Jika menemukan kesalahan dalam penulisan, silahkan komen ;)
play song ; I love you but i'm letting go - Pamungkas
.
"Gue nggak tahu semua ini mulai dari kapan. Semuanya.. semuanya, terjadi gitu aja", aku mencoba tetap mendengar baik-baik ucapan seorang gadis yang sejak tadi masih saja membelakangiku.
"5 tahun. 5 tahun gue udah nyoba buat ngilangin itu semua, tapi.. tapi gue nggak bisa. Gue nggak bisa ngilangin semua gitu aja. Apalagi, setelah yang lo lakuin ke gue."
Aku mengernyitkan dahiku. "Tapi lo tahu kan, gue ngela–"
ketika aku belum sempat menyelesaikan ucapanku, gadis tersebut sudah kembali berbicara, kali ini dengan nada yang sedikit lebih tinggi. "IYA GUE NGERTI!"
Gadis tersebut membalikan badannya, menghadap ke arahku. Meskipun kedua mata coklat terangnya itu tidak benar-benar melihat ke arah kedua mataku.
"Gue bahkan sangat mengerti. Kalau semuanya, semua yang lo lakuin ke gue. Antar jemputan lo setiap hari, perhatian-perhatian lo, pelukan lo, usapan dan genggaman tangan yang selalu lo lakuin ke gue. Semuanya, semuanya atas dasar pertemanan. Nggak lebih" ucapnya dengan dibarengi senyuman ketika menyebut semua hal yang telah aku lakukan padanya.
Sial! Kenapa ngeliat senyum itu rasanya sakit banget sih?
Kali ini, aku menemukan kedua matanya memandangku. Mata coklatnya bertabrakan dengan kedua mata hitamku, memandangku dalam. Bahkan, 17 tahun hidup, aku baru menemukan pandangan sedalam ini. Pandangan penuh cinta, pandangan penuh kasih sayang.
"Kalaupun bisa, gue akan lebih memilih buat nggak memiliki perasaan apapun buat lo. Tapi sayangnya, gue nggak bisa. Gue nggak bisa nentuin perasaan ini akan jatuh dan menuju ke siapa. Gue juga nggak bisa buat maksa lo untuk suka, dan balas semua perasaan gue. Karena, perasaan nggak bisa diatur sesuai yang kita mau. Dan kalau misalnya bisa, nggak akan ada banyak orang-orang yang ngerasain, apa yang gue rasain saat ini."
Kali ini tidak ada lagi pandangan dalam yang aku dapatkan dari mata coklat itu. Yang ku lihat hanya genangan air mata yang mungkin siap meluncur detik ini juga.
Dia meraih kedua tanganku untuk digenggamnya. Meskipun jelas sangat terlihat kedua tanganku lebih besar dari tangan mungilnya, masih sama seperti dulu.
"Gue cuma minta, ijinkan perasaan ini tumbuh dan hilang sesuka dia. Seperti yang tadi gue ngomong, gue tetap nggak akan maksa lo buat bales semuanya. Dan ijinkan gue buat pergi dari kehidupan lo."
Aku membelalakan mataku, kaget. Maksudnya apa ini? Dengan cepat aku menarik kekdua tanganku dari genggamannya. "Bisa lo jelasin, maksud dari kalimat terakhir lo tadi itu apa?"
"Gue akan ngelanjutin sekolah dan kehidupan gue ke luar negeri."
"Ta-tapi lo tetap sesekali bakalan balik ke sini kan?"
Hening. Gadis tersebut diam, meskipun kedua matanya tetap memandang ke arahku. Oh, come on!
"Jangan diem aja dong. Jawab gue!" perintahku dengan mengguncang tubuhnya pelan.
"Gue nggak tahu. Mungkin gue akan menetap disana. Selamanya."
HAH? APA-APAAN INI?
"Kalau lo mau tahu, becandaan lo nggak lucu sama sekali!"
"Gue bahkan nggak pernah seserius ini sebelumnya." Dia menghembuskan nafasnya secara perlahan. Lalu tiba-tiba melangkah maju, mendekat ke arahku. Tidak, bahkan ini sangat dekat.
Cup.
Ciuman singkat di pipi kanan. Ciuman yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya dari gadis di depanku ini. Ciuman yang kini semakin membuatku diam tak bergerak sedikitpun. Bahkan, aku seperti kesulitan mendapat pasokan oksigen di sekitarku. Sialan!
"Jaga diri lo baik-baik, ya? Jangan pernah tinggalin sholat. Jangan nyusahin Bunda, nurut sama Mas Darja dan harus bantu Bunda sama Mas Darja buat ngerawat Darpa. Yang paling penting, lo tetap harus bahagia."
Gadis itu pergi. Namun baru beberapa langkah, dia membalikan badannya ke arahku. "Soal ciuman tadi. Hehe, maaf ya? Mungkin itu kurang ajar banget. Tapi, anggap aja sebagai salam perpisahan. Gu-gue duluan."
Setelah itu, dia kembali membalikan badannya. Melangkah pergi, menjauh, meninggalkan aku yang kini masih diam ditempat. Meninggalkan aku yang masih mencoba menerima semua kejadian malam ini, yang datang secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home
Teen FictionPernah nggak sih kamu dengar tentang perasaan itu nggak bisa dipaksakan? Meskipun kita mencoba dengan cara apapun, entah itu pada orang baru ataupun orang yang sangat dekat dengan kita sekalipun. Perasaan nggak bisa kita paksakan sesuai kehendak kit...