satu- IPA 5

6 1 0
                                    

"Dapet berapa sya?"

"Minggu kemarin cuma dapet dua puluh ribu , ta. Soalnya yang bayar baru sepuluh orang"

Mereka sama-sama menghela nafas panjang. Jadi bendahara memang harus ekstra sabar. Bukan hanya menariki uang kas, tapi menagih, bahkan memaksa juga dilakukan agar uang kas terbayar .

Mereka harus kejar-kejaran seperti rentenir demi menagih. Aneh sekali, padahal uang itu juga akan dibagikan masing-masing.

"Woii!" Semua memusatkan perhatian nya kepada sita, bendahara satu.

"Yang belum bayar kas sekalian Minggu kemarin ngumpul sini! Gue males keliling"

Orang-orang yang tadinya penasaran, kini kembali bersenda-gurau. Sita tentu saja berdecak jengkel

"Sabar ta, biar gue yang narikin" Asya yang paham situasi segera berdiri dan pergi. Mengingat sekarang ini masa rawannya sita yang sedang datang bulan. Jangan sampai teman-temannya menjadi korban amukan.

Meja pertama yang ia tuju adalah bangku tempat khusus cewe. Kalian percaya? SMA PANCASILA, tepatnya di 11 Ipa 5 itu hanya terdapat segelintir siswi saja.

Mereka itu ada Asya Syifa, si cewe polos. Menurut teman-teman nya dia itu super polos. Nilai akademik lumayan, tapi sukar bersosialisasi. Asya hanya memiliki sedikit teman di sekolah. Dia pernah mengikuti organisasi siswa intra sekolah saat kelas sepuluh, dengan harapan bisa berbaur dengan sebaya nya. Namun hasilnya nihil, dia masih tetap menjadi asya yang sukar

"Ada yang belum bayar kas Minggu ini? Sita marah-marah karena susah dibilangin. Kasian lagi dapet"

"Abun nge live oy jam segini!"

"Mida jangan berisik"

Dia nyengir

Asya memiliki teman sebangku yang cukup akrab. Mereka baru kenal saat masuk SMA. Namanya Mida Ariana. Menurut nya, Mida itu cewe yang lucu, baby face nya membuat teman-temannya gemas. Tubuh nya yang pendek menambah poin lucu dari dirinya. Dia pecinta awkarin, abun Sungkar, Dania. Pokonya dia suka yang berbau seleb.

"Berapa orang yang belum bayar?"

"Lagi ada sepuluh orang "

Lagi, temannya kali ini cukup tomboy. Namanya Hera fazira. Siswi berambut pendek itu juga cukup dekat dengan asya. Dia itu pecinta free fire. Dia menghabiskan banyak uang untuk top up atau semacamnya itu. Katanya, free fire itu hidup dan mati.

Lebayy

"Udah dicatet?"

"Udah"

"Dari kita ada yang belum bayar?"

Asya mengecek "udah semua"

"Trus Ngapain Lo kesini?!"

Asya nyengir.

Orang itu, April liayanti. Cewe cantik tanpa polesan make up, otak sejuta rumus. Dia memang paling pintar dikelas. Cantik dan pintar, maklum saja jika banyak yang ingin mengenal lebih dekat, terlebih memacari. Dia juga welcome. tapi maaf-maaf saja, dia sekarang sedang menjalani komitmen dengan teman satu kelasnya.

"Sya" Asya menoleh, atensi nya menatap temannya yang sedang selfie. Dia menaikkan alis

"Lo itu..." dia berdiam lama

"Pea! Polos! Tapi manis. Pokoknya Lo jangan bego banget jadi orang. Dikit aja"

"Hm, gue anggap itu pujian. Makasih" asya tersenyum manis kemudian melenggang pergi. Temannya cekikikan melihat reaksi asya.

Yang tadi namanya Anti Karlina. Suka dandan, bad, ngomong nya bikin orang sakit hati. Nyelekit cyin! Tapi dia orang baik, masalah yang membuat pribadi nya seperti sekarang. Dia itu, selalu menjadi sasaran empuk bagi cowok-cowok dikelas. Soalnya dia itu.. seksi, pakaian ketat, semua nampak jelas. Tapi dia friendly. Teman-teman nya sudah tak masalah jika perkataan yang menusuk ditujukan kepada nya.

"Sya, bukunya bawa kesini. Mamud mau bayar"

Nah, yang terakhir ini namanya sita Indriana. Gadis kalem, tapi udah judes kalo sama pentolan kelas. Katanya 'ipa5 itu gak bisa ditolerir, harus dikerasin supaya nurut.' padahal, setahun ia bersikap seperti itu pun tak ada reaksi sama sekali. Mereka, memang tak berubah. Sita itu cewe tulen, dia dan Hera merupakan bagian dari atlit voly disekolah nya dua tahun ini.

Asya cepat-cepat menghampiri sita yang memanggil. Dia menyerahkan buku itu

"Jangan ngaret lagi! Kasih tau temen temen Lo yang gak tau diri itu" dia melempari tatapan sinis ke mamud.

"Santai ta, Lo gak perlu kaya gitu"

Diam

"Soalnya mereka emang gak bakalan bayar!" Mamud tertawa keras sambil berlari pergi. Sita menyerapah.

‌asya bingung "gimana nih ta? "

"Lanjut nanti ya, perut gue gak bisa diajak kompromi" kata nya sambil menenggelamkan wajahnya.

"Perlu ke UKS?" Tanya Asya khawatir.

Sita tersenyum kecil,"Gak usah, panggilin Anti aja hape gue dibawa"

Aulia mengangguk dan segera pergi.

"Antis, Lo dicariin sita. Hape nya mau diambil. Parah-parah-parah gak modal" Asya menggeleng-gelengkan kepala dramatis. Dia sengaja menyempilkan huruf 'S'pada namanya

"Sebenarnya gue gak punya kuota" anti menjawab datar

"Kan ada wifi" Asya menjawab heran

"Gak mau, sinyalnya bagusan punya sita. Soalnya wifi nya lemot, kaya elo!" Diakhir kalimat, anti setengah berteriak dan berlari sambil tertawa, begitu pula temannya. Asya hanya mendengus sebal.

Memiliki teman yang bahkan bisa dihitung, tak membuat mereka sepi. Seringkali mereka berusaha memecah keheningan. Lagi pula, selera humor mereka sama-sama receh.

"Mida, Lo baik kan?" Tanya Asya serius

Dia mengernyit "menurut Lo?"

Asya mengangguk "Cariin gue barang dengan ram besar"

"Buat apaan?"

"Kalo hape lemot karena ram nya kecil, mungkin gue juga sama. Makanya cariin gue barang kaya gitu.."

Teman-teman nya masih bingung

"Biar gue gak lemot!" Asya berteriak

Seketika, mereka tertawa keras bahkan sampai terpingkal-pingkal

***

FriendstiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang