12.1. Arion Candu

365 56 6
                                    

–––REMINDER! Still flashback: Mode On–––

Hindia

Setelah insiden bertemu dan memberikan minuman padaku, Brian semakin gencar mendekatiku selama satu minggu selalu saja ada akalnya untuk menemuiku.

Dia selalu mengajakku untuk pergi sekedar menyicipi menu baru di restoran yang baru buka.

Setiap hari sabtu dan minggu aku selalu diajak pergi keluar kota, sekedar jalan-jalan ataupun mengeksplorasi berbagai macam jenis-jenis kuliner.

Ah apa kalian bertanya bagaimana aku bisa sepercaya itu dengan dia, well.. di samping dia adalah teman Arion, otomatis aku bisa tau dan langsung yakin kalau Brian tidak mungkin berani berbuat jahat padaku.

"Nih, aku beli roti sama cemilan buat dijalan." kata Brian sambil menyerahkan kantong plastik yang kuintip isinya ada berbagai macam varian roti isi, beserta empat kotak susu ultra rasa stoberi pesananku, dan tiga botol nescafe mocha, kesukaan Brian.

Kalau sudah pergi jalan-jalan sambil cari kuliner di akhir pekan, biasanya perjalanan kami pilih yang gak begitu jauh sih tapi kalau perginya pake mobil, belum lagi ditambah macetnya ibu kota ya pasti bakal lebih lama sampai ke tujuannya.

"Sey, mo tukeran bawa mobil ga nanti?"

"Eh kenapa? Ngantuk ya?"

"Agak sih,"

Brian hari ini agak berbeda dari biasanya yang selalu hiperaktif, karena tugas besar dari dosen yang tidak ada habisnya kali ya, makanya Brian terlihat selelah itu.

"Loh menepi dulu lah, ayo, Bri menepi... biar aku aja yang nyetir." Aku panik dong, ini masih belum sampai gerbang tol kalau ada apa-apa kan serem juga.

Setelah menepi dan aku sudah berhasil tukeran tempat dengannya, Brian tak henti-hentinya menatapku sambil bernyanyi ala carpool car, rata-rata aku hanya tau lagu Coldplay yang diputar, sisanya aku tidak tau hahaha.

Karena selera musik kami berbeda, Brian lebih suka musik keras, sesuai dengan hobi dan pekerjaan sampingan dia lah ya as a Bassist from EnamHari.

"Kenapa sih natap aku terus? Kalau aku salting trus bawa mobilnya jadi kenapa-kenapa gimana?" ujarku.

"Haaa jangan lah atuh, fokus Sey fokus."

"Gimana mo fokus coba, kamu liatin aku terus." aku meliriknya tajam tapi dia cuma nyengir aja, sambil meng-scroll layar hapenya.

"Kita tuh denial banget ya, Sey."

Iya, banget. Baru nyadar kamu, Bri?

"Ya, terus kamu mau gimana?" pancingku.

"Kamu mau jadi pacar aku gak, Sey? If you don't, just stop at rest area kita makan disitu aja abis itu langsung pulang, but if you say yes ya lanjut aja gausa berenti di rest area." kata Brian cukup sukses membuatku tertawa.

"Ngajak anak orang pacaran kok kaya gitu caranya."

Cara confessing yang terbilang unik bagiku.

"Ya gapapa biar kamu inget terus, mau kamu tolak ataupun terima kan pasti ada kenangan ceritanya."

"Gak ngerti aku coba kamu jelasin pelan-pelan?"

"Jadi gini, Sey. misalnya nih kamu nolak aku ya hmm aku gak berharap opsi ini sih, oke lanjut,. berarti kita tetep jadi temenan dan jadi wisata kulineran tapi kali ini cuma di rest area aja, otomatis gak bakal terlalu fokus sama insiden nolaknya."

Aku tertawa dalam hati...

"Iya juga ya, kreatif banget sih Bri."

Gerbang tol sudah mulai kelihatan.

Samudra dan Hindia | TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang