"Jadi menurut lo mantan itu apa? Barang bekas kan? Yaudah jual aja kali di aplikasi online. Mumpung lagi booming nih."
...
Ijal melakukan smash ringan pada Aga yang dibalas dengan jumping smash, hingga membuat shuttlecock melambung cepat ke sudut lapangan. "Gila! Kerasukan apa lo sampai kasih gue smash terus?" kemudian ia melepas servis backhand pada Aga.
"Gue masih sebel sama Satya." Ucap Aga sambil terus fokus dengan permainannya. Ia masih sebal dengan mantannya yang sudah seminggu lalu pasang foto dengan wanita lain di akun instagramnya. Posisi keduanya sedang baik baik saja, dan tiba tiba kandas hanya gara gara postingan tersebut.
Jalan terakhir kalau memang sudah merasa tidak cocok, ya berpisah.
"Cewek memang susah banget ya move on." Ijal kembali membalas hingga permainan imbang.
"Apa gue ini ditakdirkan untuk ditinggal pas lagi sayang sayangnya gitu ya Jal?" ia melepas dropshot penuh.
Ijal tersentak hingga hilang keseimbangan, shuttlecock melambung ke bawah. Ia tidak langsung menservisnya, tapi menahan karena terkejut dengan ucapan Aga. Setelah menggeleng pelan, ia baru menservis. "Lo udah dewasa kali Ga, udah saatnya lo mikir yang seriu serius. Diputusin selevel Satya itu malah untung sih, secara dia belum jelas masa depannya."
"Ya gue belum terbiasa dicampakkan seenaknya gitu Jal." Ia menserver shuttlecock kembali.
"Gila lo." Ijal terkekeh. "Di jampi jampi apa ya? Sampai lo frustasi gini."
Aga kalau stress, akan melampiaskan sakitnya pada shuttlecock. Seakan akan itu adalah masalah yang sangat gampang ia hancurkan dan selesaikan. Smash penuh untuk Ijal. "Ah, nggak senneng gue."
Ijal kalah poin. Ia kembali menserver pada Aga, "Puter otak deh. Saatnya lo balas mantan mantan lo itu dengan prestasi gemilang, udah waktunya nih ya lo bilang rest in peace ya mantan sayang"
"Buseet. Harus banget bilang rest in peace for mantan." Aga terkekeh geli mendengar ucapan Ijal. Tapi setelah dipikir pikir, memang ada benarnya juga.
Kemudian permainan ditutup dengan smash penuh oleh Ijal. "Istirahat dulu Ga."
_____
Sudah menjadi rutinitas setiap hari Minggu, ia akan berolahraga bersama Ijal dan Pandu. Tapi untuk belakangan ini, Pandu yang lebih senior dari mereka berdua sedang menjalankan KKN di pulaunya berasal.
"Kayaknya lo kena karma deh Ga." Ucap Ijal setelah mereka lebih relax.
Aga melotot tak terima, "Dari mananya coba?"
"Coba deh lo pikir. Dulu masa ABG lo sering main cowok kan? Sekarang malah lo dimainin balik." Ijal berpikir logis. Ia adalah sahabat Aga sejak menengah pertama. Lelaki yang suka ceplos ini langsung match dengan sifat Aga. kedekatannya hingga sekarang membawa berkah, Bapak Ijal memberi beasiswa hingga tuntas kuliah.
Aga mencerna kata kata Ijal, ia tak membantah. Memang benar dirinya dulu sering menjadi bahan rebutan, bahkan bahan taruan dari saking menawannya. Hingga ia meng-klaim bahwa lelaki yang mendekatinya tidak ada niat tulus sedikitpun, melainkan modus belaka. Jadi jika ada yang datang, ia wellcome.
"Nggak nggak Jal, lo ngaco deh." Aga menolak untuk menerima.
Ijal tertawa meledek, "ABG lo habiskan untuk jadi players. Nah saat saat lo mau serius, mana ada yang serius sama lo?"
"Lo kejam banget sih sama gue," ia mencubit lengan Ijal gemas. "Kalo gue kena karma, kenapa lo nggak kayak lainnya, menjauh gitu? Buktinya lo masih di sini sama gue, iya kan?"
"Emang gue pernah suka sama lo?"
Aga mendengus. Yang dikatakan Ijal ada benarnya juga. Lihat dirinya yang sekarang, yang mendekatinya untuk serius itu tidak ada sama sekali. Jangankan yang serius deh, yang biasa biasa aja seperti berpikir dua kali untuk dekat dengannya. "Apa mungkin karena gue nggak cantik lagi ya Jal? Apa mungkin juga karena gue mengalami pelebaran?"
Susah emang menjadi orang gendut.
"Lo emang nggak cantik Ga, udah deh nggak usah kepedean." Ijal selalu mengelak, tak pernah mengakui walau itu benar adanya. "Itu salah satu bentuk karma yang harus lo rasain. Lo emang nggak pernah ngerti karma yang lo dapat kayak gimana. Tiba tiba aja lo sadar sendiri gitu."
Sekarang otak Aga mulai memahami apa yang dimaksud Ijal. Siapa yang menuai, maka ia akan merasakan. Dia dulu memainkan perasaaan seenak hatinya, sekarang ia yang dimainkan. Katanya, biar alam yang membalas.
Hari ini mungkin Aga tidak sadar, tapi suatu kejadian esok yang akan menyadarkannya bahwa karma is so basic, like gravity. Everyone often don't even notice it.
_____
"Beres nih Jal. Nonton yuk!" ajak Aga setelah mengerjakan tugas bersama Ijal di Café . Kemudian ia menyalin file ke flashdisk dan memasukkan laptopnya setelah Ijal mengiyakan permintaannya. "By the way, ini filmya lagi horror sama action. Romantis skip dulu deh, nggak ada gandengan."
"Gue ini bukan gandengan?" Tanya Ijal melucu.
"Bukan! Lo ajudan." Kemudian ia mendahului Ijal untuk membeli tiket bioskop dan membeli pop corn yang langsung ia berikan ke Ijal. "Namanya ajudan ya harus bawa bawa."
"Resein banget lo ya," tapi Ijal tetap memegang popcornnya dan mengiringi langkah Aga. Film yang dipilihnya adalah sebuah film thriller yang mengisahkan tentang kepribadian ganda.
"Coba aja gitu ya Jal, gue punya kepribadian ganda. Walau diputusin Satya ketika kepribadian pertama, maka kepribadian kedua nggak tau." celotehnya setelah keluar dari bioskop.
"Ya kali lo malah ditendang Satya tanpa ampun." ledek Ijal.
"Nggak gitu juga Jal. Ah lo kapan sih dukung gue?" bantah Aga gemas yang langsung dirangkul oleh Ijal ke rental fotocopy. Aga bertanya heran, mengapa harus dibawa ke tempat ini. "Ngapain?"
"Katanya lo mau berkepribadian ganda? Sana fotocopy diri lo."
"Aseeemmmm." Aga mencubit Ijal yang langsung meledak tawanya sehingga membuat orang orang di rental memperhatikan mereka berdua.
Ijal langsung menghentikan tawanya dan mengatup kedua tangan meminta maaf, "Katanya lo mau ngeprint tugas? Gimana sih?"
"Cerdas banget lo ya, bisa mengingatkan gue tentang tugas." kemudian ia mencari flasdisknya di saku. Matanya membulat ketika menyadari flashdisknya tidak ada di kantong sakunya. Memang ia sengaja tidak membawa tas, karena akan merasa ribet jika dibawa ke bioskop. Jadi, ia tinggalkan tasnya di kost Ijal dan membawa flashdisknya di kantong. Tapi, kemana? Kok tidak ada?
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITED EDISYEN
General FictionKehilangan flashdisk penting itu, seperti membuang setengah waktu berharga kita. Bayangkan ya, tugas yang capek capek diperjuangkan harus kandas hanya karena flashdisk. Seperti Aga yang harus diskors di matkul patofisiologi selama sebulan karena tel...