Happy Reading, readers! Wish you like guys:)
-
-
-
-
-
-Jakarta Selatan, 24 Maret 2022
Suasana malam menyeringai seorang gadis dengan kemeja putih polos dan celana jeans hitam itu,wajahnya terlihat lesu seperti tak ada lagi semangat dalam hidupnya. Malam itu awan bak prihatin dengan kisah hidupnya, ditambah guntur petir menampilkan cahaya kilat yang cukup menyeramkan. Namun gadis itu tak menggubrisnya, perlahan ia mulai menangis diikuti rintikan hujan yang menyapa. mengadu kepada tuhan mengapa hidupnya begitu kacau seperti tak ada kebahagiaan sedikitpun. Ditinggal mati oleh ayah dan ibunya adalah hal terberat yang dirasakan Nara. Rasanya ia ingin menyusul mereka saja detik itu juga.
"YA ALLAH! KATANYA HIDUP ITU PILIHANN,TA-PI KENAPA AKU GABISA MEMILIH?!" teriaknya diiringi guntur petir
Hari ini gadis itu telah melamar banyak pekerjaan di kantor-kantor kota,untuk mencukupi kebutuhan finansialnya yang kian hari kian menipis sebab kemarin hari ia kena PHK di kantor tempat ia bekerja. Kehidupan berubah drastis saat ayah dan ibunya meinggalkan Nara untuk selama-lamanya. Sewaktu kecil Nara dibesarkan dengan ekonomi yang cukup bahkan lebih dari cukup. Tapi saat Nara beranjak SMA, kehidupannya menjadi kacau ayah dan ibunya meninggal usai tragedi kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya hingga tewas secara naas. Sekarang,gadis itu telah dewasa. Yap dewasa sebelum usia,mencari makan,penghasilan dan tinggal sendiri semenjak sekolah SMA. Hebatnya ia masih bertahan sampai lulus D3.
Hampir 1 jam setengah ia berdiri di bawah rintikan hujan yang cukup deras,dan dinginnya suasana malam. Semenjak pagi ia telah kesana kemari mencari pekerjaan tambahan tetapi tak ada yang sesuai dengan kebutuhan profitnya, pantas saja ia hanya lulusan D3 Keperawatan.
Nara seperti orang yang tak tahu arah, kemana lagi ia harus pulang? jujur saja, ia sudah tidak tahan dengan semua keadaan yang sedang dialaminya. Dalam menjalani kehidupan sehari-harinya ia hanya bisa pasrahkan semua kepada Allah, sang Khaliq.
Penglihatannya mulai kabur saat melihat kearah cahaya yang menembus bola matanya,ia rasa ia tak kuat untuk berdiri lagi.
"TINNNN!"
***
Melihat keadaan sekitar yang belum pernah dilihatnya,sontak saja ia bertanya "A-ku dimana?"ucapnya lirih sambil memegangi pelipisnya yang masih sedikit sakit.Mungkin luka itu disebabkan karena tergores aspal,masih ada sedikit bercak darah didahinya.
"Kaka udah sadal?" tanya gadis kecil yang sedari tadi menunggu Nara bangun dengan segelas teh manis ditangannya.
Nara yang ditanyapun mengangguk, mengiyakan. Gadis kecil itu menempelkan jemarinya ke pelipis Nara.
"Ini kak,minum. Aku mau panggil ayah dulu," bocah itu langsung berlari meninggalkan Nara yang sedang berusaha duduk.
Tak lama kemudian bocah sekitar umur 5 tahun itu datang lagi diikuti pria dibelakangnya,mungkin yang dimaksud "ayah"tadi pria ini. Nara hanya menebak.
"Ayah,kakanya udah sadal. Tadi aku pegang ji-datnya masih panas,kita halus bawa kelumah sakit tau," ucapnya sok panik
"Gausah,aku ga apa-apa kok," jawab Nara cepat
Jujur saja,ditolong saat pingsan saja ia sudah bersyukur. Masih ada orang yang mau peduli perihal dirinya,ia tidak mau menyusahkan mereka lebih banyak.
"Alamat rumah?" tanya nya
Nara yang sedang bengong,sontak saja menatap pria yang baru saja bertanya padanya dengan tatapan yang menurut Nara sinis itu. "Ih ayah,kaka cantiknya balu bangun loh masa diusil gitu aja!" pekik gadis kecil itu
Yaampun boneka siapakah ini? Sangat lucu, ingin Nara bawa pulang, batin Nara.
"Ru-mah ku di-"
"Kakak udah gausah dijawab,mending kakak makan bubur dulu ya?udah dibeliin sama ayah, mubazir kalo ga dimakan" gadis kecil itu dengan sergapnya mengambil mangkuk bubur yang mulai dingin dan berniat ingin menyuapi Nara.
Setengah jam berlalu,Nara pikir ia sudah merasa enakan setelah memakan setengah porsi bubur tadi. Pantas saja ia pingsan,sedari pagi ia puasa makan. Hanya meminum air putih saja.
"Kakak cantik yakin,mau pulang? yahh a-ku jadi gapunya temen balu lagi deh,"tanya gadis kecil itu pasrah
"Nama kamu siapa?"
"Oh iya aku lupa belum kenalan,namaku Lintang. Kalo nama kaka cantik siapa?"
"Kamu bisa panggil aku Nara,"
Gadis bernama Lintang itupun mengangguk,sambil memegang pelipis Nara yang berdarah. "Aww" Nara sedikit meringis
"Tuhkan,ka Nala masih sakit. Nginep disini aja ya? temenin aku sama ayah?aku lagi kangen bunda soalnya"
"Emang,bunda kamu kemana?"
"Hmm kata ayah,bunda lagi tidul."
Saat melihat mata Lintang,Nara teringat oleh ibu nya yang juga sedang tidur untuk selamanya. Nara tidak mungkin bertanya untuk memperjelas kata tidur,sudah tersirat oleh raut muka Lintang kalau bundanya telah tiada. Sama seperti dirinya.
"Kak Nala boleh ga bacain aku celita dongeng? liat wajah kak Nala, aku jadi kangen belat sama bunda" katanya sedikit murung
Melihat anak sekecil Lintang yang sedih, merindukan bundanya. Nara jadi prihatin, setidaknya walaupun masalahnya besar tidak ada apa-apanya dengan yang dialami Lintang. Masih kecil tetapi sudah kehilangan peri hidupnya. Nara langsung memeluk Lintang kemudian membacakan cerita dongen tentang pinokio, hanya itu yang ia ingat. Maklum, Nara bukan guru teka, batinnya.
15 menit kemudian,Lintang tidur dipangkuan Nara. Sepertinya anak ini memang sedang kangen dengan bundanya sampai-sampai mengigau kata bunda saat Nara mengelus-elus poninya.
"Ayo saya an-tar" pria yang tadi dipanggil ayah itu memasuki kamar yang ditiduri Nara,dan langsung melihat wajah Lintang yang tertidur pulas.
"Shuuttt," Nara pun mengisyaratkannya untuk diam dengan jari telunjuknya,ia sudah payah menceritakan cerita dongeng untuk Lintang agar tertidur.
Nara bergegas mengangkat kepala Lintang ke bantal,ia harus segera pulang. Tidak enak bertamu malam-malam dirumah orang yang tak dikenalnya. "Makasih ya,aku bisa pulang sendiri,"
"Memang kamu tahu, arah jalan pulang dari rumah saya?" Nara yang baru saja ingat kalau ia tak tahu sedang berada dimana merutuki dirinya, dasar pikun.
"Biar saya antar." ucapnya dengan tone agak berat.
Follow|Vote|Comment