PROLOG

18 7 0
                                    

"Hai? What's your name?"

Fazran mendongak, ia sontak terkejut melihat pemandangan seorang wanita tanpa mengenakan jilbab

"Fazran Hanzhalah."

"Kenalin gue Aira," balasnya begitu percaya diri sambil mengulurkan tangan kanannya, namun lelaki tersebut malah menelungkupkan kedua tangannya didepan dada membuat Aira mengernyit bingung.

"Afwan saya udah punya wudhu."

"Emangnya kalo udah wudhu gak boleh salaman yah? Sans aja tangan gue gak ada virusnya kok, barusa udah disemprot hand sanitizer. Masih gak mau nih?" tawarnya berniat menggoda.

"Bukan begitu. Maksud saya haram hukumnya kalau bersentuhan dengan lawan jenis, kan kita bukan makhrom," jelasnya membuat Aira menjentikan jarinya. "Oh kalo gitu halalin dulu aja guenya, gimana?"

***

"Ketemu lagi kita. Emang yah kalo jodoh gak akan kemana," kata Aira sembari senyum dikulum.

"Assalamu'alaikum." balas Fazran lalu melenggang pergi meninggalkannya.

"Waalaikum— eh tungguin dong! Kok buru buru amat sih? Baru juga ketemu. Gak mau ngobrol dulu sama si aku gitu?"

"Saya harus mengajar anak anak mengaji, kasian mereka sudah lama menunggu," jawabnya sopan. Di dalam hati, Aira semakin takjub dengan sosok Fazran yang sholeh, lemah lembut, ber-attitude yang semakin membuat Aira jatuh hati.

Ditengah lamunannya, refleks Aira nyeletuk, "Aku suka sama kamu, Fazran. Pacaran yuk!"

***

"Assalamu'alaikum Ustadz!" Hampir saja Zakaria menyemburkan minumannya.

"Astaghfirullah kaget saya. Waalaikumussalam, santri baru yah?"

Bukannya menjawab, Aira malah bertanya balik, "Ustadz Zack ini ayahnya Fazran yah?"

"Kenalin nama gu-eh saya Aira Damara. Umur tujuh belas, suka anak kecil, jago bikin kopi, bisa masak, mijitin, pokoknya multitalent deh."

"Wahh hebat sekali, memang wanita harus segala bisa." ujar Zakaria lalu menyeruput kembali kopi hitamnya.

"Iyah dong, kan saya mau jadi menantunya Pak Ustadz."

Ucapan Aira membuatnya terkejut hingga tersedak

"Ayah gapapa kan? Aduuh kalo minum hati hati dong Yah biar gak keselek." Aira malah mengusap punggung lelaki paruh bayah itu.

"Menantu? Ayah?" tanyanya memastikan dengan nada lirih.

"Iyaa. Saya kan calon istrinya anak Bapak yang ganteng itu, Fazran. Otomatis Bapak bakalan jadi ayah mertua saya."

Zakaria langsung mengucap banyak istighfar. Mengapa dirinya harus mendapat cobaan bertemu gadis remaja bersifat ajaib seperti Aira?














HUMAIRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang