"Sumpah lo tega, Bi. Tegaaa!!!" Teriakan Dea terdengar sayup-sayup di antara deru laju kendaraan yang membela Bandung petang itu.
Di belakang Dea, Biya hanya tertawa-tawa.
"Untung tadi nggak ada Zoya. Coba kalau iya, bisa mampus gue diketawain ama dia."
"Tapi lo senang ‘kan?'
"Apa?!" teriak Dea.
"Lo senang!" Biya ikut berteriak.
"Senang kenapa?"
"Jarang-jarang lihat Dean ketawa!"
Dea tidak membalas ucapan Biya. Tapi dalam hati ia membenarkan ucapan teman dekatnya itu. Jarang-jarang memang melihat Dea tersenyum - kecuali kepada para tamu - apalagi tertawa. Apalagi tertawa terbahak-bahak seperti tadi.
Bahkan hingga malam menjelang dan Dea sudah hampir terlelap di peraduan, wajah Dean masih terus terbayang. Dea jadi malu sendiri mengingat Dean menertawakan dirinya. Ironis sekali. Kenapa saat ia bisa melihat tawa di wajah Dean, lelaki itu justru sedang menertawakan dirinya? Tidak bisakah Dean terus tertawa? Setiap hari, setiap kali.
*****
"Lo mau pulang bareng gue lagi?" tawar Biya, keesokan harinya.
"Ogah!" tolak Dea. "Ntar gue jatuh lagi."
Zoya dan Biya terkikik.
"Makanya, lo nggak usah grogi duluan ketemu gebetan. Biasa aja. Lagian mana gue tahu kalau lo belum siap."
"Lutut gue memar tahu gara-gara nahan motor lo yang gede banget itu. Lo pakai motor atau onta sih? Gede amat."
Sore ini ruangan Sales & Marketing sudah sepi. Hanya tinggal mereka dan bu Hana yang masih berada di ruangan Mr. AT. Sudah dari sananya, seperti dikomando, semua bergegas pulang jika bu Hana belum ada di ruangan saat jam pulang tiba.
Mumpung bisa pulang on time, begitu semboyan mereka.
Memang iya. Jika tidak, bu Hana akan meminta mereka berkumpul untuk briefing sore.
Ayo kumpul sebentar, begitu bu Hana selalu berkata.
Sebentar? Jangan percaya. Briefing tidak pernah kurang dari satu jam, minimal tiga puluh menit, itu pun jika bu Hana ada acara dan buru-buru ingin pulang. Sedihnya, selama briefing yang dilakukan di ruangan bu Hana hanya bu Hana yang duduk, yang lainnya berdiri. Bayangkan! Berdiri selama satu jam! Seolah kaki belum cukup tersiksa selama showing. Itu pun informasi yang disampaikan dan pertanyaan yang diajukan hanya mengulang briefing tadi pagi.
Yup, sehari ada briefing sebanyak dua kali. Briefing pagi setelah bu Hana selesai morning briefing bersama GM dan para HOD dan briefing sore dilakukan menjelang jam pulang. Yang menyebalkan, briefing sore sering dilakukan saat jam menunjukkan pukul 17.50.
Maka tak heran, jika tak ada janji dengan tamu untuk showing, para sales buru-buru pergi keluar kantor untuk melakukan sales call sebelum bu Hana selesai morning briefing dan buru-buru ngacir pulang jika saat jam pulang bu Hana belum kembali ke ruangan. Lebih baik menyelamatkan diri daripada harus selama satu jam harus berdiri.
"Lo nggak kepikiran buat tampil kayak Selly?" tanya Zoya tiba-tiba.
"Kayak Selly? Selly si..."
"Selly gebetannya gebetan lo."
Nggak usah diperjelas." Dea mendecak. "Kenapa?"
"Gue mikir aja sih, kenapa lo nggak coba perbaikin pernampilan lo? Ya nggak harus plek ketiplek Selly. Tapi minimal lo bisa lebih rapi. Apalagi Adit sama Deddy juga bilang kalau tipenya Dean itu yang modis dan rapi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Potion
Literatura FemininaDea, seorang hotelier, menyukai seorang pria flamboyan yang memiliki nama hampir mirip dengannya, Dean. Masalahnya, Dean adalah pria dingin yang sangat tahu dirinya tampan. Dea sama sekali tidak ada dalam daftar perempuan incaran Dean. Tapi Dea adal...