Part 25

819 72 6
                                    


Hari itu Plan ikut pulang bersama Mean. Phi Nook terlihat senang. Namun, rumah Title selalu terbuka lebar buat Plan.

"Plan," ujar phi Nook saat melihat Plan dan Mean memasuki rumah itu. Ia langsung memeluk Plan.

Mean sudah memberitahu phi Nook tadi kalau Plan akan pulang hari ini. Karena itulah, phi Nook dan beberapa maid menunggu kedatangan mereka. 

Phi Nook paling senang di sini. Karena setelah sekian lama akhirnya, ia bertemu dengan Plan kembali. Phi Nook pernah pergi ke rumah Title bersama Mean. Tapi saat itu Plan masih marah dan tidak ingin bertemu dengannya. Jadi, phi Nook tidak datang lagi ke rumah Title karena ia tahu Plan pasti sangat membencinya dan karena itulah Plan tidak mau bertemu dengannya dan Mean.

"Plan, maafkan phi, na! Jangan pernah pergi lagi dari rumah ini, na!" ujar phi Nook masih memeluk Plan. Plan mengangguk.

"Maafkan Plan juga ya paman! Plan waktu itu marah-marah dan tidak ingin bertemu dengan paman," ujar Plan merasa bersalah. 

Phi Nook melepaskan pelukannya dan menatap wajah Plan. "Kamu tidak salah. Kamilah yang salah. Jadi kamu pantas marah pada kami,"

"Sebaiknya kita duduk. Kasihan Plan pasti lelah berdiri," ujar Mean sambil membawa Plan untuk duduk.

.

.

.

Keesokan harinya, Mean dan Plan beserta Title beneran pergi ke tempat yang Title sudah janjikan.

"Phi, kita mau ngapain datang ke sini?" tanya Plan yang bingung karena Title membawanya ke tempat kuburan. Dan makam itu bukanlah makam ibunya.

"Ini makam pho, Plan," ujar Title.

"Aku anak angkat pho. Dan pho menyuruhku untuk menjagamu. Sebenarnya sebelum dia pergi, dia ingin bertemu denganmu dan meminta maaf padamu karena pernah meninggalmu dan maemu waktu itu. Dia sangat menyesal sepanjang hidupnya. Dia sakit karena kepikiran dirimu," ujar Title memberitahu Plan tentang kondisi ayahnya itu.

Plan langsung menangis saat mendengar cerita Title. Ia kira selama ini ayahnya itu tidak menyayanginya karena itulah dia meninggalkannya. Tapi ternyata dia salah. Ayahnya itu ternyata tidak sejahat yang dia kira.

"Pho, kenapa kau pergi meninggalkanku secepat ini? Kenapa pho tidak pernah menemuiku? Aku merindukanmu, pho!" ujar Plan sambil menangis. Ia memeluk makam ayahnya itu seperti ia sedang memeluk ayahnya sendiri.

"Pho, hiks … hiks …" Plan terus saja menangis. Ayah yang sudah lama tidak pernah dilihatnya selama lebih dari belasan tahun itu ternyata sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Title mengusap punggung Plan untuk menenangkannya. Punggung Plan bahkan bergetar karena tidak percaya kalau kedua orang tuanya ternyata telah tiada. Sekarang dia sudah jadi anak yatim piatu. Tidak ada ayah yang bisa menjadi walinya nanti saat dia akan menikah. Ayah dan ibunya telah tiada.

Mean membawa Plan ke pelukannya. Ia benar-benar merasa bersalah. Ibunya Plan meninggal karena dirinya. Sedangkan ayahnya dulu juga sempat Mean sakiti saat Ken hendak menemui Plan.

Mean menyuruh anak buahnya untuk menghajar Ken sampai babak belur karena Ken nekat ingin menemui Plan dan ingin membawanya pergi darinya. Ken harus berakhir di rumah sakit selama dua bulan lamanya.

Mean bahkan pernah mengancam Ken akan membunuhnya bila Ken sampai ketahuan Menemui Plan lagi. Dan sejak saat itu Ken tidak pernah lagi  muncul atau menemui Plan. 

Ken hanya mampu melihat Plan dari kejauhan. Karena Mean menyuruh anak buahnya untuk menjaga atau mengawasi Plan. Ken menjadi depresi dan akhirnya jatuh sakit. Dan sampai dia meninggal, Ken tidak pernah bertemu dengan putranya itu.

Damn! He Drives Me Crazy ✔  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang