"Hera mendekat kearah target!"
CSR 31 yang Hera kemudikan bergerak cepat menuju mutan, Lynn bersiap, dia mengambil CRISPR- X, senapan yang digunakan untuk peluru CRISPR-Cas 9.
"Arah jam 11, Lynn."
Lynn mengangkat CRISPR-X-nya, membidik dengan awas target didepannya.
Bwusssh. Bwussh. Bwussh! Tiga peluru melesat tanpa suara.
Jleb. Jleb. Jleb!
Tepat sasaran. Lynn menyeringai senang, peluru itu berhasil mengenai kepala, jantung, dan ekor mutan. Tidak sampai disitu, Lynn kembali menembakkan beberapa buah peluru itu kebagian tubuh mutan yang lain.
Bruk!
Mutan itu ambruk, tubuhnya menggelepar. Hera menurunkan kembali pesawat tempur mereka. Dibawah Gill dan Adit sudah menanti kedatangan keduanya.
"Kau berhasil, That's amazing!" Adit berseru antusias, yang dibalas dengan senyuman remeh dari Lynn.
"Jadi, racun apa yang kau buat, sampai mutan itu menggelepar kesakitan seperti itu?" Hera bertanya ingin tau.
"CISPR-Cas 9. Cara kerja toksin itu sungguh mematikan. Pertama-tama, aku memasukkan Raepler toxin, racun pembunuh kedalamnya. Racun ini akan berinteraksi dengan protein-protein desinnitor apseroxis yang melepas rem kematian pada sel ditubuhnya dan menginduksi sistem tersebut. Lalu molekul crpseres yang berperan sebagai algojo beringas yang siap membunuh sel tersebut. Kemudian protein reapler ini akan berikatan dengan protein Hid-protein desinnitor apseroxis pada Drosobhilac, dan menerobos masuk kedalam sel dan langsung menyerang ke pabrik energi sel, yaitu mythoaqdria dan membantai habis sel didalamnya. Kira-kira begitulah cara kerja mesin pembunuhku itu, Keren bukan?" Adit menyunggingkan senyum sombongnya.
"Hebat!" Seru Gill dan Hera bersamaan.
"Biasa saja." Lynn menatap Adit malas, ya walaupun sebenarnya dia juga mengagumi kecerdasan ilmuan muda asal Indonesia didepannya.
"Hanya kau yang tidak pernah mau mengakui kecerdasan ku." Adit menghela nafas kasar.
Berselang dengan itu, tiba-tiba terdengar suara ledakan besar, pesawat-pesawat tempur menghindar cepat. Mutan itu meledak dan terbakar.
Gill, Hera, dan Lynn saling tatap , kemudian beralih menatap Adit, meminta penjelasan kepadanya.
Adit menyeringai. "Aku belum memberitahu yang satu ini rupanya dan yang terakhir, Boom! Monster itu akan meledak."
"Luar biasa!" sekarang giliran Lynn yang berseru takjub.
Adit tersenyum. "Kau baru saja mengetahuinya"
"Jangan besar kepala dulu kau."
Tes. Sesuatu menetes mengenai wajah Hera, Hera menyentuhnya. Dia berjengit. "Darah!"
"Kau terluka?" Gill bertanya cemas.
"Bukan dia yang terluka, tapi itu adalah darah mutan yang meledak tadi." Adit menyela.
"Jadi, setelah ini apa yang akan kau buat lagi, Gill?" Lynn bertanya sinis.
"Sebuah penemuan baru tentunya."
"Apa kau tidak berniat membuat sebuah smart robot yang bisa membantu pekerjaan mu di laboratorium?" Adit menyarankan.
"Ide yang sangat briliant, Adit."
"Dan sebaiknya kali ini, kau dalam pengawasannya, Gill." Hera memperingatkan.
Mereka tertawa, tiba-tiba Adit kembali terbatuk.
"Kurasa aku harus segera kembali untuk membereskan racun didalam tubuhku ini."
"Pergilah dan terimakasih untuk semuanya. Adit ku tunggu kau kembali kesini lagi." Hera berterima kasih.
Adit mengangguk, kembali melemparkan chip-nya membuka portal berpindah dan segera masuk kedalam portalnya.
Adit berbalik, tersenyum kearah Lynn. Lynn balas tersenyum padanya."I'll miss you, Lynn."
Setelah mengucapkan itu, Adit segera masuk kedalam portalnya.
portal. "I'll miss you too, Adit." Balas Lynn pelan setelah tubuh Adit menghilang.
Laboratorium observasi telah rusak parah, pulau itu telah kacau. Mereka memutuskan untuk kembali ke kota dan beralih pada pembuatan smart robot yang mampu mengerjakan semua aktivitas di dunia.
Jutaan kilometer dari Amerika, Adit yang mendapat informasi itu hanya bisa mendengus kesal. Mereka terus melakukan evolusi besar-besaran di dunia tanpa pernah tau dampak negatifnya.
"Kurasa aku harus pindah ke mars dan membuat peradaban baru disana, tanpa manusia tamak didalamnya."
***
Beberapa tahun kemudian...
"Proyek besar yang akan mengubah peradaban, profesor Gillbert telah membuat sebuah robot yang mampu melakukan semua kegiatan manusia. Sekarang manusia dia beristirahat dan membiarkan robot-robot itu yang melakukan aktivitas mereka."
Salah satu stasiun televisi menyiarkan berita terhangat pagi itu. Ditempatnya Gill tersenyum bangga memperkenalkan ciptaannya yang tidak gagal itu.
"Hera, lihatlah, aku tidak butuh Adit untuk hal ini."
"Yah... semoga saja kali ini robot itu benar-benar tidak gagal."
Sementara itu, tak jauh dari mereka Lynn duduk sendirian termenung memikirkan seseorang.
"Kode 3.1." Robot monitor buatannya bersuara.
Mereka bertiga bertatapan. Gill segera mengangkatnya. Seketika tampak wajah Adit dilayar proyeksi.
"Adit!" Sapa mereka serempak.
"Ada apa?!" Gill bertanya cemas.
"Tidak ada hanya ingin memberitahu sesuatu kepadamu." Jawab Adit malas.
"Cepat katakan saja! Oh, kau pasti sudah mendengar berita tentang ku, kan?"
Di sebrang sana Adit menghela nafas. "Hentikan observasi gila mu itu, Gill!"
"Kenapa?"
"Radiasi global warming. Kutub utara akan meleleh, setelah setengah abad yang lalu mesin-mesin dunia telah melelehkan kutub selatan. Apa yang kau lakukan Gill cepat hentikan ini semua!" Adit berseru marah.
"Evolusi besar-besaran akan aku buat! Inilah yang dunia nantikan, milenium yang sesungguhnya! Lantas, kenapa aku harus berhenti?" Gillbert masih menyombongkan diri. Sedangkan di belakangnya, Hera melihat Adit dengan tatapan bersalah.
Tap. Sambungan diputus sepihak.
"Dasar kepala batu!!" Umpat Adit kesal.
Adit berseru marah ditempatnya. Didepan monitor masa depan buatannya, AX0R17. Robot buatan Gill itu benar-benar akan mengacaukan dunia. Dan dia telah melihatnya secara langsung disana. Bukannya membantu manusia, akan tetapi robot itu akan memusnahkan peradaban manusia dan membentuk peradaban mereka sendiri di bumi.
Bumi era milennium akan segera punah. Tapi Adit tidak akan diam, tanpa sepengetahuan manusia bumi lainnya, termasuk teman-teman ilmuwan Amerikanya itu, dia telah menyiapkan virus komputer yang akan memusnahkan robot-robot itu sebelum mereka memusnahkan peradaban di muka bumi.
"Haahh... Benar-benar melelahkan para ilmuwan tamak era ini!"
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRISIS (The Unknown Future) - END
FantasyA short story Seorang ilmuwan yang ambisius dengan segala ciptaannya yang tanpa dia sadari, dia telah berproses untuk menghancurkan Bumi... Beruntung, seorang ilmuwan muda asal Indonesia membantunya mengatasi kekacauan yang dia buat. Era Auto Mille...