Kalau ditawarin jadi orang sukses, ya harus mau lah! Usaha, jangan cuma mau doang!
***
JANGAN LUPA UNTUK MENJADI READERS YANG AKTIF. TINGGALKAN JEJAK, KOMEN ATAU LIKE KISAH ATA YA..
***
Lima hari itu, Aga berusaha keras menyelesaikan bacaannya. Semua acara yang tidak terlalu penting seperti kongko rutinitas anak muda yang lagi on fire, ia tolak. Kalau tidak, bisa bisa molor tugas membacanya.
"Kerasukan apa lo, Ga?" Ijal tertawa sinis sambil melemparkan air botol.
Kecuali hari ini, Aga meminta Ijal untuk menemaninya jalan. Karena ia merasa otaknya sudah sangat lamban untuk memahami buku tersebut. Memang hanya tinggal beberapa bab, tapi ia seperti angkat tangan untuk melanjutkannya.
Aga menggeleng tidak mampu, ia menutup bukunya. "Tolong ya lo baca tiga bab terakhir aja. Abis itu jelasin ke gue gimananya."
Ijal terkekeh, mengerti watak Aga yang sangat lamban menghadapi bacaan. Tapi bukannya membaca, ia malah menarik tangan Aga untuk mengikutinya. "Nanti gue baca. Sekarang main dulu,"
Aga menggeleng, "Nggak selesai nanti Jal."
"Kalo gue baca sekarang, malah nggak masuk ke otak lo dan jadinya sia sia. Mending santai dulu, refresh otak itu penting." Ijal tahu cara agar sahabatnya ini tidak banyak pikiran.
Ia mengajak Aga ke lapangan bulu tangkis dan berolahraga di sana. Semua masalah, Aga lampiaskan ke shuttlecock. Katanya satu pukulan smash, bisa mengurangi bebannya. Jadi Ijal harus siap terima pukulan smash bertubi tubi.
Seperti kisah Arus Balik yang dibaca Aga, dulu masa masa jaya Gajah Mada, nusantara menjadi titik maritim perdagangan dan kerajaan lau terbesar diantara bangsa beradab. Semua bergerak dari selatan ke utara, seperti Ijal yang selalu unggul atas Aga ketika sedang bermain.
Tapi kalau Aga sedang ada masalah, arus berbalik. Bukan lagi dari selatan ke utara, melainkan utara ke selatan. Utara menguasai selatan, menguasai urat nadi kehidupan. Membuat pecah belah di Nusantara yang sampai sekarang tiada ujungnya.
Arus Balik.
Tentang Dunia Bahari yang jaya pada masanya.
_____
Setelah bermain dengan Ijal dan dibacakan bab terakhir, Keesokannya Aga langsung pergi ke apartemen Daeng untuk melanjutkan tugasnya. Lelaki itu tak tanggung tanggung memuji Aga yang bisa menyelesaikan targetnya. Tak dipungkiri, semua orang senang dipuji.
"Good deh. Ukuran kamu lima hari tuntas itu, amaze!" Daeng tau cara menyemangati Aga.
Aga tersenyum, "Lagi on fire Mas. Maklum. Dosen maha itu ternyata berhasil membuat saya menuntaskan buku walaupun masih nggak ngeh sama isinya."
Daeng tertawa, "Dosen maha mu itu siapa kalau boleh tau?"
"Pak Daksa. Dosen patofisiologi di gizi sekaligus filsafat di sastra."
Daeng mengangguk, "Nggak asing memang. Yaudahlah kita lanjut bikin outline ya."
Lelaki itu membantu Aga menyusun karakter outline dan pembahasan yang perlu dibahas. Aga menyimak dengan benar bahwa outline yang kuat, memiliki satu gagasan. Dalam pembuatannya, tidak langsung jadi. Harus ada sketsa terlebih dahulu yang siap siap bikin kamu pusing, karena harus disangkut pautkan dengan sebab akibat, proses, umum khusus, dan lain sebagainya.
"Dosen itu biasanya paling anti dengan tulisan yang nggak ada hubungannya dengan makalah kamu, juga basa basi. Kalau berurusan sama yang maha maha, jangan mendingan." Daeng menunjuk ketikan Aga yang tidak akurat, dan menggantinya yang lebih tepat. "Karena kamu mengkaji buku, ambil apa yang berhubungan dengan buku tersebut. Kamu juga bisa lihat komentar para readers dalam penilaian karya Pramoedya."
Aga mengangguk paham, "Salah semua dong?"
Daeng menggeleng, "Cuma tadi nggak perlu dipakai. Juga kamu masih memerlukan beberapa buku yang berkaitan dengan judul kamu. Eksplorasi itu penting, karena kalau referensi satu buku, pembahasannya sempit."
Aga menolak tegas, "Pak Daksa nggak nyuruh Mas. Plis deh, saya nggak mau belibetin otak."
Daeng tekekeh dan menggeser buku yang sudah ia persiapkan. "Saya bantu kamu Aga, nggak usah khawatir."
Kemudian keduanya melanjutkan pekerjaannya hingga tak terasa hari sudah mulai sore, dan mereka belum beristirahat. Aga menggeleng tidak percaya melihat jam, "Baru kali ini gue serius ngerjain tugas."
"Rekor ya?" Daeng tertawa sinis. "Saya antar, tapi kamu makan dulu. Kalau mau kita makan di luar, gimana?."
Aga bingung dan bertanya hati hati, "Istri Mas, gimana?"
Daeng menyipitkan matanya, "Sejak kapan saya punya istri?" ia baru mengetahui maksud Aga ketika teringat wanita yang di Expo lalu bersamanya. "Itu tunangan saya. Nggak masalah, dia juga masih punya job banyak di luar."
Aga bernapas lega. Jalur kuning masih ada ya?
_____
"Eh Mas, kalau mau beli pulsa beli ke saya ya. Jangan jauh jauh, bantu bisnis saya sekalian. Sukur sukur mau gabung juga." Aga promosi dimana mana. Tekadnya berhasil, pasti berhasil.
Daeng mengangguk mantap, "Tenang aja. Kamu bisnis langsung dari operator atau perantara aplikasi?"
"Aplikasi TapTap kalau tau." Aga menunjukkan ikon aplikasi TapTap di ponselnya. Aplikasi berbasis Multi Level Marketing ini sudah tidak asing lagi. Banyak dari para kalangan yang menggunakan aplikasi tidak hanya untuk menjadi konsumen, melainkan juga berbisnis yang kalau berhasil menguntungkan jutaan. Terkadang omzet melebihi batas target.
"Sudah di level apa? Manager?"
Aga langsung melirik heran, "Jangan jangan pakai TapTap juga ya? Nggak jadi promosi deh."
"Kamu belum jawab pertanyaan saya."
"Masih premium Mas. Dari sejak awal kuliah sih." jawab Aga santai.
Tingkat premium itu masih tergolong tingkat rendah setelah konsumen. Bonusnya tidak seberapa, dan hanya bisa didapatkan dari perekrutran anggota dan hitungan registrasi pembelian.
"Kamu sekarang semester empat, masih belum naik pangkat juga." Daeng terkekeh, "Kalau kamu bisa lebih giat, mungkin kamu sudah masuk manager atau bahkan gold managernya."
Jangankan ke gold manager, naik pangkat ke silver premium aja belum dia dapatkan. Setiap ingin naik pangkat, harus merekrut lima puluh anggota. Pengecualian untuk gold manager hingga gold director, perekrutan harus seratus lima puluh anggota. Karena di posisi tersebut, anggota pengguna akan mudah didapatkan.
"Bulan ini harus naik gold premium ya? Sebagai upah tugas." Daeng memberikan tawaran menarik yang membuat Aga membelalakkan matanya.
"Anggota saya aja belum sampai dua puluh loh Mas. Kesini aja, mau seratus."
"Saya bimbing, tenang. Kamu bakal dapet cepet anggota, asal kamu sungguh sungguh. Bonus gold premium nggak main main loh, apalgi nanti kalau levelmu naik ke manager atas."
Aga tampak berpikir keras. Dia itu orangnya bukan serba bisa, dan baru belajar bisnis baru baru ini. Itupun masih main main. "Public speaking saya dalam promote masih dangkal Mas. Saya nggak yakin deh."
Daeng menggeleng tak setuju, "Buktinya kamu tadi nawarin saya pulsa. Cerminan kamu nggak pantang menyerah walaupun ditanggapi mentah mentah. Kamu bisa, cuma kurang luwes aja caranya."
Dengan sedikit minder, Aga menyetujui. Bukannya orang orang sukses itu melewati beberapa kegagalan sebelum hidupnya merasa makmur?
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMITED EDISYEN
General FictionKehilangan flashdisk penting itu, seperti membuang setengah waktu berharga kita. Bayangkan ya, tugas yang capek capek diperjuangkan harus kandas hanya karena flashdisk. Seperti Aga yang harus diskors di matkul patofisiologi selama sebulan karena tel...