"WEH UMPAN KE TEJO!"
"WOI SINI RAFI!"
"ELAH BUDEG AMAT RAPINGUN!"
"KE DEPAN WOY!"
"ATI-ATI BELAKANG HEH!"
"SIA GOBLOK LAH ANYING!"Kurang lebih seperti itu, contoh-contoh umpatan yang kerap kali aku dan para teman-temanku terapkan ketika bermain bola. Pelajaran kosong dijam terakhir memang paling nikmat jika dihabiskan dengan bermain bola atau sekedar ngacir kekantin, menggoda Mbak Mawar, janda anak satu yang memiliki body aduhay bikin puyeng kepala.
"IBRAAAM!!"
Teriakan itu berhasil mengalihkan perhatianku dan beberapa temanku. Di bagian tribun bawah sana, terlihat Lili yang tengah berkecak pinggang.
"Paan sih, Li? Mengganggu ketenangan para boy aja lo." aku berteriak, lalu segera membawa tubuh Ibram ke belakang tubuhku. "Ga ada ya ga ada, Ibram lagi punya kita!"
Bukannya gimana-gimana, tapi kalian tau kan gimana rasanya lagi asik ngumpul gitu sama temen-temen, terus salah satu harua pergi, rasanya tuh kesel aja. Meskipun itu pacarnya, tapi kan kayak, DIA LAGI SAMA KITA WOY!!!
Di sebrang sana Lili memicingkan matanya ke arahku. Idih dipikir gue takut apa? Orang mata kek mei-mei pas lagi lepas kacamata aja belagu, hihhh.
Istighfar Darma. Ngga boleh body shaming, meskipun itu musuh bebuyut lo.
Yuk, bisa, yuk. Astaghfirulloh hal adzim.
"Darma gue aduin Ara ya, biar dia nggak mau lagi temenan sama lo!"
Setan jaman sekarang emang di-istighfar-in ngga ada takut-takutnya.
"Bacot!"
"IBRAM CEPETAN PULANG NGGAK?! KATANYA MAU BELAJAR BUAT ULANGAN BESOK IH!" teriakan Lili naik 100%. Ini Ibram ngga budeg kali ya, kalo jalan sama Lili?
Tiba-tiba saja Ibram mendorongku, membuat tubuhku terhuyung ke depan. Ibram setan!
"Emang besok ulangannya siapa Bram?" tanya Tejo yang kini tengah membantuku berdiri. AWW! LOPE BANGEUDD MA TEJO MUACH :*
"Bu Yusma." Ibram mengambil ranselnya. "Gue duluan. Nanti kalo mau main, tinggal ke rumah aja."
"Kalo mau main sama makan, boleh Bram?" teriak Andri, yang dibalas acungan jempol oleh Ibram.
Aku mendengus malas. "Dasar temen nggak tau diri. Tapi Bram-"
Ibram berhenti. Lalu menoleh ke arahku, "hmm?"
"Kalo dipesenin mekdi gue mau, deh." seketika teriakan-teriakan iblis memenuhi lapangan indoor ini.
"LEBIH GA ADA AKHLAKNYA"
"DARMA SETAN!"
"CONGOR LO PENGEN DIKECUP API NERAKA?"
"PECAT AJA BRAM!"
Aku mendengus. "Teriakan-teriakan rakyat jelata emang bikin pusing kepala."
::::::::::::
Aku berjalan beriringan menuju parkiran bersama Tejo dan Andri. Hanya bertiga, ya karena Ibram lagi bucin. Dan dari kita bertiga ini hanyalah Ibram yang benar-benar memiliki pasangan. Eh, tapi udah putus sih. Tapi ya, lumayan selangkah lebih lah dari tiga bujang jomlo ini.
"Kok lo tumben ngga sama Ara?" tanya Andri padaku.
Aku membuka permen milkdia, lalu menyerahkan bungkus permen itu pada salah seorang sisiwi yang berjalan melewati kami bertiga. Terlihat sekali raut bingung dari siswi tersebut, tapi tanpa menghiraukannya, aku dan kedua setan di sebelahku ini tetap melanjutkan langkah ke arah parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home
أدب المراهقينPernah nggak sih kamu dengar tentang perasaan itu nggak bisa dipaksakan? Meskipun kita mencoba dengan cara apapun, entah itu pada orang baru ataupun orang yang sangat dekat dengan kita sekalipun. Perasaan nggak bisa kita paksakan sesuai kehendak kit...