Naruto masuk ke ruangan divisi tiga, ruangan itu terlihat kosong dan tenang, hanya ada satu penghuni yang sedang sibuk mengetik di meja pribadinya.
"Kemana anak-anak?"
Naruto berjalan ke kursi, ia memutar kursi putar itu menghadap ke meja dan duduk mengistirahatkan pantat.
"Pergi bersama Shikamaru, " Sasuke menjawab pertanyaan Naruto tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer.
Setelah duduk, Naruto memandang sekeliling, ruangan terasa sangat senyap, tidak ada bebunyian apapun terdengar kecuali dari mereka berdua.
"Berarti... hanya ada kita berdua, huh?"
Sasuke mengangguk, ia tak perlu menjelaskan panjang lebar sesuatu yang sudah jelas terlihat.
"Berapa lama?"
"Aku tidak tau, mereka pergi meninjau sebuah perusahaan distribusi, ada rencana untuk mengakuisisi perusahaan tersebut."
Naruto mengamati Sasuke yang sangat serius memperhatikan layar komputer.
"Syukurlah kau tak ikut." Naruto menaruh sebelah kakinya di atas paha Sasuke.
Oniks Sasuke perlahan menatap Naruto, "Apa yang kau lakukan?"
Alih-alih menarik kembali kaki karena ditegur, Naruto malah menggesekkan kakinya ke paha Sasuke, lalu mendekatkan telapak kaki pada kemaluan sang pemilik paha dan memainkan jari-jari kaki di atas benda sensitif yang masih tertutup celana berwarna deep gray.
"Naruto?"
Sasuke kembali menegur, jelas sekali ia terganggu. Tapi meski terganggu, Naruto melihat semburat merah muncul di pipi pria bermarga Uchiha tersebut.
"...Berhentilah bermain-main."
Naruto menyeringai, ia menggeser kursi yang di dudukinya mendekati sang raven lalu mendekap tubuh sang raven, Naruto juga menjatuhkan kepala di pundak omega berparas tampan itu. Tangan kanannya tak tinggal diam, bergelayut bermain di perut sang Uchiha dan berakhir menggenggam benda kenyal tersembunyi di dalam celana deep gray dan meremas-remasnya.
Sasuke semakin memerah. "Naruto, apa kau tidak lihat aku sedang kerja?"
Sekali lagi, Naruto mengabaikan teguran Sasuke, ia malah semakin menikmati memeluk Sasuke.
Sasuke berusaha mendorong Naruto dengan siku, ia menggeliat seperti orang yang kegelian untuk berusaha lepas.
"Lepaskan aku, Naruto."
Naruto sama sekali tak peduli, bibirnya bergerak untuk menciumi tengkuk Uchiha itu dan mengecap rasa kulit putih dengan lidahnya.
"Stop!"
Sasuke naik pitam, ia melepas pelukan Naruto dengan berdiri secara paksa. "Jangan ganggu aku, Uzumaki, aku sedang bekerja!"
Melihat Sasuke yang marah, Naruto malah tertantang untuk menjinakkan kekeras kepalaan omega bermata hitam itu.
Naruto mendorong Sasuke ke dinding, ia juga membuka tiga kancing teratas kemeja putih yang Sasuke pakai dan melumat benjolan merah muda yang ada di kedua dada Uchiha.
"Ugh..."
Sasuke menunduk, pipinya menjadi sangat merah, tanda di lehernya juga mulai berfungsi. Tanda itu mengirimkan sinyal ke tubuhnya untuk menyerah.
"Naruto, jangan di sini..."
Tak bisa berbuat banyak, Sasuke hanya memohon agar Naruto tidak 'melakukannya' di ruangan kerja mereka. Bagaimana pun ruangan itu adalah milik publik, siapa pun bisa masuk tanpa ijin terlebih dahulu.
Naruto menjilati nipples Sasuke bergantian, menjilat, mengulum dan menghisap. Sasuke bernafas kembang kempis karena lidah Naruto yang membuat libidonya naik.
Tak mengacuhkan ucapan Sasuke, Naruto semakin asik bermain di dada Sasuke. Ia menurunkan celana Sasuke tanpa melepas kuluman pada puting sensitif yang mengeras itu.
Sasuke lemas, tanda di lehernya malah memperburuk keadaan. Sasuke hanya bisa pasrah saat celana dalamnya juga diturunkan dan jari-jari Naruto masuk ke dalam dirinya.
"Ah..."
Jujur saja Sasuke tidak lagi merasakan sakit, ia bahkan merasa nyaman dan ketagihan setelah melakukannya beberapa kali bersama Naruto. Tapi harga dirinya menolak mengakui hal itu.
Masih dalam posisi mereka yang berdiri dan Sasuke yang menempel pada dinding, Naruto memasukkan penisnya ke dalam Sasuke dan mulai mengenjot.
Sasuke menyentak kepalanya kebelakang ketika benda sekeras meja mulai masuk dan bergerak in-out. Pipinya merah sekali, ruangan itu dipenuhi desahan nikmat Sasuke yang membuat siapa saja bergairah.
"Ahn... ah... ahh..."
Naruto membalik posisi Sasuke dan menghempaskan tubuh Sasuke ke meja kerja mereka, komputer yang masih menyala di sana tergeser dan hampir jatuh. Naruto mulai mengenjot lubang merah itu kembali.
Merasakan hampir keluar, Sasuke meraih penisnya yang bebas dan mengocoknya sendiri. Masa bodo siapa saja yang mau masuk, silakan, paling-paling mereka berdua dilaporkan dan dipecat.
Melambung ke puncak kenikmatan tertinggi, cairan bening pun menyemprot dari lubang penis Sasuke mengotori meja dan sebagian perutnya.
Naruto juga hampir keluar, ia menyentakkan pinggulnya beberapa kali lagi sebelum menyemprotkan cairan bening kental ke dalam Sasuke.
"Ah... Sasuke... sttt hahh..."
Mereka berdua terengah-engah. Sembari mengumpulkan tenaga Sasuke yang sedikit kecewa mengumpat kepada Naruto.
"Kenapa kau keluar di dalam, brengsek!"
***
"Naruto, Sasuke, mau ikut makan siang?" Shikamaru membuka pintu ruangan divisi tiga, ia ingin meneraktir semua rekan setimnya makan siang, tapi ternyata tak ada satupun orang di sana.
Shikamaru masuk ke dalam ruangan, ia memperhatikan alat-alat tulis kantor berhamburan di lantai, satu komputer juga oleng dari tempat seharusnya.
"Kenapa berantakan sekali?"
Ia menggosok kening dan memikirkan apa yang baru saja terjadi.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL | (NaruSasu)
Любовные романыNaruto akan menyingkirkan siapa saja yang berani menghalangi jalannya, termasuk anak bos besar sekalipun... [ A/B/O ] [ OMEGAVERSE ] [ 18+ ] Naruto x Sasuke