𝙗𝙚𝙧𝙗𝙚𝙙𝙖 °

1.2K 160 50
                                    

Ada banyak perubahan pada sesuatu yang melekat di tubuh Seokjin maupun alur kehidupannya.

Tidak ada lagi kaus lusuh, makanan sampah dan pukulan sampai berdarah-darah. Ia lebih layak dari pada duduk di depan teras menampung tangan agar simpati orang-orang.

Dapat Yoongi katakan ia menggemaskan, kendati Yoongi masih menyesal dengan keputusannya. Tetapi ini lebih baik dari pada harus gelisah setiap waktu menatap Seokjin yang terbuang.

"Kak Yoongi itu seperti Papa dan Mama. Kadang-kadang suka marah seperti Papa dan banyak baiknya seperti Mama. Kak Yoongi sebenarnya seperti Mama atau Papa? Harus pilih salah satu."

Oh, Yoongi paham, ia disuruh untuk konsisten. Mama dan Papa Seokjin? Dia tidak ingin jadi keduanya, sebab, mungkin mereka berdua lebih idiot melebihi Seokjin.

Ya, idiot, membuang anak cacat di depan toko. Untuk berbicara dengan jelas saja Seokjin tidak pandai, apalagi mencari alamat rumahnya untuk pulang.

Awalnya memang simpati, namun semakin lama perasaannya muncul berganti menjadi afeksi. Seokjin harus hidup di bawah rasa sayang walau hanya dari satu orang.

Tangan Yoongi yang tengah menyisir rambut Seokjin berhenti. Ia menatap dalam manik mata Seokjin.

"Aku tidak ingin seperti kedua orang tuamu. Aku ini kak Yoongi, Kakakmu, bukan Papa ataupun Mama."

"Kakak, ya? Seokjin punya Kakak."

Seokjin harus lupa, walau terkadang suka bertanya kepada Yoongi perihal Mama yang akan menjemput atau tidak, perihal Papa yang menyayangi dirinya atau tidak.

Seokjin sebaiknya memandang Yoongi saja, harus hanya ada Yoongi di fikirannya. Bahwa, saat ini hanya Yoongi yang merawatnya, mengajarkan banyak hal padanya.

Karena semakin sering diusap pipinya untuk diajarkan suatu hal padanya, Seokjin akan cepat menerima.

"Seokjin sayang kak Yoongi saja, ya!"

"Iya. Hanya kak Yoongi."


-end-

symphaty | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang