🌸 𝐃𝐚𝐯𝐢𝐫𝐚

29 5 13
                                    

Genre: Teen Fiction

___

Aku duduk di kursi panjang koridor kelas 12. Menatap semua yang berlalu lalang dengan tatapan kosong. Sampai lima orang perempuan berlalu tepat di hadapanku.

Aku menatap salah seorang dari mereka, menatapnya dengan senyuman tipis ketika melihat paras cantiknya yang berhasil meluluhkan hatiku.

Sampai temanku, Raja. Menepuk bahuku, mengalihkan perhatianku. Aku menoleh sepenuhnya ke arah Raja yang berada di sampingku.

"Vin, lo kenapa, sih, masih aja suka sama Rara? Percuma tahu, itu cuma bikin sakit hati lo aja!" ucap Raja.

Aku menegakkan punggungku, lalu menggeleng pelan seraya tersenyum miris.

Rara, kelas XII IPA-1. Ia adalah gadis yang manis dengan sejuta tingkah lakunya. Aku menyukai segalanya dari Rara. Ia memiliki senyum yang manis dengan lesung pipit kecil di pipi kanannya.

Ia seorang yang cukup terkenal seantero sekolah, Rara adalah seorang ketua ekskul cheerleader. Tidak sedikit kaum adam yang mengaguminya. Bagaimana tidak? Parasnya cantik, ramah, mudah berbaur, dan juga pintar. Bahkan sangat pintar.

Rara mudah tertawa, tingkahnya juga agak kekanak-kanakan. Sifatnya yang cerwet dan juga bawel menambah kesan humoris dan periang pada diri gadis itu. Ia menunjukkan itu kepada semua orang, kecuali aku.

Aku Davino. Orang-orang sering memanggilku Vino, kelas XII IPA-2. Aku hanya seorang ketua ekskul band. Sifatku lebih tertutup kecuali kepada teman-teman terdekatku.

Aku memiliki perasaan lebih pada Rara sudah dari enam tahun silam. Sifat Rara padaku justru lebih dingin dan cenderung sukar, ia seperti menghindar dariku. Rara tidak pernah memberikanku senyum andalannya, sifat pecicilan dan cerewetnya.

Ia sama sekali belum pernah menunjukkan itu padaku.

Setiap kali kami berpapasan, Rara hanya menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan, atau bahkan pura-pura tidak melihatku.

Terkadang aku bingung, mengapa ia selalu seperti itu padaku? Apa yang sebenarnya ia rasakan?

"Ja, balik ke kelas, yuk. Sebentar lagi istirahat selesai," kataku pada Raja, lalu berjalan terlebih dahulu menuju kelas.

***

"Davino," panggil Bu Vina yang tengah membereskan setumpukan kertas.

"Ya, Bu?" sahutku. Bu Vina menyuruhku menghampirinya, lalu guru bertubuh ramping itu menyodorkan setumpukan kertas yang sedari tadi beliau bereskan.

"Tolong kasih ini ke Bu Dina yang ada di kelas 12 IPA-1," pinta Bu Vina. Aku mengangguk patuh, kemudian berlalu ke luar kelas.

Kelas Rara. Ini kesempatanku untuk melihat gadis itu walau hanya sekilas saja.

Aku mulai masuk ke dalam kelas IPA-1 dengan langkah perlahan. Semua menatapku dengan tatapan bingung. Aku melirik Rara yang duduk di barisan paling depan pojok dekat pintu. Lagi-lagi, ia menatapku dengan tatapan yang sulit untuk aku artikan.

Aku menghampiri meja guru yang terdapat Bu Dina di sana. Bu Dina mendongak menatapku. "Dari Bu Vina, ya?"

"Iya, Bu," jawabku seraya tersenyum ramah, lalu menaruh setumpukan kertas itu di meja.

Aku berbalik, hendak melangkah ke luar kelas. Sekali lagi aku melirik Rara yang masih setia menatapku.

Aku benar-benar bingung. Andai saja aku mempunyai kemampuan membaca pikiran seseorang, aku akan membaca pikiran gadis itu. Agar aku tahu apa perasaannya terhadapku.

PhalaenopsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang