Ketika aku sedang berjalan-jalan di sekitar tempat tinggalku aku melihat ada seorang ibu yang sedang kesusahan sedang membawa 3 buah plastik yang berisi makanan.Aku segera menghampirinya untuk membantu membawakannya,"Ibu saya bantu bawain yaa soalnya ini cukup berat"ucapku menawarkan bantuan,"Iya neng,terima kasih ya"jawab ibu itu.Aku membantu membawakannya sampai ke rumahnya.
"Silahkan masuk neng"ibu itu mempersilahkan aku masuk ke rumahnya."Duduk dulu neng"sambungnya,"Terima kasih bu,maaf saya jadi ngerepotin ibu."aku pun membalasnya."Justru saya yang ngerepotin kamu."Ucap ibu itu,"Engga kok bu."balasku."Tinggal di mana neng?"Ibu itu pun bertanya,"Saya tinggal di kontrakan di dekat sini bu"jawabku."Tinggal sama siapa neng?"tanya ibu itu lagi,"Sendiri aja bu"balasku.
"Loh ayah ibu kamu kemana?."Ibu itu bertanya dengan rasa cemas,"Ayah saya sudah membangun keluarga barunya ketika ia merantau ke kota seperti saya,dan ibu saya sudah meninggal.saya merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan untuk membiayai hidup saya sendiri."aku pun menjelaskanya,tak lama kemudian air mataku menetes dan membasahi bajuku.Kemudian ibu itu memelukku dan menenangkanku. "Ibu juga pernah merasakannya,dulu orang tua ibu meninggal saat ibu berusia 15 tahun.Ibu dan adik ibu terpaksa harus putus sekolah untuk berjualan kue,untuk membiayai hidup ibu dan adik ibu.Awalnya memang sangat terasa berat mengingat umur ibu dan adik ibu yang masih belia.Ibu tidak pernah merasakan apa yang di rasakan oleh anak-anak remaja pada saat itu.Tetapi lama-lama akan terbiasa."Ibu itu pun bercerita.
Aku pun sangat terharu mendengarkan cerita ibu itu.Ternyata ibu itu memiliki kisah hidup yang sama seperti ku."Ibu maaf apa saya boleh bercerita sedikit saja."aku pun meminta izin kepada ibu itu."Silahkan neng,dengan senang hati ibu akan mendengarkan."balas ibu itu sambil tersenyum.
"Saya sempat ingin lari dari kehidupan ini bahwa hidup sangat tidak adil.Mengapa hanya saya yang mendapatkan kehidupan seperti ini?.Sekarang hidup saya memang terasa sangat hampa,di dunia ini saya tidak punya siapa-siapa lagi.Dan saya harus benar-benar berjuang untuk hidup saya sendiri karena siapa lagi kalau bukan saya yang berjuang untuk saya."aku pun bercerita sambil menahan air mataku agar tidak menetes lagi."Semangat sayang,hidup memang seperti itu.Adakalanya kita harus berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan pada akhirnya.Jangan pernah berfikir bahwa kamu tidak memiliki siapa-siapa.Percayalah Ayah dan ibu kamu pasti bangga kepadamu,mereka hanya bisa melihat mu dari kejauhan.Doakan mereka supaya mereka bahagia di sana."Ibu itu memberikanku nasihat.
"Apa ada tetangga yang sudah kamu anggap seperti saudaramu?."ibu itu pun bertanya."Maaf bu,saya tidak memiliki tetangga yang saya anggap seperti saudara saya sendiri.Mereka justru sangat membenci saya karena sebuah kesalahan yang pernah di lakukan orang tua saya di masa lalu dan mereka melampiaskan dendamnya ke saya.Mereka bilang saya hanyalah sampah di desa mereka dan hidup saya tidak berhasil.Hal itu juga merupakan salah satu alasan saya untuk merantau ke kota,saya ingin hidup tenang tanpa mendengarkan kata-kata cacian dari mereka."Sambil berkata,tiba-tiba air mataku menetes karena ku tak kuasa menahan rasa sedih ku.
Ibu itu juga meneteskan air matanya.Tapi tujuanku untuk bercerita bukan untuk di kasihani,aku ingin berbagi cerita dengan orang lain karena aku tidak kuat untuk memendamnya sendirian."Mengapa masih ada saja orang yang tega melampiaskan amarahnya kepada anak baik seperti mu.Ibu yakin kedepannya kamu akan lebih sukses dari mereka.Ibu percaya kamu bisa!"Ibu itu pun menyemangatiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Iya ini aku.
Teen FictionKenapa semua orang membenci ku? Kenapa semua orang tidak menganggap ku ada? -Isabella A- Iya ini aku. Yang selalu berjuang sendiri,demi hidupku. Sejak kedua orangtuaku meninggalkanku,aku berjuang sendiri,karena tidak ada seseo...