tiga- Jam kosong

4 0 0
                                    


"Kantin, ayo"

Selesai pembiasaan, Hera yang dari tadi mendumel karena lapar mengajak kekantin. Perjalanan ke kantin, mereka membicarakan banyak hal

" Kenapa ya, nasi uduk buatan Bu kantin enak?"

"Karena yang buat Bu kantin" hera menjawab rasa penasaran Asya.

"Kok?" Mida kali ini bertanya

"Biar gue jawab" anti tersenyum penuh arti

"Gak, gak. Gak usah! Jawaban Lo selalu nyiksa batin gue ti" kata asya bersungut-sungut. Yang lain terkekeh geli.

"Biar gue jawab" Hera akhirnya menengahi.

Semua diam. Tampak menunggu jawaban dari siempunya.

Hera menatap satu persatu wajah mereka. Tampaknya, mereka dikerubuni rasa penasaran ya?

Mereka duduk di bangku.

"Karena yang buat Bu kantin enak. Kalo yang buat Asya, pasti tanda tanya"

"Lo sama aja ngehina gue dong ra!"

"Gue udah ngeduga" jawab anti sambil mengadu tos dengan Hera. Mereka tersenyum kemenangan, sedangkan yang lain tertawa.

"Sabar ya sya, orang sabar rejeki lancar" Mida menepuk bahu Asya, memberi tatapan iba.

"Iya sabar ya"

"Sabar sya"

"Yang sabar Asya"

"Yang sabar ya, bego"

Yang terakhir itu... Membuat kepala Asya mendidih. Dia menatap pelaku, memberi sorot bengis.

"Peace" anti mengacungkan dua jari sambil nyengir. Mencari jalan damai. Kalau sudah seperti ini, maka--

"Gue pengen ngebanting anti"

"Gue juga" Hera mengompori

"Gue bantu" April mengangguk-angguk

"Gue yang pegang tangannya" Mida ikut andil

Asya menoleh pada sita "Lo mau ikut apa ta?"

Diam sejenak, "gue pengen matiin kalian berempat"

"BAHAHAHA!" Anti tertawa terbahak-bahak, sedetik kemudian, dia mendapati tatapan membunuh. Lalu--

"SERANGGGG!!!"

Asya, dibantu tiga teman lainnya kecuali sita, menggelitiki perut anti. Dia sampai tertawa terpingkal-pingkal sampai menggebrak meja berkali-kali. Mereka menjadi sorotan aneh pagi ini. Asya yang paling gesit menggelitiki perut anti. Mereka tertawa bersama sama. Sampai akhirnya mereka mengakhiri gelitikan itu.

"Perut gue keram!"

"Tujuan awal gue mau matiin Lo sih ti" Asya manggut-manggut

"Lo psikopat gak tau diri" ucap anti geram

"Makasih" Asya tersenyum manis, puas mengerjai. Anti mencebik.

"Kemarin main kemana Lo ti?" Tanya Mida terarah ke anti

"Hah?" Dia membeo

"Gue liat kemarin Lo boncengan sama tetangga kelas, siapa sih? Niko ya?"

"Ohh itu.. cuma main" jawabnya santai

Mereka diam.

"Gak ada yang perlu kalian khawatirin" anti tersenyum meyakinkan

"Gue~ baik-baik aja" katanya sambil menunduk.

Suasana yang tadinya riuh jadi mencekam. Mereka saling melirik satu sama lain. Bingung hendak merespon apa. Asya yang sadar keadaan segera menginterupsi

"Ke kelas yuk!"

Berbalik ke kelas, Asya berdiri dibarisan belakang, menyeimbangi kaki anti

"Jangan kelewat Batas. Lo harus hidup paling enggak tiga puluh tahun lagi. Jangan sampe Lo ngelakuin hal yang enggak-enggak terus Lo hancurin masa tiga puluh tahun dalam sekejap." Asya berbisik dibelakang anti.

"Hm" anti mengangguk dan tersenyum tipis

Asya itu, dia dapat menjadi gadis polos, bijaksana dan pemarah dalam satu waktu. Dia berusaha menyesuaikan pola pikir teman-temannya, takut-takut, dirinya yang akan dibenci. Dia berusaha menjadi yang terbaik. Tapi terkadang, sikapnya yang seperti itu menyiksa nya.

Dia memang polos, sikapnya yang polos itu bisa mewarnai pertemanan mereka. Dia yang sering ceramah jika terjadi sesuatu.

Enam sekawan. benar-benar masa yang indah bagi anti. Setidaknya mereka benar-benar peduli.

***

Suara gedoran di blackboard terdengar, ketua kelas mereka -tanu- menginterupsi.

"Bisa diem bentar, gue mau ngasih informasi"

Mereka gaduh

"Dengerin dulu!"

Mereka tetap gaduh

"Jangan rame-rame oyy!"

Mereka masih saja gaduh.

Merasa geram, ia berteriak nyalang "IPA 5 , GUE MAU NGASIH INFORMASI. TOLONG DIEM YA, BEGO!"

Mereka diam

"Lo kalo mau ngasih info yang santai dong, kita juga denger" celetuk salah satu siswa

"Iya nih pake segala ngatain bego" salah satu siswa memprovokasi.

"Kita emang bego makanya disekolahin"

"Iya nih"

"Bener tuh"

"Tega Lo, nu"

Mereka tidak sadar diri, Tanu benar-benar geram.

"LO YANG DIPANGGIL GAK DENGER, BUDEK!"

"Ohh"

"Ngomong dong!"

"LO BENER BENER MAU GUE LELEPIN HAH?!"

Mereka tertawa keras. Tanu berusaha meredam emosi. Teman-teman nya ini, membuatnya naik pitam. Apa kabarnya jika mereka harus disatukan untuk satu tahun kedepan?

Tanu.. mungkin akan gila.

"Oke!" Dia berdehem

"Pak Wardaya gak masuk hari ini"

Mereka diam. Tanu pikir, reaksi nya akan heboh karena jam kosong

"Dia ngasih tugas, kerjain matematika di buku lembar kerja halaman 117"

Masih diam

"Soal, jawaban dan cara-cara ditulis"

Salah satu siswa menyeletuk "Gue udah duga kalau bakal kaya gini" dia mendengus

"Yaudah!" Sejak tadi bungkam, akhirnya mamud membuka suara.

"Saat nya menjalankan misi rahasia " katanya sok misterius

Seluruh kelas memusatkan pandangan nya ke arah mamud. Dia tersenyum- menyeringai

"Buka brainly Kane lah!" Tambahnya

Semua mengangguk antusias

"Eits!" Tanu menggoyangkan telunjuknya

"Beliau bilang gak ada yang boleh buka situs, soalnya ketahuan"

Satu kelas kompak menyerapah

"ENYAH LO!"

"Jam ketiga dia udah balik, jadi waktu kita ngerjain cuma enam puluh menit"

"MATI LO!"

Memprotes, menyerapah, mengeluh merupakan hal yang tak perlu diragukan kekompakan nya di IPA 5

***

FriendstiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang