"Ada apa?"
Perempuan itu mengalihkan pandangannya menatap laki-laki yang kini sedang berdiri disampingnya
"Sini duduk dulu, ga cape apa diri terus?" Sambil tersenyum ia menepuk tempat kosong disampingnya menyuruh laki-laki itu untuk duduk bersamanya
"Ada apa manggil aku kesini? Katanya mau ngomong sesuatu?"Perempuan itu terdiam memejamkan matanya menikmati angin yang sedang menerpa wajahnya.
"Kok malah diem aja sih?"
"Hahaha aku tuh lagi menikmati angin sejuk tau"
"Alah di depan kipas angin juga bisa"
Perempuan itu tertawa menanggapi ucapan sang laki-laki. Sejenak ia menghela napasnya , tersenyum lantas menatap laki-laki disampingnya sekilas."Aku mau pamit"
"Ha?"
"Kamu inget ga? Waktu pertama kali kita kesini? Kamu nanya soal alasan aku suka sama kamu, inget ga?"
"Iya aku inget kok"
"Dan pada saat itu juga aku bilang ke kamu kalo aku akan lupain kamu dan buang perasaan ini, inget ga?"
"Iya itu juga aku inget kok. Trus hubungannya sama ucapan kamu tadi apa?"Perempuan itu menghela napas, mencoba menahan segala perasaan yang tengah berkecamuk dihatinya saat ini.
"Maaf, karena ternyata aku ga benar-benar melakukannya. Aku ga pernah benar-benar melupakan kamu, aku juga ga benar-benar pergi dan buang perasaan ini."
Lelaki itu menatap perempuan disampingnya, diam dan fokus mendengarkan apa yang ingin disampai oleh perempuan itu.
"Aku pikir aku sudah benar-benar pergi dan melupakan tapi ternyata aku sama sekali ga beranjak. Dan sekarang aku benar-benar akan pergi, lupain kamu dan buang perasaan ini."
"Maksudnya kamu ga mau jadi temen aku lagi?" Laki-laki itu dengan cepat memotong perkataan si perempuan."Enggak bukan gitu, kita tetap jadi teman kok. Hanya saja mungkin setelah ini akan ada sedikit jarak diantara kita. Karena aku ga bisa terus-terusan deket sama kamu, usaha aku selalu gagal. Tapi aku ngelakuin ini bukan karena udah ga mau jadi teman kamu lagi, hanya saja aku pikir lebih baik seperti ini. Jujur aku udah cape terus-terusan kaya gini, mencoba pergi tapi sebenarnya aku masih di titik awal. Jadi aku minta sama kamu untuk esok dan seterusnya bisa kan kita bersikap selayaknya teman biasa, tidak seperti kemarin-kemarin yang selalu dekat."
Laki-laki itu menghela napas, mengalihkan pandangannya ke depan menatap lurus pemandangan kota. Sedangkan si perempuan dalam hatinya ia berharap bahwa si laki-laki akan menahannya tak akan membiarkannya pergi.
"Oke kalau memang itu yang kamu mau dan menurut kamu keputusan terbaik, aku akan lakuin apa yang kamu minta dan semoga kamu bisa lupain aku."
Perempuan itu menundukan kepalanya saat mendengar jawaban si laki-laki. Bukan ini yang ingin ia dengar, tapi ia juga sadar sampai kapanpun laki-laki disampingnya ini tak akan pernah menganggapnya lebih dari sekedar teman.
Sekuat tenaga ia tahan agar tangisnya tak pecah, ia angkat kepalanya menatap langit yang kala itu sangat cerah kemudian berusaha tersenyum menatap laki-laki disampingnya.
"Makasih ya, kamu udah ngerti. Maaf juga kalo selama ini aku bikin kamu ngerasa ga nyaman."
"Engga kok, aku biasa aja, kamu ga perlu minta maaf. Harusnya aku yang minta maaf karena aku ga bisa membalas perasaan kamu, dan harusnya aku bisa bersikap sewajarnya jadi kamu ga akan salah paham kaya gini aku minta maaf ya."
"Kamu ga salah, dia juga ga salah. Mungkin aku disini yang salah karena membiarkan perasaan ini tumbuh dan hanyut dalam harapan yang kubuat sendiri. Sampai akhirnya aku sadar kalau seharusnya dari awal aku tidak membiarkannya tumbuh dan seharusnya dari awal ku buang jauh-jauh perasaan ini."
Perempuan itu tersenyum menatap laki-laki disampingnya, kemudian ia berdiri menepuk celananya membersihkan debu yang menempel, ia menghela napas dengan keras untuk menetralkan perasaannya dan mengadahkan wajahnya untuk menahan tangisnya. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada laki-laki itu.
"Ayo pulang, pembicaraan kita sudah selesai semoga ini bukan pembicaraan terakhir kita ya."
Laki-laki disampingnya hanya diam menatap perempuan disampingnya, ia tahu senyum itu tak tulus, ada banyak kesedihan di balik senyuman itu. Matanya berkaca-kaca laki-laki itu tau bahwa perempuan itu menahan tangisnya.
"Heh malah bengong, ayo pulang udaranya makin dingin nih. Atau kamu masih mau disini? Iya sih pemandangannya emang bagus aku juga rasanya ingin disini lebih lama tapi semakin larut udaranya makin dingin ga baik untuk kesehatan, jadi lebih baik...."
"Kita pulang. Ayo aku antar kamu pulang, ga boleh nolak karena ini udah malam dan aku tahu kamu ga bawa kendaraan."Laki-laki itu menarik tangan si perempuan untuk mengikuti langkahnya pergi dari tempat itu.
Tempat yang menjadi saksi, sedihnya kisah cinta si perempuan dan menjadi saksi hancurnya hati dan perasaan si perempuan untuk kedua kalinya.29 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Hati Dan Rasa
PuisiRandom post Selamat membaca, jangan lupa vote dan comment jika kalian menyukai tulisan ini. Terimakasih🤗