Kepercayaan

20 0 0
                                    


Geo duduk terdiam di ruang tamu, ia masih memikirkan nasib temannya yang masih tertinggal di sekolah.

"Ge, mereka ingin berbicara kepada mu." Hendri datang dengan handphonenya dengan nama Dio yang tertera di layar telephone tersebut. Geo mengambilhandphone tersebut, lalu menarik nafas yang dalam Hendri juga meninggalkan Geo memberikannya waktu untuk berbicara.

"Hallo, ada apa , apa kalian baik-baik saja ? " Geo memulai pembicaraan.

"Bagaimana ? , dimana kalian ?, apa kalian akan menyelamatkan kami ?" Pertanyaang yynag di ucapkan oleh teman-temannya itu semakin membuat hati Geo sakit, "Kami...., sedang berada di rumah ku." Mendengar jawaban dari Geo semua teman-temannya terdiam, Geo juga ikut terdiam. "Apa kami bisa percaya padamu ? , Sepertinya kau lebih aman disana, bagaimana dengan kami ?" Geo semakin kalut, lalu Eza menghampiri Geo yang masih terdiam dengan handphone di tangannya .

"Biar aku saja," Eza mengambil Handphone dari tangan Geo lalu mulai berbicara dengan teman-temannya.

"Ini aku, kami sedang berada di rumah Geo, kami sedang mempersiapkan diri untuk mengambil antibody yang di buat oleh Ayah Geo yang akan kami antar. Kalian aman di sana, tak akan ada yang akan menyerang kalian jika kalian bisa diam dan tak membuat kegaduhan . Atau kalian mau keluar dan bertemu para zombie di luar sana" Perkataan Eza membuat Geo terbelalak dan teman-temannya yang di kelas pun terdiam, mereka berfikir dengan benarnya ucapan Eza.

"Kalian tetap aman di sana, aku sarankan jangan buat kegaduhan, percayalah pada kami, kami akan menyelamatkan kalian semua. Apa kalian bisa bertahan sampai dua hari?" Dio terdiam, lalu bertanya kepada teman-temannya.

"Kami punya makanan yang mungkin cukup sampai dua hari tapi tidak tiga hari." Ucap Dio,

"Coba kau lihat dan buka lemari buku yang ada di pojok kelas" Dio mengikuti perintah Eza, ia melihat ada dua kerdus,lalu membukanya." Isi kerdus itu penuh dengan air mineral dan roti, yang aku persiapkan, pergunakan itu dengan baik, aku percayakan mereka kepadamu." Eza menutup Telephonenya, Geo menatap Eza dengan penuh tanda tanya.

"Huft, aku menaruh kerdus itu jam enam pagi, jadi tak ada yang tahu kecuali pak satpam yang membukakan pintu gerbang, dan apa kau lupa aku dan ayahku memang memiliki banyak stok roti dan air mineral botol."

Geo mengangguk mengerti, "Sudahlahm kau tidak sendiri. Ada kami disini untukmu, kami percaya kepadamu dan orangtuamu. Itulah alasan kenapa mereka ikut bersamamu. " Eza mengusap kepala Geo, yang membuat kembali tenang entah kanapa rasanya sangan nyaman. "Baiklah aku akan mengambil antibody itu." remaja perempuan itu berdiri dari sofa lalu pergi kesebuah ruangan yang menurutnya adalah labolatorium milik Ayah dan Ibunya bersama Eza.

Disaat yang bersamaan, ada Rizal yang melihat mereka dari kejauhan, melihat perilaku Eza yang peduli kepada Geo membuat hatinya sakit. Walau ia tahu Eza juga merupakan sahabat baik Geo tapi ia merasa tak nyaman dengan keberadaan Eza yang selalu ada disamping Geo, Rizal pun mengikuti Eza dan Geo pergi kesebuah ruangan yang mereka tuju.

Geo masuk keruangan itu bersama Eza , ia belum menyadari keberadaan Rizal di belakang mereka. Hingga Eza menengok kebelakang yang melihat Rizal berdiri di depan mereka dengan sebuah tatapan yang mungkin menurut Eza, Cemburu.

"Masuklah" Eza menyuruh Rizal masuk kedalam rungan bersama mereka, Geo juga ikut menengok kebelakang, lalu mengangguk kepada Rizal. Mereka bertiga pun masuk kedalam ruangan itu , langkah kaki mereka menyusuri ruangan tersebut melihat kesegala arah mencari sesuatu yang mereka butuhkan. Hingga Geo menemukan sebauh kotak kaca yang terdapat tiga cairan biru di dalam botol kaca tersebut. Geo mengambil ketiga botol tersebut, Eza dan Rizal menghampiri Geo yang memegang botol kaca di tangannya.

"Apa itu antibodynya ? " Eza bertanya kepada Geo, "Entahlah aku tidak yakin, tapi kita harus mencari tahunya . " Rizal kembali melihat keseliling lalu melihat sebuah buku yang cukup tebal, ia mengambilnya dan menyerahkannya kepada Geo. "Mungkin Kita bisa mencari taunya" ucap Rizal.

Geo melihat nomor seri dari salah satu seri dari botol tersebut, yang bertuliskan B23. Ia pun mencari nomor seri tersebut di buku itu, dan membaca kalimat demi kalimat yang tertulis disana.

"Benar, ini antibodynya. " Perkataan Geo membuat Eza dan Rizal bernafas lega, Geo mengambil tiga suntikan besar lalu menyalin Cairan itu kedalam masing-masing suntikan, lalu mnaruhnya kedalam koper kecil berbentuk persegi panjang yang biasanya di gunakan Ayahnya. Mereka bertiga pun keluar dari ruangan tersebut, untuk menemui teman-temannya yang lain.

Eza, Rizal, Geo, Intan ,Nurul , Dio dan Rifan menyusun sebuah rencana untuk pergi kebandara esok pagi.

.

Up dua kali , hehehe .

Enjooooyyy

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Z VirusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang