Part 12

963 93 7
                                    


Karena kesal. Mean pergi ke club. Ia sudah menelpon Mark tapi Mark belum juga datang. Ia minum sendiri di club itu. Semua mata para wanita itu tertuju padanya.

Mean bagaikan makanan emput buat para wanita di club itu. Bahkan dengan terang-terangan tangan nakal mereka mengelus bagian selangkangan Mean dan menjilat telinga Mean.

Mean membiarkannya. Ia lebih memilih meminum martini nya daripada menanggapinya. Bahkan para wanita itu juga dengan sengajanya menempelkan buah dada mereka di punggung Mean. Mereka sengaja memancing nafsu Mean tapi Mean tetap tak beraksi.

Mean sebenarnya ingin berteriak di depan wajah para jalang itu kalau dia yang sekarang tidak suka lubang bagian depan. Ia lebih tertarik pada lubang bagian belakang. Lubang Plan tentunya. Lubang yang membuatnya seakan gila selama ini.

Ketika Mark sampai di club itu. Ia dapat melihat Mean dikerumuni begitu banyak jalang. Bahkan ada yang duduk di atas pangkuan Mean sambil mencium lehernya. Dan ada juga yang mencuri ciuman dari bibir Mean. Jangan tanya tangan para jalang itu yang sedari tadi terus mengelus dada dan selangkangan Mean. Hampir setengah jam mereka melakukan itu tapi selangkangan Mean masih adem ayem di bawah sana tanpa mau bergerak. Sudah dibilang kalau Mean tidak suka lubang bagian depan tapi mereka masih saja nekat melakukan itu.

Mark hanya menggeleng melihat kelakuan para jalang itu. Andai mereka tahu fakta tentang Mean mungkin mereka akan malu sendiri.

"Maaf lama," ujar Mark duduk di dekat Mean. Para jalang itu sebagian menghampiri Mark.

Mark langsung mencium salah satu jalang itu dengan ganasnya. Karena Mark sebelumnya adalah seorang pria normal dan semenjak bertemu dengan pak polisi tampan tapi pendek itu, ada yang aneh yang dirasakannya.

Mark seperti menemukan sesuatu yang pernah hilang saat bersama dengan Perth. Tapi Mark juga tidak tahu apa itu. Tapi, saat Mark bersama Perth ia merasa nyaman. Apalagi saat melihat senyumnya itu membuat ia ikut tersenyum. Padahal, ia terbilang cukup dingin sama kayak Mean.

Selama beberapa minggu Mark mengenal Perth, Mark dapat menyimpulkan kalau pria itu cukup baik. Apalagi kepada kalangan orang lemah. Ia selalu membantu ibu-ibu maupun bapak-bapak yang membutuhkan bantuan dan dia dengan sigap selalu membantu mereka walaupun ia masih lelah sekalipun.

Mark tahu sifat Perth karena beberapa kali ia tanpa sengaja sering melihatnya membantu mereka. Apalagi saat pria tampan itu akan menuju suatu tempat, ia selalu berhenti terlebih dahulu untuk membantu mereka yang membutuhkan pertolongan dan setelah itu, barulah Perth kembali melajukan mobilnya.

Mark kagum dengan kepribadian Perth. Ah sial! Kenapa ia mesti kagum dengan musuhnya sendiri? Bagaimana kalau Mean tahu ternyata ia justru malah memuji kepribadian dari musuhnya itu.

Mean bangun dan membuat para jalang itu kaget. Begitu juga dengan Mark.

"Mau ke mana? Aku bahkan baru datang," kata Mark setelah melepas ciumannya dengan si jalang tadi. Ia bahkan langsung mendorongnya saat melihat Mean bangun.

"Aku mau pulang. Gerah gue di sini," Mean pergi meninggalkan para jalang itu yang menatapnya seakan tidak percaya.

Mereka menganga, seolah berkata; 'dasar bangsat! Untung tampan.' Dan kini semua jalang itu menghampiri Mark sambil tersenyum kepada Mark. Mark si bodo-bodo amat. Yang penting juniornya di bawah bisa dipuaskan.

.

.

.

Mean sampai di rumahnya. Ia langsung masuk ke kamar Plan. Plan baru saja selesai mandi saat ayahnya itu masuk. Plan cepat-cepat memakai pakaiannya asal.

Damn! He Drives Me Crazy ✔  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang