarti akan ada pesta api unggun malam ini.

Keluarganya cukup bahagia, Ibunya adalah seorang Luna karna ayahnya adalah seorang pimpinan Pack.

Dan dirinya tidak pernah merasa di asingkan, ia selalu merasa di terima dimanapun dirinya berdiri tak peduli pada matanya yang berkilat merah gelap, layaknya tetesan darah segar.

●●●

Suasana malam hari begitu ramai, api unggun di tengah lapang, di kelilingi beberapa meja dengan beban berpiring-piring makanan.

Lena duduk di atas kursi tertinggi bersama kedua orang tuanya.

Surai madu nya melambai tertiup angin, ia terlihat begitu anggun ketika melempar senyum dan menunduk malu untuk para perjaka yang mengangkat gelas dan tersenyum padanya. Ia harus melakukannya, Omega patuh pada Alpha.

Gemerincing gelang kaki yang di gunakannya mengambil atensi beberapa orang di sekitarnya. Lena berjalan menjauhi kerumunan, ingin mencari udara segar.

Terduduk di atas batang pohon tumbang, bermandikan cahaya bulan purnama.

Lena menilik keadaan sekitar, menemukan beberapa para Peri pohon yang berkilauan, mereka Mengeluarkan suara gemerincing ada juga yang berkomunikasi dengan suara tetesan Air yang menimpa permukaan kolam.

Lena menengokan kepalanya kesisi gelap hutan ketika penciumannya menangkap aroma pinus dan lemon di sekitarnya, aroma yang begitu asing, namun aroma nya cukup kuat membuat ia sadar bahwa pemiliknya adalah seorang Alpha.

"Siapa?!" Ia hendak maju berjalan mendekat ke sisi gelap hutan saat aroma itu bertambah kuat hingga membuatnya pening, seakan sengaja mengeluarkan peromon sebanyak itu untuk membuat isi kepalanya berputar.

Geraman Alpha tak pernah terdengar begitu mengancam dan sangat dalam, naluri Omega nya mempimpin di depan.

Lena terduduk dengan kepala menunduk, napasnya tersengal. Ia takut, respek yang Lena berikan begitu besar pada Alpha asing yang tak ia kenal.

Dirinya tak pernah merasa terintimidasi tanpa dasar, nafas Lena tersengal ketika Serigala dengan bulu hitam menampakan diri dari bayang-bayang pohon.

Matanya biru berkabut, jemari Lena bergetar hanya dengan menatap mata itu.

"Omega...." Telepati asing masuk kedalam kepalanya, suaranya terdengar lembut dan kuat namun terkesan putus Asa.

TBC


note; Hallo Ini Cerita pertama aku di Wattpad, Semoga Sukak. Jangan Lupa Vote dan komen yaa. Sampai jumpa di Chapter selanjutnya. 🧸🌸

Wolf and Flame. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang