The Chef and The Troll

332 41 6
                                    

Seminggu sejak Wendy dinyatakan pulih. Senang rasanya bisa kembali menyapa fans, walaupun hanya melalui pesan di fancafenya. Senang juga bisa kembali ke kamar tidurnya setelah beberapa bulan ini berada di ruang kamar inap rumah sakit. Senang bisa di ranjang kesayangannya lagi. Dan tentu saja bisa melihat tanaman kecil dalam post di dekat jendela itu kamarnya lagi.

Ia sempat khawatir tanamannya mati karena beberapa waktu ia tinggalkan, malah ia juga lupa untuk meminta bantuan manajer untuk menyiram. Untungnya dia baik-baik saja. Si little cactus masih kuat disana.

Hari ini adalah pertama kalinya ia bisa kembali mengambil pekerjaan sebagai penyanyi. Ia baru pulang dari latihan vocal untuk persiapan salah satu projek terbarunya. Projeknya itu sudah di umumkan agensi dan melihat bagaimana respon para fans hari itu benar-benar membuatnya bersemangat. Projek itu adalah mengisi suara salah satu film animasi terkenal. Trolls: world tour.

Sudah sejak lama ia ingin melakukan pekerjaan itu. Ibunya bahkan sangat ikut bersuka cita karena ini salah satu keinginan masa kecilnya.

Ah. Suka cita ini benar-benar membuat hatinya ringan. Meski begitu kita ia terbaring diatas ranjang dan kembali menatap kaktus di dekat jendela itu, hatinya kembali merasa gamang. Rasa rindunya pada sosok itu ternyata tidak terobati.

"Dia sedang apa ya?" Gumamnya pada keheningan malam itu.

Ia ingin membagi kebahagiaannya hari ini pada sosok itu. Tapi berulang kali ia berpikir untuk menghubunginya atau tidak. Lagi pula mungkin saja jam segini dia sedang istirahat setelah harinya yang berat di militer.

Hmm.

Lagi pula Wendy juga harus istirahat. Besok adalah hari pertamanya melakukan rekaman untuk dubbing. Ia tidak boleh kesiangan.

Tapi saat matanya baru saja akan terpejam, layar smartphonenya menyala dan mengeluarkan suara pendek dan kecil. Sebuah pesan masuk dan mengusik Wendy.

Gadis itu kemudian mengambil smartphonenya dengan tubuh masih terbaring.

Kau sudah tidur?

Seulas senyum terukir diwajahnya ketika kontak seorang yang dia rindukan begitu saja muncul.

Ia langsung membalas.

Belum, oppa. Ada apa?

Tiba-tiba Wendy merasa gugup setelah mengirim balasannya. Suara pesan masuk lagi bahkan membuatnya terperanjat.

Boleh aku telfon?

Jantungnya kian berdetak kencang. Entah apa yang terjadi padanya.

Nde.

Setelah itu layarnya menunjukkan telfon masuk dari kontak barusan. Wendy perlu beberapa detik untuk menenangkan diri sebelum akhirnya menjawab.

"Nde oppa?"

"Seungwan-ah, aku menganggu?"

Ini bukanlah pertama kali keduanya terlibat  percakapan lewat telfon. Tapi laki-laki itu selalu tidak lupa untuk mengajukan pertanyaan itu. Mengganggu katanya? Justru telfon darinya adalah hal yang selalu ia tunggu.

"Anniye-yeo."

"Ddahaengida." Suara berat itu kembali terdengar.

"Ada... apa?" Wendy ragu apakah pertanyaan itu.

"Ani, geunyang." Lalu terdengar helaan nafas. "Geunyang." Katanya menggantung.

"Bagaimana kondisimu?"

"Jauh lebih baik, Oppa."

Hening untuk beberapa saat. Sampai Wendy harus memastikan apakah telfon masih tersambung atau tidak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FF Untold Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang