Bab 2

688 46 63
                                    

Maaf baru bisa up sekarang. Tau sendiri lah aku kan dah bilang bahwa beberapa hari ini aku males banget dan bad mood. Ya ini aja terpaksa nulisnya, biar kalian bisa baca. Males malesan nih aku nulisnya jadi maapkan saya jika banyak typo. oke dah 

Happy Reading....
.
🌺🌺

Tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jadi MUBTADA’, memulai sesuatu..
Menjadi seorang FA’IL, yang berawal dari fi’il..
Namun aku seperti FI’IL MUDHOORI’ ALLADZII LAM YATTASHIL BIAAKHIRIHII SYAIUN…
Mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatupun di akhir…
.
🌺🌺

"Ummik, ada tamu!" teriak Gus Nadhif. Dia memang begitu, kurang tau tentang sopan santun. Padahal Abahnya sudah mendidiknya dengan baik. Bahkan dia juga sering dipindahkan dari pondok A ke  pondok B, dari pondok B ke pondok C. Pokoknya udah sering deh pindah-pindah pondok. Diantara Gus-Gus yang lain, memang Gus Nadhif yang paling nakal.

"Ya Allah gusti Mas Nadhifffff! Jangan teriak-teriak, nggak sopan banget deh!" tegur Neng Nayla.

Bisa dipastikan, jika sudah berurusan dengan adiknya yang satu ini maka Gus Nadhif pasti tidak akan diam. Mereka sering bertengkar, ya meskipun  akhirnya baikan lagi. Tapi jika sudah saling tegur seperti ini, maka mereka pasti akan berdebat selama beberapa jam ke depan.

"Lhah, terserah Mas lah. Emang sini manggil situ," balas Gus Nadhif.

"Eh Mas Nadhif itu harus tau ya, Abah mondokin Mas Nadhif jauh-jauh tapi Mas masih kayak gini. Mas Nadhif itu harusnya bersyukur, coba aja kalo Mas Nadhif jadi Nayla Mas Nadhif nggak bisa tuh mondok di pondok pesantren kaya sekarang. Mana jauh-jauh lagi," ucap Neng Nayla yang panjang meskipun tidak sepanjang rel kereta 

"Ya udah gantian aja sama Mas. Kamu jadi kang-kang Mas jadi mbak-mbak," balas Gus Nadhif sengit.

"Mas Nadhif dibilangin baik-baik tapi kok gitu sih," Neng Nayla mulai emosi.

"Terserah lah. Kan ini mulut-mulut aku," sahut Gus Nadhif 

"Lha  aku juga terserah ini kan mulut-mulut aku," balas Neng Nayla 

Tuh kan, mereka sudah mulai berdebat. Padahal tadi cuman masalah sepele, tapi malah di debatin.

"Nggak usah ngikutin kata-kata Mas, nggak sopan!" ucap Gus Nadhif sambil mengarahkan jari telunjuknya  ke wajah Neng Nayla. 

"Nggak usah ngelarang-larang Nayla. Nayla punya hak!" balas Neng Nayla sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Gus Nadhif juga.

"Mau Mas bunuh?" geram Gus Nadhif 

"Mau Nayla bunuh?" balas Neng Nayla yang lagi-lagi mengikuti gaya Masnya itu.

"Udah lah Dek, percuma kamu ngomong sama  manusia yang satu ini," kali ini adalah suara Neng Aira, dia paling malas jika harus mendengarkan perdebatan mereka apalagi mereka berdebat di depan kamarnya.

"Mbak Ay ikut-ikutan aja," balas Gus Nadhif lalu pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua.

Gus Nadhif memang tidak terlalu akrab dengan Neng Aira, itu karena perbedaan umur keduanya yang hanya satu tahun. Saat ini Neng Aira berumur 17 tahun dan Gus Nadhif berumur 16 tahun. Neng Aira juga yang bisa  membuat Gus Nadhif diam jika sedang berdebat seperti tadi.

"Ngeselin banget sih Mas Nadhif," gumam Neng Nayla 

"Kamu juga sih Dek, kalo dia ngomong nggak usah diladenin. Percuma buang tenaga aja, apalagi pas puasa kayak gini," balas Neng Aira. 

"Udah sana cepet panggil Ummik. Ummik lagi ada di dapur," suruh Neng Aira pada adiknya itu.

Neng Nayla bergegas pergi ke dapur untuk memanggil Ummiknya.

Neng Aira pun segera kembali ke kamarnya. Ya mana mungkin dia berani ke ruang tamu, lagipula sepertinya banyak juga  tamu yang ingin mendaftar ke sini.

Pesantren As-Salamy, pesantren yang berada di Blora yang didirikan oleh Abah Zaky yang tak lain adalah Abahnya Neng Aira. Pesantren ini baru 3 tahun berdiri, tapi santrinya sudah begitu banyak. Bahkan ada empat gedung, dua gedung untuk santri putri dan dua gedung untuk santri putra.

Pesantren As-Salamy bukan hanya untuk santri yang masih sekolah, pesantren As-Salamy juga menerima santri yang menghafal Al-Quran(Santri Tahfidz).

Bahkan tak jarang ada santri yang berasal dari luar jawa.

Di akhir tahun ajaran seperti ini, memang banyak santri yang mendaftar. Mereka memang diwajibkan siyaman* di pondok, oleh sebab itu pasti akan ada banyak tamu.

"Mana Nduk tamunya?" tanya Ummik Robi' pada Neng Aira. 

"Tamu kan di ruang tamu Mik.  Masa iya tamunya ada di kamar Aira," jawab Neng Aira sambil tersenyum.

Lagipula bagaimana bisa Ummiknya menanyakan hal itu, pertanyaan yang tidak berbobot.

"Duh Ummik kok tanya itu sihhhh. Padahal jawabannya kan udah jelas," ucap Ummiknya sambil menepuk dahi.

"Ya udah Mik cepet, udah dari tadi kayaknya," ucap Neng Aira. 

Ummiknya segera berjalan menuju ruang tamu untuk menemui para tamunya.

"Ummik, Ummik. Aira sayang deh," gumam Neng Aira 

.

 .

*: Puasa

.

Sumberrejo 30 April 2020

.

Duh kalian bisa ketawa nggak dengan perdebatan ala Nadhif dan Nayla? 

Kalian pasti akan selalu menemukan perdebatan Gus Nadhif dan Neng Nayla di part-part yang akan datang. Siapa nih yang ngefans sama Gus Nadhif? Kalo aku sih emang udah jatuh cinta banget sama Gus Nadhifnya.

Maaf partnya dikit. Aku kan dah bilang  kalo aku lagi males dan malesnya pake banget.

oke see you next chapter 

Salam sayang 

Izza Afkarina 😘😘


HumairazkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang