Tiga

235 67 48
                                    

▪▪▪▪

Puluhan reporter sudah memenuhi luar gedung kepolisian Goyang setelah kabar kematian ketua tim investigasi Ilsan tersebar. Mereka berdiri menunggu kepala divisi dengan berbagai pertanyaan. 

Berapa menit kemudian akhirnya Tn. Kim keluar diiringi beberapa petugas polisi. Dengan pantasnya para reporter menyerbu.

"Apa sebenarnya yang terjadi?"

"Apa korban memiliki penyakit?"

"Apa ini pembunuhan?"

"Apa kasus ini ada hubungannya dengan tragedi lima tahun lalu?"

Berbagai pertanyaan diajukan kepada Tn. Kim. Namun, hanya satu yang benar-benar ia dengar. 'Apa kasus ini ada hubungannya dengan tragedi lima tahun lalu?' entah mengapa pertanyaan itu membuatnya ingin menjawab. Tetapi ia tidak melakukannya.

Dua petugas yang mendampingi Tn. Kim segera melerai segerombol reporter untuk membuka jalan menuju mobil. 

Tn. Kim pun melangkah cepat masuk ke mobil dan terus melaju menuju tempat tujuan. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku kemudian menghubungi seseorang.

"Aku sudah memintanya untuk menjemputmu, jadi tepati janjimu," ujar Tn. Kim.

"Aku tidak pernah mengingkari janjiku," balasnya.

"Apa kau sudah bertemu dengannya?" tanya Tn. Kim.

Hening.

Rein manatap lekat seorang wanita yang baru saja keluar dari mobil. Ia tersenyum. "Sepertinya dia baik-baik saja." Panggilan pun diakhiri sebelah pihak.

Matanya masih terfokus pada sosok yang perlahan menghampirinya, perasaannya saat ini benar-benar tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata. Ingin rasanya ia berlari memeluk wanita itu. Namun, ia terpaksa mengurungkan niatnya, karena wanita itu mungkin tidak lagi mengenalnya.

Dan anggapannya benar.

Wanita itu kini berhenti tepat di depannya. "Permisi! Maaf, kau menghalangi jalanku," ujar Aera. Ya, wanita itu adalah Aera. 

Rein menepi, memberi laluan. Sementara Aera terus menghampiri Jibyul. "Aku Det. Aera, aku ke sini untuk menjemputmu. Maaf sudah membuatmu menunggu lama," ujarnya.

Rein membuang napas kasar. "Kau!" ia menghampiri Aera. "Seharusnya kau datang tiga puluh menit yang lalu." 

Aera mengernyit, matanya menatap Jibyul penuh pertanyaan.

"Dia Bek ... ah! Maksudku Han Rein, orang yang seharusnya kau jemput," bisik Jibyul.

"Hah?!" mata Aera membulat ngeri menatap wajah datar Rein yang seolah-olah ingin menerkamnya.

'Ternyata kau benar-benar melupakan semuanya.' Rein kembali membuang napas, kali ini embusannya terdengar lebih pelan. Ia menatap Aera sekilas sebelum berbalik meninggalkan tempat tersebut. "Ah!" langkahnya terhenti, ia menatap Jibyul dari balik bahu. "Kau bisa ikut dengannya."

"Lalu kau?" tanya Jibyul.

"Aku ingin ke suatu tempat," jawabnya sembari meneruskan langkah.

The Investigation: Playing With Blood (Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang