Part 3. DARMA ADIPUTRA

18 3 1
                                    

Aku turun dari si manis, motor vespa kuning kesayanganku. Lalu disusul oleh seorang perempuan dibelakangku, siapa lagi kalau bukan Andara Narumijati.

Sejak motor ini aku miliki, sekitar dua tahun lalu hingga saat ini, hanya Andaralah satu-satunya perempuan yang baru merasakan duduk di jokbelakang si manis. Bahkan, Bundaku sendiri tidak sudi untuk memboncengku. Katanya takut mogok ditengah jalan. Huh, memang dasar Bunda saja yang sok iya, tidak mau menaiki vespa. Padahal, si manis ini termasuk vespa yang tidak pernah rewel. Dia jarang sekali mogok, paling-paling jika aku lupa mengisi bensin, dia akan langsung berhenti begitu saja.

Dan jika kalian bertanya apakah seorang Darma tidak pernah memiliki pacar, sehingga hanya Andara yang baru menaiki si manis? Maka aku akan menjawab dengan lantang, TIDAK! Ohooo, kalian salah besar mniezz!

Aku tidak akan menyombongkan diri, tapi kayaknya ini perlu sih. Oke, aku bocorkan ciri fisik tubuhku. Tinggiku kurang lebih 175 cm. Sedangkan berat badanku seminggu yang lalu 65 kg. Hm cukup ideal menurutku, ya kan? Rambutku hitam lebat. Lalu kulitku, ya normal lah seperti kebanyakan remaja laki-laki Indonesia, tidak terlalu putih dan tidak terlalu hitam. Oh, jangan lupakan poin plus dariku, aku termasuk golongan orang humoris. Cocok sekali untuk dijadikan seorang pacar idaman dan idola para gadis remaja saat ini. Oke, udah cukup sombongnya.

"Pagi, Kak Darma!" tuh kan, apa gue bilang?

"Met pagi, cangtip!" balasku yang tidak lupa dibarengi dengan kedipan mata. Lalu selanjutnya yang ku dengan adalah pekikan tertahan dari siswi tersebut. Duh, pesona orang ganteng emang gitu ya?

Aku dan Andara berjalanan beriringan meninggalkan parkiran. Dari kejauhan terlihat tiga temanku yang sedang berjalan menuju kearah sini. Ibram, Andri dan Tejo.

"Ra.. Ra! Gawat, Ra!" ucapku menarik tangan Andara.

"Apaan sih?" tanya Andara yang ku balas dengan menunjuk ke arah tiga temanku

"Emang kenapa? Kan itu temen lo?"

"Semalam kita mabar, terus gue beberapa kali AFK. Tim kita kalah, terus bintang mereka turun katanya. Aduh, ayok deh sembunyi. Bisa digebukin nih kalo ketemu."

Andara memutar bola matanya, "ga jelas banget." Setelah itu dia berbelok menuju ke ruang kelasnya, meninggalkan ku yang tengah ketar ketir mencari tempat persembunyian.
Wah bener-bener setia kawan banget tuh bocah!

"EH DARMA SINI LO, MONYET!"

"GARA-GARA LO NIH GUE GAGAL SAVAGE, BINTANG TURUN. DASAR BOCAH GA ADA AKHLAK YA!"

"GA USAH KABUR LO!"

Mana sempat keburu telat, hmm mana sempat?

Ketika ketiga temanku sudah berada tepat didepanku, aku hanya menunjukan deretan gigi putihku. "Ehe, eh kalian udah berangkat aja pagi-pagi. Udah sarapan?"

"Ih kiliin idih biringkit iji pigi-pigi. Idi siripin?" ucap Tejo, pelaku yang sejak tadi sudah teriak-teriak menyalahkan kelakuanku semalam.

Aku memiting kepala Tejo dengan lenganku. "Bibir lo pagi-pagi udah pengen gue tabrakin ke ketek aja deh."

"aa.. lepasin bego! Badan lu bau!" ucap Tejo sambil menarik diri dari pitinganku. "Lo nggak mandi apa gimana sih? Bisa-bisanya parfum satu kaleng lo semprotin semua ke badan?"

"Sekate-kate lo kalo ngomong. Gue mandi, ya. Hampir sejam, kalo lo mau tau. "

"Dih, ngapain?"

"Nyikatin lantai kamar mandi!"

Tejo memukul kepalaku. "Tapi suer takewer kewer, Andri dower. Badan lo bau aneh gitu."

Aku mencoba mencium tubuhku sendiri. Lalu mendekat ke arah Andri, "emang bau banget ya, Ndri?" tanyaku pada Andri.

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang