~ ■ ~

1.7K 199 8
                                    

Hyuuga Hinata, datang ke sekolah bukan karena ia berniat untuk belajar atau karena ia taat akan peraturan.
Lebih dari itu, Hinata mempunyai misi penting yang membuatnya selalu penasaran.
Bukan berarti ia datang tanpa niat, Hinata sudah meniatinya dengan yakin hingga rasanya sangat mendebarkan tiap kali ia melihatnya disana bersama teman setimnya.
Kakak kelas itu, yang membuat Hinata penasaran hingga membuatnya rajin datang ke sekolah.
Senpai dalam wujud pejantan tampan yang menjadi buruan banyak betina.
Oh maaf, lupakan sejenak cara bicaranya yang frontal dan serampangan.

Sebenarnya, kakak kelas itu tidak terlalu tampan, bahkan tampak menyedihkan di matanya.
Lelaki berwajah malas dengan gaya rambut yang sama sekali tidak trand di kalangan anak muda, sosok lawas yang membuat Hinata tidak bisa berhenti melihatnya.
Namanya Shikamaru Nara, kakak kelas sekaligus wakil ketua Osis.
Putra tunggal dari walikota, lelaki dengan title jenius tapi nampak malas untuk semua hal, sering sekali merasa repot dengan banyak pekerjaan yang tidak seberapa.
Mudah saja bagi Hinata untuk mendapatkan informasi seformal itu, karena Neji yang memberinya ijin untuk melihat data siswa disekolah ini.
Jelas saja, itu hak istimewanya sebagai anak dari pemilik bangunan.

"Kau melihatnya lagi ?"

Suara bertanya yang membuat Hinata berjingkit, keberadaan mendadak yang mengganggu acaranya sendiri.

"Berapa kalipun aku melihatnya, si Nara itu terlihat tidak biasa." Jawabnya dengan wajah berpikir, masih fokus melihat Shikamaru yang berada di lapangan bersama para anggota osis lainnya.

"Jangan-jangan, kau menyukainya ?"

Menoleh pada Uchiha Sasuke yang kini nampak menyebalkan dimatanya, langsung memberi jitakan keras di kepala pantat ayam itu.
Sasuke hanya mendumel melihat tingkah Hinata yang seenaknya sendiri.
Mengenal bocah serampangan itu sejak masih kanak-kanak, mau tidak mau membuat Sasuke memahaminya meski enggan melakukannya.
Mereka bukan orang asing, meski kenyataan bahwa Hinata anak baru di sekolah ini.
Hubungan pertemanan mereka memang sudah diputuskan sejak lama, begitupun dengan keluarga yang lainnya.
Hinata bahkan menganggap Sasuke sebagai rivalnya, satu-satunya orang yang bisa menandingi kemampuan berpikirnya yang logis.

"Kalian mengintip lagi ?"

Suara tak asing kembali menyapa, membuat dua kepala itu menoleh malas saat melihat cengiran lebar dari lelaki berambut terang yang kini ikut bergabung bersama mereka.

"Diamlah, baka." Sahutan ketus dari Hinata tidak mengurangi niat Naruto untuk bergabung disana.

Uzumaki Naruto, satu-satunya penengah yang bisa mengehentikan sekaligus menyulut pertengkaran diantara pertemanan mereka.
Lelaki berwajah tampan, bertampang bodoh dan ceroboh, target makian dari Sasuke dan Hinata.
Terhitung sejak Hinata pindah ke Kyoto beberapa tahun lalu, ini adalah kali pertama untuk mereka bertiga kembali memperdebatkan sesuatu yang tidak penting seperti ini.
Dan beruntungnya, Hinata bisa satu kelas dengan kedua lelaki yang ternyata populer di Mikageyama Gakuen itu.
Hinata heran saja, apa bagusnya dua bocah serampangan itu ?

"Memangnya apa yang kau sukai dari pemalas itu ?" Sasuke kembali bertanya.

Itu dia. Hinata juga harus menanyakan itu pada dirinya sendiri, mengenai apa yang disukainya dari senpai berwajah malas itu.
Dibandingkan dengan Uchiha Sai, si ketua osis sekaligus sepupu Sasuke, Shikamaru tidak ada apa-apanya dalam hal visual.
Lelaki itu biasa saja, tidak terlalu menarik dari segi fisik.
Tapi anehnya, Hinata tidak bisa mengabaikannya begitu saja, tidak sampai ia menemukan apa yang dicarinya.

"Entahlah. Mungkin aku gila." Jawaban asal-asalan yang membuat Naruto terkekeh.

"Kau memang gila, Hinata-chan." Ejeknya.

Hinata tidak mungkin segila ini, jika ia tidak pernah melihat si Nara pemalas itu yang melakukan sesuatu di atap sekolah saat jam istirahat.
Hinata pernah melihatnya merokok di atap sekolah, sendirian dan berwajah tenang.
Bahkan ia sempat curiga, jika itu adalah ganja, bukan rokok biasa.
Dan anehnya, Shikamaru hanya melihatnya dengan senyum remeh tanpa harus repot-repot menyembunyikan rokoknya.
Lelaki itu seperti dngan sengaja menunjukkan dirinya dalam sisi yang lain, sengaja membuat Hinata tertarik dan terus memikirkannya.

Dan sekarang, Hinata tidak harus menyembunyikan diri saat bola kata sewarna kopi itu menatapnya langsung.
Shikamaru tidak cukup bodoh untuk bisa tau jika ada orang yang terus memperhatikannya.
Tersenyum remeh dan seadanya, bahkan membuat Sasuke dan Naruto berdecak melihat ulah lelaki sialan yang membuat Hinata tertarik itu.
Sejak kapan Shikamaru Nara senarsis itu ?

"Apa-apaan itu ? Hinata-chan, sepertinya dia menyukaimu." Naruto nampak panik saat mengatakannya, membuat Hinata mengerling dengan jengah.

Sasuke hanya sedang berpikir, sejak kapan Hinata mengenal Shikamaru ?
Pertanyaan itu membuatnya curiga, terlebih dengan apa yang dilakukan Hinata selama ini saat jam istirahat atau saat jam senggangnya.
Gadis itu sudah seperti stalker gila yang terobsesi pada sesuatu di depan matanya.
Sasuke menggeleng heran, mengurut pelipisnya yang mendadak berdenyut.
Keberadaan Hinata memang selalu membuat pusing orang-orang disekitarnya.
Baik itu dulu atau sekarang.

"Jangan berlebihan." Katanya, menepuk bahu Hinata dengan ringan.

Saran yang bagus dari Sasuke, Hinata mengangguk sekilas.
Siapapun yang mengenal Hinata, pasti sadar jika anak itu sering bersikap tidak seperti umumnya, terutama saat tertarik akan sesuatu.

"Sasuke-kun, menurutmu kenapa aku sangat tertarik padanya ?" Bertanya lamat-lamat pada Sasuke yang masih berdiri disampingnya.
Naruto barusaja pergi, untuk bertemu dengan anggota klub sepak bola.

"Karena dia malas, mungkin." Jawaban seadanya yang tidak memuaskan Hinata.

"Ckk.. kau itu pintar, coba pikirkan lagi."

"Anggap saja kau menyukainya. Coba dekati dia dan lihat bagaimana reaksinya."

Sasuke sadar jika perkataannya bisa membuat Hinata tertantang, bisa membuatnya benar-benar melakukan apa yang dikatakan Sasuke saat ini.
Hinata tidak pernah gengsi, meski menjaga harga diri.
Hanya untuk keadaan yang mendesak saja, gadis itu mau menurunkan sedikit harga dirinya. Hanya sedikit sekali.

"Baiklah. Aku akan melakukannya." Katanya dengan suara mantap.

Sasuke terkekeh, mengusap puncak kepala Hinata dengan ringan.
Tidak bisa dipungkiri, peringai Hinata yang seperti itu memang membuat banyak orang tertarik padanya.
Gadis pemberani, begitulah beberapa orang memanggilnya.
Gadis gila, itu yang sering dikatakan Naruto padanya.
Meski Hinata membuat citra baik dalam dirinya, kegilaan itu tetap tidak bisa dihilangkan begitu saja.
Begitulah Hyuuga Hinata yang selama ini dikenalnya.
.
.
.
.
Vote pleaseee ❤❤

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang