Setelah melewati hari yang cukup panjang, langkah yang sempat terhenti karena hujan, kemudian mereka memutuskan langkah selanjutnya untuk pulang. Kehidupan Rein jauh dari berwarna, cenderung abu, hidupnya tidak dikelilingi banyak teman, bukan karena dia sukar bergaul, hanya saja terkadang dalam suatu periode di hidupnya, orang orang menyebut dia menghilang.
Reinata Azzahra
Gadis berjilbab, sopan, manis, dengan tinggi seratus enam puluh centimeter. Cenderung pendiam karena dia tau terkadang manusia tidak memahami apa yang dirasakan, sakit, tawa, dan bahagia. Semua seharusnya cukup untuk dirinya sendiri.
"Ibu, aku pulang" ucap Rein sambil melepaskan jas hujan
"Ya ampun, kamu kalau sakit gimana nak. Kenapa ga nunggu reda"
"Ah ini bu tadi udah nunggu lama sampai hujannya reda, tapi ga selesai selesai, keburu laper buu"
"Yaudah cepet mandi dulu, ibu siapin makanan ya"
"Siapp bu"
Setelah mandi dan berganti pakaian, Rein mulai menyantap masakan sang ibu. Ditemani sang ibu, mereka mulai berbagi cerita apa saja yang telah mereka lewati hari ini.
"Bu, tadi sewaktu aku ke perpus, masa ada orang yang tau namaku padahal aku belum pernah ketemu"
"Serius, nak? Kamu yakin belum pernah ketemu? Jangan jangan dia teman lama kamu"
"Tidak, bu. Aku yakin. Seingatku aku tidak pernah kenal wajahnya"
"Kebetulan saja dia tau, mungkin?"
"Aih ibu, memangnya ada seperti itu?"
"Yakan mungkin bisa jadi. Hihihi"
Obrolan mereka diselingi canda tawa ditemani suara hujan dari luar yang masih tetap tinggal.
----
Hari pertama sekolah, Rein bergegas menyiapkan segala hal yang sudah ditugaskan untuk kegiatan pengenalan sekolah. Dari barang barang aneh hingga tugas tugas yang lumayan masuk akal.
"Kamu?" ucap seorang laki laki berkacamata di depan gerbang sekolah
"Iya?" jawab Rein
"Tali sepatunya kok warna putih, udah dikasih tau belum kalo sepatu harus semuanya warna hitam?" dengan nada meninggi
"Gatau kak. Maaf kak tidak saya ulangi"
"Masuk barisan sebelah kiri" ucap laki laki itu
Tanpa disadari oleh Rein, laki laki itu adalah orang yang ia temui di perpustakaan kota, Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faded
Teen FictionAku menyukainya, alasannya sederhana, di awal pertemuan kami dia lebih dulu tau namaku tanpa kuberitahu. Dan ternyata alasan itu salah, dia tidak benar benar tau namaku, hanya tidak sengaja menyebut namaku dengan benar. Setelah aku tau alasan itu...