2

86 20 2
                                    

Pukul dua belas tepat, y/n sampai dirumah. Gadis itu melambaikan tangan pada hueningkai juga taehyun, teman sekelas sekaligus tetangga satu komplek y/n.

"Y/n jangan lupa PR matematiknya!"
Seru taehyun. Bukan tanpa alasan pemuda bermata besar itu mengingatkan y/n. Masalahnya, y/n memang kerap melupakan pekerjaan rumah yang diberikan guru padanya. Padahal taehyun tahu betul kalau y/n punya kakak-kakak yang pandai. Tapi kembali lagi pada masalah ingatan
y/n, karena sifat pelupanya itu, y/n bahkan tidak jarang mendapat hukuman dari guru karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

Y/n mengacungkan ibu jarinya sembari tersenyum lebar sebelum akhirnya membuka gerbang dan masuk kedalam rumah.

Di dalam rumah, y/n mendapati rumah dalam keadaan sepi. Padahal biasanya ada seokjin yang tengah berada didapur sembari menyiapkan makan siang setelah pulang dari kampus.

Kruyuuukkk

Mendengar perutnya berbunyi, y/n melangkahkan kakinya menuju dapur. Sarapan pagi dengan roti tawar dan segelas susu memang tidak membantu banyak untuk perut y/n yang punya prinsip 'tidak ada nasi, maka tak kenyang'. Gadis itu membuka kulkas dan mendapati beberapa macam sayuran, telur, keju, saus, dan susu. Di freezer sendiri y/n hanya mendapati ikan beku, ayam, juga sosis mentah. Tidak ada yang bisa dimakan. Batin gadis itu. Untuk gadis berumur sepuluh tahun, seokjin memang sangat melarang y/n memasak sendiri. Bukan apa-apa, seokjin hanya takut princess kesayangan keluarga itu mendadak teriris pisau saat memotong sayuran, kecipratan minyak panas, atau yang paling parah malah menyebabkan kebakaran. Eungg.. Untuk alasan yang terkahir mungkin terdengar berlebihan. Tapi sungguh, seokjin hanya berniat menghindari kemungkinan buruk. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?

Pencarian y/n beralih ke lemari-lemari gantung yang ada diatas kompor. Dengan menggeret kursi dari meja makan, y/n mulai membuka lemari-lemari itu. Tak banyak yang bisa ia temukan. Hanya tumpukan piring dan mangkuk, bumbu rempah dapur, juga mie instan. Waw. Seperti melihat harta karun, y/n bergegas mengambil satu bungkus mie instan favorit sejuta umat farian ayam bawang. Setelah menutup pintu lemari juga mengembalikan kursi yang ia ambil ke tempat semula, y/n kemudian mendudukan diri di meja makan. Gadis yang kini duduk di bangku kelas lima sekolah dasar itu kemudian membuka bungkus mienya, mengeluarkan bumbu sachet, kemudian memukul-mukul mie itu dengan tangannya sehingga mie itu hancur menjadi potongan kecil-kecil, Selanjutnya, gadis itu membuka bumbu asin dan pedas untuk kemudian ia campurkan ke mie yang barusan ia hancurkan. Ini dia cara menikmati mie tanpa direbus ala soobin, kakak sepupunya yang berbeda dua tahun dengannya.

Menit-menit selanjutnya y/n habiskan untuk menyemil mie kremes ala-ala itu. Saking asiknya nyemil, gadis itu bahkan tidak menyadari kepulangan yoongi yang bingung karena mendapati pagar dan pintu rumah dalam keadaan terbuka. Sepertinya saking laparnya y/n tadi, gadis itu sampai lupa menutup pagar dan pintu.

"Y/n ngapain?"

Y/n yang saat itu tengah asik menjilati jari-jarinya yang berlumuran bumbu mie instan sontak membalikan badan ketika suara yoongi terdengar.

"Eh abang!" serunya melupakan bungkus mie instan yang isinya habis tak bersisa dengan bumbu minyak dan bawang gorengnya yang masih utuh tak tersentuh.

"Kamu ngapain tadi?"

"Ngemil mie, bang"

"Loh? Y/n masak sendiri?"

"Engga, abang. Y/n ngga masak"

Yoongi tambah bingung. "Terus ngemil gimana?"

"Ya itu.. Y/n ancurin mienya, terus dikasih bumbu deh. Jadilah mie kremes ala-ala bang soobin!"

Soobin sesat.

Yoongi mengusap pelipisnya pelan. Mendadak prihatin melihat sang adik yang makan ala kadarnya. "Kenapa ngga tunggu abang pulang? Atau ngga makan yang lain?"

"Y/n laper abang. Di kulkas ngga ada makanan. Y/n gamau makan roti. Abang kan tau, y/n ngga kenyang kalo makan manis-manis"

Yoongi makin merasa bersalah. Ia jadi mengingat kejadian beberapa tahun lalu dimana y/n meminta makan lagi setelah menghabiskan satu mangkuk bubur kacang ijo.

"Emang y/n belum kenyang?" tanya seokjin waktu itu ketika y/n meminta dibuatkan telor dadar padahal gadis itu baru saja menaruh mangkuk kotor bekas bubur kacang ijo miliknya di wastafel.

"Y/n ngga kenyang, abang. Makanan manis tuh ngga bisa terdeteksi sama perut y/n. Bukannya kenyang, yang ada malah tambah laper." katanya waktu itu.

Sejak itulah setiap pagi seokjin harus memasak makanan gurih, karena y/n memang selalu mengeluh lapar lagi setiap menghabiskan makanan manis tanpa memakan makanan asin atau pedas.

Harusnya tadi pagi juga seperti itu, sayangnya, yoongi sebagai anak kedua yang menjadi wakil seokjin dalam mengurus rumah tadi pagi bangun kesiangan. Mau menanak nasi jelas tidak sempat, makanya tadi pagi mereka terpaksa sarapan roti tawar dan susu.

"Y/n mau makan siang pake apa?" yoongi yang merasa bersalah akhirnya membebaskan sang adik untuk memilih menu makan siang.

"Eum-- nasi goreng spesial plus telor sama sosis banyak-banyak boleh ndak, bang?"

Yoongi mengangguk menyanggupi permintaan sang adik. Pemuda itu kemudian menyuruh y/n masuk ke kamar untuk berganti baju dan beristirahat.

"Makasih bang yoongi, " katanya sembari memeluk kakaknya sekilas sebelum akhirnya berlari menaiki anak tangga. Yoongi sendiri tersenyum di tempatnya setelah sebelumnya termenung kaget akan tindakan implusif sang adik. Jujur saja, selama ini yoongi sadar kalau dirinya dan si bungsu memang tidak terlalu akrab dibanding dengan anggota keluarga yang lain. Sebelumnya, yoongi malah mengira kalau sang adik takut padanya karena pembawaan dirinya yang terkesan dingin dan cuek. Tapi melihat sang adik banyak tersenyum saat berbicara dengannya tadi, yoongi tahu kalau y/n juga menganggapnya sama seperti saudara yang lain.

Home - BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang